Selasa, 01 November 2016

Pengertian CTL menurut para Ahli

Pengertian CTL menurut para Ahli

Model Pembelajaran CTL menurut Sanjaya (2006) menyatakan bahwa belajar dalam CTL bukan hanya sekadar duduk, mendengarkan dan mencatat, tetapi belajar adalah proses berpengalaman secara langsung. Lebih jauh ia mengupas bahwa Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk menemukan materi yang dipelajarinya dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata, sehingga siswa didorong untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Sedangkan Blanchard (Trianto, 2007) mengemukakan bahwa pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang terjadi dalam hubungan yang erat dengan pengalaman sesungguhnya.
Model Pembelajaran CTL
Sementara Trianto (2007) berpendapat pula mengenai CTL adalah pembelajaran yang terjadi apabila siswa menerapkan dan mengalami apa yang sedang diajarkan dengan mengacu pada masalah-masalah dunia nyata yang berhubungan dengan peran dan tanggung jawab mereka sebagai anggota keluarga dan warga masyarakat. Sejalan dengan hal di atas, Muslich (2007) menjelaskan bahwa landasan filosofi CTL adalah konstruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekadar menghafal tetapi mengkonstruksi atau membangun pengetahuan dan keterampilan baru lewat fakta-fakta yang mereka alami dalam kehidupannya. Dengan mengacu pada beberapa pendapat di atas, pembelajaran CTL merupakan suatu konsep pembelajaran yang mengaitkan antara materi pelajaran yang dipelajari siswa dengan konteks di mana materi tersebut digunakan dengan menggunakan pengalaman dan pengetahuan sebelumnya untuk menemukan dan membangun pengetahuannya sendiri. Materi pelajaran akan bermakna bagi siswa jika mereka mempelajari materi tersebut melalui konteks kehidupan mereka.
Pembelajaran yang berorientasi pada target penguasaan materi hanya berhasil dalam mengingat jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali siswa untuk memecahkan masalah dalam kehidupan jangka panjang. Model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL), menawarkan bentuk pembelajaran yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa. CTL merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi yang dipelajarinya dan menghubungkan serta menerapkannya dalam kehidupan mereka. Dengan demikian, peran siswa dalam pembelajaran CTL adalah sebagai subjek pembelajar yang menemukan dan membangun sendiri konsep-konsep yang dipelajarinya. Belajar bukanlah menghafal dan mengingat fakta-fakta, tetapi belajar adalah upaya untuk mengoptimalkan potensi siswa baik aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor.
Menurut Nur Hadi CTL adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa.
Menurut Jonhson CTL adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan untuk menolong para siswa melihat siswa melihat makna didalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subyek-subyek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka.
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching andLearning) adalah "konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidu-pan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelaaran efektif, yakni: konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiri), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment)".
Jadi pengertian CTL dari pendapat para tokoh-tokoh diatas dapat kita simpulkan bahwa CTL adalah konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkanya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari.

Langkah – langkah CTL / Sintaks CTL

Model CTL 1 :
Pembelajaran CTL memiliki tujuh langkah yang mana secara garis besar langkah-langkah penerapatan CTL dalam kelas itu adalah sebagai berikut.
1)        Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri dan mengkontruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
2)        Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk semua topik
3)        Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya
4)        Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok)
5)        Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran
6)        Lakukan refleksi di akhir pertemuan
7)        Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
Model CTL 2 :
1.        Modeling (pemusatan perhatian, motivasi, penyampaian kompetensi – tujuan, pengarahan – petunjuk, rambu-rambu, contoh);
2.        Questioning (eksplorasi, membimbing, menuntun, mengarahkan, mengembangkan, evaluasi, inkuiri, generalisasi);
3.        Learning community (seluruh siswa berpartisipati dalam belajar kelompok dan individual, otok berpikir dan tangan bekerja, mengerjakan berbagai kegiatan dan percobaan);
4.        Inquiry (identifikasi, investigasi, hipotesis, generalisasi, menemukan);
5.        Constructivism (membangun pemahaman sendiri, mengkonstruksi konsep-aturan, analisis-sintesis);
6.        Reflection (reviu, rangkuman, tindak lanjut);
7.        Authentic assessment (penilaian selama proses dan seusai pembelajaran harus dilakukan secara objektif dan dilakukan dengan berbagai cara untuk mendapatkan hasil yang benar-benar mewakili kompetensi siswa).
Model CTL 3:
Menurut bahwa secara garis besar penerapan pendekatan kontekstual dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut( Suparto, 2004: 6):
1)        Mengembangkan metode beajar mandiri,
2)        Melaksanakan penemuan (inquiry),
3)        Menumbuhkan rasa ingin tahu siswa,
4)        Menciptakan masyarakat belajar,
5)        Hadirkan "model" dalam pembelajaran,
6)        Lakukan refleksi di setiap akhir pertemuan,
7)        Lakukan penilaian yang sebenarnya

Komponen CTL:

Beberapa komponen utama dalam pembelajaran Kontekstual menurut Johnson (2000: 65), yang dapat di uraikan sebagai berikut:
1.      Melakukan hubungan yang bermakna (Making Meaningful Connections) 
Keterkaitan yang mengarah pada makna adalah jantung dari pembelajaran dan pengajaran kontekstual. Ketika siswa dapat mengkaitkan isi dari mata pelajaran akademik, ilmu pengetahuan alam. Atau sejarah dengan pengalamannya mereka sendiri, mereka menemukan makna, dan makna memberi mereka alasan untuk belajar. Mengkaitkan pembelajaran dengan kehidupan seseorang membuat proses belajar menjadi hidup dan keterkaitan inilah inti dari CTL.
2.      Melakukan kegiatan-kegiatan yang berarti (Doing Significant Works)
Model pembelajaran ini menekankan bahwa semua proses pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas harus punya arti bagi siswa sehingga mereka dapat mengkaitkan materi pelajaran dengan kehidupan siswa.
3.      Belajar yang diatur sendiri (Self-Regulated Learning)
Pembelajaran yang diatur sendiri, merupakan pembelajaran yang aktif, mandiri, melibatkan kegiatan menghubungkan masalah ilmu dengan kehidupan sehari-hari dengan cara-cara yang berarti bagi siswa. Pembelajaran yang diatur siswa sendiri, memberi kebebasan kepada siswa menggunakan gaya belajarnya sendiri.
4.      Bekerjasama (collaborating) Siswa dapat bekerja sama.
Guru membantu siswa bekerja secara efektif dalam kelompok, membantu siswa bekerja secara efektif dalam kelompok, membantu mereka memahami bagaimana mereka saling mempengaruhi dan saling berkomunikasi.
5.      Berpikir kritis dan kreatif (Critical dan Creative Thinking)
Pembelajaran kontekstual membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir tahap tinggi, nerpikir kritis dan berpikir kreatif. Berpikir kritis adalah suatu kecakapan nalar secara teratur, kecakapan sistematis dalam menilai, memecahkan masalah menarik keputusan, memberi keyakinan, menganalisis asumsi dan pencarian ilmiah. Berpikir kreatif adalah suatu kegiatan mental untuk meningkatkan kemurnian, ketajaman pemahaman dalam mengembangkan sesuatu.
6.      Mengasuh atau memelihara pribadi siswa (Nuturing The Individual)
Dalam pembelajaran kontekstual siswa bukan hanya mengembangkan kemampuan-kemampuan intelektual dan keterampilan, tetapi juga aspek-aspek kepribadian: integritas pribadi, sikap, minat, tanggung jawab, disiplin, motif berprestasi, dsb. Guru dalam pembelajaran kontekstual juga berperan sebagai konselor, dan mentor. Tugas dan kegiatan yang akan dilakukan siswa harus sesuai dengan minat, kebutuhan dan kemampuannya.
7.      Mencapai standar yang tinggi (Reaching High Standards)
Pembelajaran kontekstual diarahkan agar siswa berkembang secara optimal, mencapai keunggulan (excellent). Tiap siswa bisa mencapai keunggulan, asalkan sia dibantu oleh gurunya dalam menemukan potensi dan kekuatannya.
8.      Menggunakan Penilaian yang otentik (Using Authentic Assessment)
Penilaian autentik menantang para siswa untuk menerapkan informasi dan keterampilan akademik baru dalam situasi nyata untuk tujuan tertentu. Penilaian autentik merupakan antitesis dari ujian stanar, penilaian autentik memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan kemampuan terbaik mereka sambil mempertunjukkan apa yang sudah mereka pelajari.

KELEBIHAN DAN KELEMAHAN

1.        Kelebihan dari model pembelajaran CTL
a.    Memberikan kesempatan pada sisiwa untuk dapat maju terus sesuai dengan potensi yang dimiliki sisiwa sehingga sisiwa terlibat aktif dalam PBM.
b.    Siswa dapat berfikir kritis dan kreatif dalam mengumpulkan data, memahami suatu isu dan memecahkan masalah dan guru dapat lebih kreatif
c.    Menyadarkan siswa tentang apa yang mereka pelajari.
d.   Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan siswa tidak ditentukan oleh guru.
e.    Pembelajaran lebih menyenangkan dan tidak membosankan.
f.     Membantu siwa bekerja dengan efektif dalam kelompok.
g.    Terbentuk sikap kerja sama yang baik antar individu maupun kelompok.
2.        Kelemahan dari model pembelajaran CTL
a.    Dalam pemilihan informasi atau materi  dikelas didasarkan pada kebutuhan  siswa  padahal,dalam kelas itu tingkat kemampuan siswanya berbeda-beda sehinnga guru akan kesulitan dalam menetukan materi pelajaran karena tingkat pencapaianya siswa tadi tidak sama
b.    Tidak efisien karena membutuhkan waktu yang agak lama dalam PBM
c.    Dalam proses pembelajaran dengan model CTL akan nampak jelas antara siswa yang memiliki kemampuan tinggi dan siswa yang memiliki kemampuan kurang, yang kemudian menimbulkan rasa tidak percaya diri bagi siswa yang kurang kemampuannya
d.   Bagi siswa yang tertinggal dalam proses pembelajaran dengan CTL ini akan terus tertinggal dan sulit untuk mengejar ketertinggalan, karena dalam model pembelajaran ini kesuksesan siswa tergantung dari keaktifan dan usaha sendiri jadi siswa yang dengan baik mengikuti setiap pembelajaran dengan model ini tidak akan menunggu teman yang tertinggal dan mengalami kesulitan.
e.    Tidak setiap siswa dapat dengan mudah menyesuaikan diri dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki dengan penggunaan model CTL ini.
f.     Kemampuan setiap siswa berbeda-beda, dan siswa yang memiliki kemampuan intelektual tinggi namun sulit untuk mengapresiasikannya dalam bentuk lesan akan mengalami kesulitan sebab CTL ini lebih mengembangkan ketrampilan dan kemampuan soft skill daripada kemampuan intelektualnya.
g.    Pengetahuan yang didapat oleh setiap siswa akan berbeda-beda dan tidak merata.
h.    Peran guru tidak nampak terlalu penting lagi karena dalam CTL ini peran guru hanya sebagai pengarah dan pembimbing, karena lebih menuntut siswa untuk aktif dan berusaha sendiri mencari informasi, mengamati fakta dan menemukan pengetahuan-pengetahuan baru di lapangan.
Bagaimana dengan artikelnya diatas? semoga artikel ini bermanfaat bagi semua dan jangan lupa ya, bagikan artikel ini Model Pembelajaran CTL

MODEL PEMBELAJARAN CTL (CONTEXTUAL TEACHING LEARNING)

MODEL PEMBELAJARAN CTL (CONTEXTUAL TEACHING LEARNING)


 A.                LATAR BELAKANG
Ada kencenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah.Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya,bukan mengetahuinya.Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetensi mengingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang.
Pendekatan konstektual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapanya dalam kehidupan sehari-hari .Dengan konsep itu,hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa,Proses pembelajaran alamiah berlangsung dalam bentuk kegiatan siswa  bekerja dan mengalami,bukan mentrasfer pengetahuan dari guru kesiswa .Strategi pembelajaran lebih dipentingkan dari pada hasil.
B.                 PENGERTIAN
Menurut Nur Hadi CTL adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa.
Menurut Jonhson CTL adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan untuk menolong para siswa melihat siswa melihat makna didalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subyek-subyek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka.
Jadi pengertian CTL dari pendapat para tokoh-tokoh diatas dapat kita simpulkan bahwa CTL adalah konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkanya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari.
C.               TUJUAN
  1. Model pembelajaran CTL ini bertujuan untuk memotivasi siswa untuk memahami makna materi  pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari sehingga siswa memiliki pengetahuan atu ketrampilan yang secara refleksi dapat diterapkan dari permasalahan kepermasalahan lainya.
  2. Model pembelajaran ini bertujuan agar dalam belajar itu tidak hanya sekedar menghafal tetapi perlu dengan adanya pemahaman
  3. Model pembelajaran ini menekankan pada pengembangan minat pengalaman siswa.
  4. Model pembelajaran CTL ini bertujuan untuk melatih siswa agar dapat berfikir kritis dan terampil dalam memproses pengetahuan agar dapat menemukan dan menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya sendiri dan orang lain
  5. Model pembelajaran CTL ini bertujun agar pembelajaran lebih produktif dan bermakna
  6. Model pembelajaran nodel CTL ini bertujuan untuk mengajak anak pada suatu aktivitas yang mengkaitkan materi akademik dengan konteks jehidupan sehari-hari
  7. Tujuan pembelajaran model CTL ini bertujuan agar siswa secara indinidu dapat menemukan dan mentrasfer informasi-informasi komplek dan siswa dapat menjadikan informasi itu miliknya sendiri.
D.                STRATEGI-STRATEGI PEMBELAJARAN CTL
Beberapa strategi pembelajaran yang perlu dikembangkan oleh guru secara konstektual antara lain:
1. Pembelajaran berbasis masalah.
Dengan memunculkan problem yang dihadapi bersama,siswa ditantang untuk berfikir kritis untuk memecahkan .
2.Menggunakan konteks yang beragam.
Dalam CTL guru membermaknakan pusparagam konteks sehingga makna yang diperoleh siswa menjadi berkualitas.
3.Mempertimbangkan kebhinekaan siswa.
Guru mengayomi individu dan menyakini bahwa perbedaan individual dan social seyogianya  dibermaknakan menjadi mesin penggerak untuk belajar  saling menghormati dan toleransi untuk mewujudkan ketrampilan interpersonal.
4.Memberdayakan siswa untuk belajar sendiri.
Pendidikan formal merupakan kawah candradimuka bagi siswa untuk menguasai cara belajar untuk belajar mandiri dikemudian hari.
5.Belajar melalui kolaborasi
Dalam setiap kolaborasi selalu ada siswa yang menonjol dibandingkan dengan koleganya dan sisiwa ini dapat dijadikan sebagai fasilitator dalam kelompoknya
6.Menggunakan penelitian autentik
Penilaian autentik menunjukkan bahwa belajar telah berlangsung secara terpadu dan konstektual dan memberi kesempatan pada siswa untuk dapat maju terus sesuai dengan potensi yang dimilikinya
7.Mengejar standar tinggi
Setiap seyogianya menentukan kompetensi kelulusan dari waktu kewaktu terus ditingkatkan  dan setiap sekolah hendaknya melakukan Benchmarking dengan melukan study banding keberbagai sekolah dan luar negeri
Berdasarkan Center for Occupational Research and Development (CORD) Penerapan strategi pembelajaran konstektual digambarkan sebagai berikut:
1. Relatinng
Belajar dikatakan dengan konteks dengan pengalaman nyata ,konteks merupakan kerangka kerja yang dirancang guru  untuk membantu peserta didik agar yang dipelajarinya bermakna
2. Experiencing
Belajar adalah kegiatan “mengalami “peserta didik diproses secara aktif dengan hal yang dipelajarinya dan berupaya melakukan eksplorasi terhadap hal yang dikaji,berusaha menemukan dan menciptakan hal yang baru dari apa yang dipelajarinya.
3. Applying
Belajar menekankan pada proses mendemonstrasikan pengetahuan yang dimiliki dengan dalam konteks dan pemanfaatanya
4. Cooperative
Belajar merupakan proses kolaboratif dan kooperatif melalui kegiatan kelompok,komunikasi interpersonal atau hubunngan intersubjektif
5. Trasfering
Belajar menenkankan pada terwujudnya kemampuan memanfaatkan pengetahuan dalam situasi atau konteks baru.
E.                 LANDASAN FILOSOFI MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
Para pendidik yang menyetujuai pandangan ilmu pengetahuan bahwa alam semesta itu tidak hidup,tidak diam ,dan alam semesta itu ditopang oleh tiga prinsip kesaling ketergantungan,diferensiasi dan organisasi diri ,harus menerapkan pandangan dan cara berfikir baru mengenai pembelajaran dan pengajaran.
Menurut JONHSON (2004) tiga pilar dalam system CTL antara lain :
1. CTL mencerminkan prinsip kesaling ketergantungan
Kesaling ketergantungan mewujudkan diri.Misalnya ketika para siswa bergabung untuk memecahkan masalah dan ketika para guru mengadakan pertemuan dengan rekanya .Hal ini tampak jelas  ketika subyek yang berbeda dihubungkan dan ketika kenitraan menggabungkan sekolah dengan dunia bisnis dan komunitas.
2. CTL mencerminkan prinsip berdeferensiasi
Ketika CTL menentang para siswa untuk saling menghormati keunikan masing-masing ,untuk menghormati perbedaan,untuk menjadi kreatif,untuk bekerja sama ,untuk menghasilkan gagasan dan hasil baru yang berbeda ,dan untuk menyadari bahwa keragaman adalah tabda kemantapan dan kekuatan.
3. CTL mencerminkan prinsip pengorganisasian diri
Pengorganisasian diri terlihat para siswa mencari dan menemukan kemampuan dan minat mereka sendiri yang berbeda ,mendapat manfaat dari umpan balik yang diberiakan oleh penilaian autentik,mengulas usaha-usaha mereka dalam tuntunan tujuan yang jelas dan standar yang tinggi dan berperan serta dalam kegiatan-kegiatan yang berpusat pada sisiwa yang membuat hati mereka bernyanyi
Landasan filosofi CTL adalah kontruktivisme,yaitu filosofi belajar  yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal .siswaharus mengkontruksi pengetahuan dibenak mereka sendiri.Pengetahuan tidak dapat dipisahkan menjadi fakta atau proposisi yang terpisah ,tetapi mencerminkan ketrampilan yang dapat diterapkan.Kontruktivisme berakar pada filsafat pragmatiisme yang digagas John Dewey pada awal abad ke-20 yaitu sebuah filosofi belajar yang menekankan pada pengembangan minat dan pengalaman siswa.
Anak akan belajar belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah.Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya bukan hanya mengetahuinya.
F.                 KOMPONEN-KOMPONEN PEMBELAJARAN CTL
komponen-komponen model pembelajaran CTL ini antara lain :
1.      Kontruktivisme
Kontruktivisme adalah proses membangun dan menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman.
Pembelajaran ini harus dikemas menjadi proses”mengkontruksi”bukan menerima pengetahuan.
2.      Inquiry
Inquiry adalah proses pembelajaran yang didasrkan pada proses pencarian penemuan melalui proses berfikir secara sistematis.
Merupakan proses pemindahan dari pengamatan menjadi pemahaman sehingga siswa belajar mengunakan ketrampilan berfikir kritis.
Langkah-langkah dalam proses inquiry antara lain :
a. Merumuskan masalah
b. Mengajukan hipotesis
c. Mengumpilkan data
d. Menuji hipotesis
e. Membuat kesimpulan
3.      Bertanya
Bertanya dalah bagian inti belajar dan menemukan pengetahuan .
4.      Masyarakat belajar
Menurut Vygotsky dalam masyarakat belajar  ini pengetahuan dan pengalaman anak banyak dibentuk oleh komunikasi dengan orang lain.
5.      Pemodelan
Pemodelan adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sebagai sustu contoh yang dapat ditiru oleh siswa.
6.      Refleksi
Refleksi adalah proses pengengalaman yang telah dipelajari dengan cara mengerutkan dan mengevalusi kembali kejadian atau peristiwa pembelajaran telah dilaluinya untuk mendapatkan pemahaman yang dicapai baik yang bersifat positif maupun bernilai negative.
7.      Penilaian nyata
Penilaian nyata adalah proses yang dilukan oleh guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan oleh siswa.
G.                LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN CTL
Langkah-langkah pembelajaran CTL antara lain :
  1. Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri,menemukan sendiri ,dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya.
  2. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk semua topic
  3. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya
  4. Menciptakan masyarakat belajar
  5. Menghadirkan model sebagia contoh belajar
  6. Melakukan refleksi diakhir pertemuan.
  7. Melakukan penialain yang sebenarnya dengan berbagai cara.
Ciri kelas yang menggunakan pendekatan konstektual
  1. Pengalaman nyata
  2. Kerja sama, saling menunjang
  3. Gembira, belajar dengan bergairah
  4. Pembelajaran terintegrasi
  5. Menggunakan berbagai sumber
  6. Siswa aktif dan kritis
  7. Menyenangkan ,tidak membosankan
  8. Sharing dengan teman
  9. Guru kreatif
H.                KELEBIHAN DAN KELEMAHAN
1.      Kelebihan dari model pembelajaran CTL
a. Memberikan kesempatan pada sisiwa untuk dapat maju terus sesuai dengan potensi yang dimiliki sisiwa sehingga sisiwa terlibat aktif dalam PBM.
b.Siswa dapat berfikir kritis dan kreatif dalam mengumpulkan data, memahami suatu isu dan memecahkan masalah dan guru dapat lebih kreatif
c. Menyadarkan siswa tentang apa yang mereka pelajari.
d. Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan siswa tidak ditentukan oleh guru.
e. Pembelajaran lebih menyenangkan dan tidak membosankan.
f. Membantu siwa bekerja dengan efektif dalam kelompok.
g.Terbentuk sikap kerja sama yang baik antar individu maupun kelompok.
2.      Kelemahan dari model pembelajarab CTL
a. Dalam pemilihan informasi atau materi  dikelas didasarkan pada kebutuhan  siswa  padahal,dalam kelas itu tingkat kemampuan siswanya berbeda-beda sehinnga guru akan kesulitan dalam menetukan materi pelajaran karena tingkat pencapaianya siswa tadi tidak sama
b.Tidak efisien karena membutuhkan waktu yang agak lama dalam PBM
c. Dalam proses pembelajaran dengan model CTL akan nampak jelas antara siswa yang memiliki kemampuan tinggi dan siswa yang memiliki kemampuan kurang, yang kemudian menimbulkan rasa tidak percaya diri bagi siswa yang kurang kemampuannya
d. Bagi siswa yang tertinggal dalam proses pembelajaran dengan CTL ini akan terus tertinggal dan sulit untuk mengejar ketertinggalan, karena dalam model pembelajaran ini kesuksesan siswa tergantung dari keaktifan dan usaha sendiri jadi siswa yang dengan baik mengikuti setiap pembelajaran dengan model ini tidak akan menunggu teman yang tertinggal dan mengalami kesulitan.
e. Tidak setiap siswa dapat dengan mudah menyesuaikan diri dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki dengan penggunaan model CTL ini.
f. Kemampuan setiap siswa berbeda-beda, dan siswa yang memiliki kemampuan intelektual tinggi namun sulit untuk mengapresiasikannya dalam bentuk lesan akan mengalami kesulitan sebab CTL ini lebih mengembangkan ketrampilan dan kemampuan soft skill daripada kemampuan intelektualnya.
g. Pengetahuan yang didapat oleh setiap siswa akan berbeda-beda dan tidak merata.
h. Peran guru tidak nampak terlalu penting lagi karena dalam CTL ini peran guru hanya sebagai pengarah dan pembimbing, karena lebih menuntut siswa untuk aktif dan berusaha sendiri mencari informasi, mengamati fakta dan menemukan pengetahuan-pengetahuan baru di lapangan
I.             CONTOH POLA PEMBELAJARAN CTL
1.  Contoh pola pembelajaran CTL (Rumpun IPS)
Topik : fungsi pasar
Kompetensi dasar : Siswa memahami fungsi dan memahami fungsi dan jenis pasar
Indikator hasil belajar :
-Siswa dapat menjelaskan pengertian pasar
-Siswa dapat menjelaskan jenis-jenis pasar
-Siswa dapat menjelaskan perbedaan karakteristik pasar tradisional dan pasar modern
-Siswa dapat menyimpulakan fungsi pasar
-Siswa dapat membuat karangan terkait tenaga pasar.
Proses pembelajarannya
a. Pendahuluan
1) Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai sisiwa dan pentingnya materi ajar dalam kehidupan ekonomi social.
2) Guru menjelaskan prosedur pembelajaran CTL
a)  Siswa dibagi kedalam beberapa kelompok sesuai dengan jumlah
b)  Tiap kelompok ditugaskan untuk melakukan observasi kepasar tradisional dan pasar modern
c)  Melalui instrument observasi atau angket siswa diminta mencatat mengenai berbagai hal yang ditemukan dipasar.
3) Guru melakukan tanya jawab sekitar tugas yang harus dikerjakan oleh siswa.
b. Kegiatan inti
Dilapangan
1) Siswa melakukan observasi kepasar sesuai dengan pembagian tugas kelompok
2) siswa mencatat hal-hal yang mereka temukan dipasar sesuai alat observasi ,angket yang telah mereka susun sebelumnya.
Didalam kelas
1) Siswa mendiskusikan hasil temuan mereka sesuai dengan kelompoknya masing-masing.
2) siswa melaporkan hasil diskusi
3) Setiap kelompok saling menjawab  terhadap pertanyaan yang diajukan oleh kelompok lainya.
c. Penutup
1) Dipimpin oleh guru ,siswa menyimpulkan hasil observasi dan diskusi tentang fungsi dan jenis pasar sesuai dengan indicator belajr yang dicapai.
2) Guru menugaskan siswa untuk membuatkarangan tentang pengalaman belajar mereka dengan team”pasar”
2. Contoh scenario pembelajaran konstektual untuk ilmu alam atau sains
Pengorganisasian : kelompok kecil 4-5 orang
Pertemuan I   :Menyelidiki perubahan air menjadi uap dan kembali lagi menajadi air
  1. Tanya jawab tentang terjadinya hujan
  2. Penjelasan penggunaan alat
  3. Melakukan kegiatan percobaan
  4. Mengamati dan melaporkan hasil percobaan
  5. Menyimpulkan hasil kegiatan
  6. Memberi contoh terapan dalam kehidupan sehari-hari
Pertemuan II :Menyelidiki wujud lilin yang dipanaskan kemudian didinginkan
  1. Tanya jawab tentang terjadinya perubahan wujud pada lilin.
  2. Penjelasan penggunaan alat
  3. Melakukan kegiatan percobaan
  4. Mengamati dan melaporkan hasil percobaan
  5. Menyimpulakan hasil percobaan
  6. Memberi contoh terapan dalam kehidupan sehari-hari.
Alat dan Bahan :
  1. Air, lilin, korek api
  2. Kompor/pemanas, cawan
Penilaian
  1. Penialian tertulis (Mengenal perubahan wujud, mengenai benda yang berubah wujud dapat kembali kewujud semula)
  2. Kinerja(mengamati kinerja sisiwa atau melakukan percobaan)
  3. Produk(merancanng dan membuat alat penyulingan air)
J.               PENUTUP
Dari uraian diatas dapat kita simpulkan bahwa model pembelajaran CTL ,dapat membantu meningkatkan hasil belajar karena strategi CTL ini lebih memfokuskan pada pemahaman serta menekankan pada pengembangan minat pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari bukan hanya sekedar hafalan saja.Sehingga dengan strategi CTL ini siswa diharapkan dapat berfikir kritis dan terampil dalam memproses pengetahuan agar dapat menemukan dan menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya sendiri dan orang lain.Sehinnga pembelajaran dengan menggunakan strategi CTL ini pembelajaran akan lebih produktif dan bermakna.
DAFTAR PUSTAKA

DePorter, Bobbi dkk.1999.Quantum Learning.Bandung:Kaifa
Sugiyanto.Modul PLPG
www.koranpendidikan.com
kihariyadi.jogja.bloghi.com

Minggu, 23 Oktober 2016

Manaqib Syaikh Abdul Qadir al Jailani


Sultan Auliya’ – Syaikh Abdul Qadir al Jailani
Yang istimewa dari manaqib ini adalah diambil dari karya Imam Ibn Hajar Asqalani, seorang ulama hadits yang terkenal kehati-hatiannya. Beliau jarang membahas tentang tasawuf (sufi), sehingga karya yang diambil dari kitab kecil ini perlu mendapat perhatian. Karya tidak diambil semuanya, hanya dicuplik sebagian kecil saja. Jika ingin menelaah seluruhnya, silakan baca kitabnya. Banyak beredar di toko buku.
.
Syaikh Abdul Qadir al Jailani (470 – 562H)
Beliau adalah syekh Abdul Qadir Ibn Abu shalih Musa “Janki Dost” ibn Abu Abd Allah Ibn Yahya al-Zahidi Ibn Muhammad Ibn Dawud, Muhyi al-Din (Penegak Agama), Abu Muhammad al-Jili, al-Jilani (orang Jilan), al-Baghdadi (orang Baghdad), seorang Arif bi Allah (mencapai makrifat Allah), al-shufi (seorang sufi), al-Hanbali (pengikut mazhab Hanbali). Beliau lahir pada tahun 470 Hijriah.
Datang ke Baghdad untuk belajar hadis, beliau belajar fikih kepada Abu Sa’id al-Makhzumi al-Hanbali. Syekh Abu Sa’id membangun sebuah madrasah, lalu memberikannya kepada Syekh Abdul Qadir. Di madrasah itulah syekh Abdul Qadir berdakwah kepada manusia, memberi wejangan kepada mereka semua, dan manusia memperoleh banyak manfaat karena kehadiran beliau. Beliau memiliki wajah yang sejuk, juga sangat pendiam, kecuali jika sudah menyangkut amar makruf nahi munkar-maka beliau sangat tegas dan keras. Di dalam diri beliau bersemayam sikap zuhud yang tak berbanding, dan beliau memiliki ahwal (kondisi ruhaniah) yang baik, serta peIbuagai ketersingkapan spiritual. Bagi para pengikut dan sahabat-sahabat, beliau mewariskan peIbuagai ajaran. Beliau wafat pada malam Sabtu tanggal 8 Rabi, al-Awwal tahun 562 Hijriah, dan usia 90 tahun, dimakamkan di [areal] madrasahnya.
Syekh Abdul Qadir memiliki beberapa karya, antara lain:
(1) Tuhfah al-Muttaqin wa  Sa bil al-’Arifin;
(2) Hizb al-Ra ja’wa  al-lntiha ‘;
(3) Risa la h al-Gha utsiyya h;
(4)) Al-Ghunya h fi alTasha wwuf;
(5) Futuh al-Ghaib;
(6) al-Fuyudlat at-Rabbaniyyah fi al-Aurad al-Qadiriyyah;
(7) Al-Kibrit al-Ahmar fi Shala t ‘ala at-Nabiyy Saw;
(8) Mara tib al-Wujud;
(9) Mftaj Lathif al-Ma’a ni;
(10) Yawaqit al-Hikam, dll.
Berkaitan dengan tarjamah (biografi, sejarah hidup) beliau, Anda bisa melihat dalam kitab-kitab berikut ini:
(1) Kasyf al-Zhunun, 5/596;
(2) Al-A’lam karya al-Zarkali, 4/47;
(3) Al-Nujum al-Zahirah, 5/371.;
(4) Syadzarat al-Dza hab, 4/198;
(5) Al-Thabaqat aLKubra karya al-Sya’rani, 1/108;
(6) At-Ka wakib al-Durriyyah, 1/676;
(7) Fawat al-Wafayat, 2/2;
(8) Mu’jam al-Mu’a llifin, 5/307;
(9) Hadiyyah al-Arifin, 1/596;
(10) Al-Bidayah wa al-Nihayah, 12/276, dll.
Telah ada sebuah riwayat yang sering disebut tentang hari kelahiran Syekh, kata Ibnu al-Najjar: Syekh dilahirkan pada tahun 471. Yang lain dari kalangan ahli sejarah mengkabari kami, bahwa Syekh lahir sekitar tahun 470, atau sesudahnya. Ketika Syekh Abdul Qadir ditanya tentang kelahirannya, beliau berkata: ‘Aku tidak tahu persis, akan tetapi yang jelas aku memasuki Baghdad ketika berumur delapan belas tahun bertepatan dengan tahun wafatnya Syekh al-Namimi. ” Syekh al-Namimi adalah seorang Syekh mazhab Hanbali yang bernama Rizq Allah bin Abd al-Wahhab-dan wafatnya pada bulan Jumadil Awwal, tahun 488 Hijriah.
Ibu Syekh bernama Fathimah, dengan nama alias Ummul Jabbar, dan sering dijuluki Ummul Khair. Al-Yunaiti berkata: “Beliau dinamakan demikian karena memiliki anugerah yang banyak dan agung, yakni berupa kebajikan dan kesalehan.” Abu Sa’id al-Hasyimi berkata: “Dalam hal ini, beliau memang pantas [dijuluki demikian], karena beliau merupakan putri dari seorang syekh ahli zuhud Abu Abdullah al-Shum’i, dan apalagi beliau [Fathimah] memiliki sifat-sifat kebajikan dan kesalehan.”
Al-Syanthufi meriwayatkan darijalur Nashr bin Abd al-Razzaq: Aku mendengar dari para syekh terkemuka negeri-negeri Ajam, serta ulamaulama mereka, yang meriwayatkan dari nenek-moyang mereka, bahwa [ketika masih bayi] Syekh Abdul Qadir tidak menyusu puting bundanya pada bulan Ramadhan. Ada tambahan riwayat darijaluryang lain: Bahwa suatu waktu Imenjelang Ramadhan] tanggaltertutup awan, maka orang-orang bertanya kepada Ibnda Abdul Qadir, dan dijawabnya bahwa Abdul Qadir hari itu tidak menyusu, dan kemudian orang-orang diyakinkan bahwa pada hari itu adalah [memang] awal Ramadhan. Al-Syanthufi menambahkan, katanya: “Kemudian tersebarlah berita ke seluruh negeri, bahwa Abdul Qadir adalah bocah mulia, karena ia tidak menyusu di siang hari Ramadhan, dan dia mempunyai seorang bibi bernama Aisyah, seorang yang salehah.”
ClRI-CIRI SYEKH
Syekh al-Muwaffiq berkata: “Beliau berbadan langsing, posturnya tinggi sedang, dan dadanya lebar. Beliau memiliki jenggot yang lebat, kedua alis mata beliau bewarna coklat dan bertemu satu sama lain. Beliau memiliki suara yang keras terdengar.” Syekh Iburahim bin Sa’id al-Dari berkata: “Beliau memakai pakaian ulama, memakai thailosan (sorban khas ulama, semacam toga di zaman sekarang,-pent.), dan mengendarai bagal [jika bepergian].”
MASA DEWASA, MENCARI ILMU, DAN MASUK DUNIA TAREKAT
Ibnu al-Najjar berkata, melaluijalur periwayatan yang sudah sangat dikenal: Abu Muhammad Abduilah bin Abu ar-Husain al-Hayani menulis untukku, dan aku menyarinnya dari tulisannya itu, katanya, syekh al-Jilani berkata, bahwa suatu kali Ibndanya berkata kepadanya: “Pergilah ke Baghdad dan carilah imu di sana.” KataSyekh: “Maka aku pun melewati negeri demi negeri, dan aku waktu itu masih berumur enam belas tahun. Ibnu Tsaman rnengatakan: sepuluh tahun, dan aku suntuk dalam laku mencari ilmu tersebut.”
Thalhah bin Muzhaffar al-Alani berkata: Syekh berkisah: “Suatu kali aku tinggal di Baghdad selama 20 hari, tetapi aku tidak mendapatkan apa pun yang bisa aku makan, juga aku tidak mendapatkan pekerjaan. Maka aku pergi ke Serambi Agung lwan Kisra, mencari pekerjaan. Di sana aku berjumpa dengan tujuh puluh orang saleh, yang kesemuanya punya maksud yang sama denganku. Aku berkata sendiri: “Rasanya seperti tidak memiliki watak muru’oh [wibawa] jika aku harus bersaing dengan rnereka.” Maka aku kernudian kembali ke Baghdad, dan kemudian aku bertemu dengan seorang yang mengenaliku kenal, karena dia [ternyata] adalah penduduk satu kampung denganku. Dia memberiku beberapa uang logam, sembari berkata: “Ini ibumu yang mengirimkan untukmu melalui aku.” Aku istirahat sejenak setelah menerima uang tadi, lalu aku mengambil sebagian untukku, sedangkan sisanya aku bawa ke kawasan miskin di sekitar Serambi Agung, dan di sana aku membagi-bagikannya kepada tujuhpuluh orang saleh itu. ?pa ini?” tanya mereka. Aku menjawab: “Ini pemberian dari bundaku di Jilan untukku. Aku merasa tidak sreg untuk menghabiskannya sendiri tanpa berbagi dengan kalian”. Kemudian aku kembali lagi ke Baghdad, dan menggunakan uang yang tersisa untuk beli makanan yang cukup banyak. Aku mengajak orang-orang miskin bergabung denganku, dan kemudian kami pesta bersama. Tidak ada sisa lagi sedikit pun dari uang-uang logam tadi. Habis.”
Thalhah berkata, kata syekh lagi: “Dalam hatiku tebersit keinginan untuk keluar [saja] dari Baghdad, karena waktu itu kurasa banyak sekali fitnah (bencana) terjadi di sana. Maka aku mengambil mushaf al-Qur’an dan menggantungnya di pundakku. Aku laiu berjalan menuju gerbang al-Khaliqah, agar aku bisa keluar menuju gurun pasir [saja]. Akan tetapi, tiba-tiba aku mendengarsebuah suara berkata kepadaku: “Kamu hendak ke mana?” Suara itu [seperti] mendorong fisikku dengan sangat kuat, sehingga aku terhempas ke tanah. serasa suara itu berdiri di belakangku ketika dia berkata: “Kembalilah, karena manusia akan memperoleh rnanfaat dari keberadaanmu di sini.” Aku menjawab: “Apa urusanku dengan orang lain! Kepentinganku adalah bagaimana menyelamatkan agamaku.” Dia menjawab: “Pokoknya kembali saja, maka keselamatan agamamu akan dijamin!” Hingga sekarang aku tak pernah melihat wujud fisikal suara tersebut.” “Tidak lama setelah itu, pada suatu malam aku mengalami penghampiran aneka keadaan ruhani (ahwol). Aku merasa sangat sulit memahami makna-makna di balik ke semua ihwal tersebut. Aku pun berdoa kepada Allah, kiranya Dia sudi rnempertemukan aku dengan seseorang yang akan menyingkapkan makna-makna itu untukku. Esoknya, aku berjalan melewati sebuah tempat bernama Al-Muzhaffariyyah. Di sana aku berpapasan dengan seorang yang membuka pintu rumahnya. Dia berkata kepadaku: “Hai Abdul Qadir, kesinilah!” Aku mendatangi rumahnya dan berdiri di hadapannya, dan dia bertanya: ‘Apa yang kamu minta tadi malam atau kemarin?” Aku terdiam, seperti kehilangan kata-kata.
Sikapku itu rupanya membuat dia jengkel. Dia membanting daun pintu keras-keras di depanku, sampai debu-debu ujung pintu itu mengepul menerpa wajahku.” “Kemudian, ketika aku berlalu sebentar, aku baru teringat tentang apa yang aku mohonkan kepada Allah, dan aku langsung berpikiran bahwa orang itu tadi adalah seorang dari kalangan saleh (wali). Maka aku coba melangkah balik, mencari rumah itu lagi. Sayangnya, aku tidak bisa menemukannya, sampai akhirnya dadaku terasa sesak. Di kemudian hari aku tahu bahwa orang tersebut adalah Syekh Hammad al-Dabbas. Aku menjadi muridnya, dan dia berkenan menyingkapkan makna dari ihwal yang sulit aku pahami itu.” “[Biasanya, selama menjadi muridnya,ljika aku tidak hadir di hadapan Syekh Dabbas karena sedang belajar ilmu fikih, disaat aku kembali menghadapnya dia [akan] berkata: “Apa urusanmu datang kemari? Kamu kan seorang ahli fikih. Enyah saja dari sini, dan bergabunglah dengan para fukaha!” Aku hanya diam saja. Ketika tiba hari Jumat, di keluar dari Baghdad bersama beberapa sahabatnya untuk menunaikan salat Jumat. Aku juga ikut bergabung. Salatnya di masjid jamik Rushafah. Dia tampak sangat kedinginan, karena waktu itu memang sedang musimnya. Ketika melintasi sebuah sungai, dan sampai di jembatannya, dia mendorongku sehingga aku tercebur dan hanyut. Telanjur basah, aku niatkan saja sekalian mandiJumat. “Bismillah, aku mandiJumat,” kataku. padahal waktu itu aku memakai jubah wul, dan di [saku] lenganku ada upah [hasil kerjaku], maka aku angkat kedua tanganku [untuk minta tolong]. Tetapi mereka membiarkanku begitu saja, dan mereka pergi. Akhirnya dengan susah payah aku berhasil mentas dari sungai. Aku peras jubahku yang kuyup dan mengikuti mereka ke masjid, dan aku waktu merasa sangat sakit karena kedinginan.”Di kali yang lain, jika aku tidak datang ke hadiratnya, [lagi-tagi] karena sedang belajar fikih, dan kemudian datang ragi kepadanya, dia biasanya berkata: “Hari ini kita menerima kiriman roti berlapis madu yang sangat banyak. Kami makan semuanya, dan tidak menyisakan sedikit pun buat kamu.” sahabat-sahabat syekh Dabbas juga tidak jarang-jarang berlaku kasar kepadaku, mungkin karena mereka juga kerap kali melihat syekh Dabbas menyakitiku, terutama melalui kata-katanya yang pedas. Jika aku datang, mereka biasanya akan berkata-kata mencibir seperti ini: “Kamu kan ahli fikih, jadi untuk apa kamu ke sini?” atau, “Apa yang membawamu ke sini?” Tetapi, jika Syekh Hammad tahu mereka menyakitiku, serta merta dia membelaku dengan berkata kepada mereka: “Wahai anjing-anjing, kenapa kalian sakiti dia! Demi Allah, tidak ada seorang pun di antara kalian yang [derajat spiritualnya] setara dengan dia. Aku menyakiti dia semata-mata demi menguji dia, supaya dia kelak menjadi gunung yang tak bisa tergoncangkan.
KELUASAN PENGETAHUAN SYEKH
Ibnu al-Jauzi berkata dalam kitabnya, Mir’oh al-Zoman, bahwa: “suatu kali beberapa fatwa dari negeri seperti lrak dan sekitarnya disampaikan kepada Syekh Abdul Qadir. Tetapi, tidak pernah sekali pun suatu fatwa singgah pada syekh, kecuari beriau rangsung menuriskan tanggapan setelah membacanya tanpa berpikir sama sekali. syekh berfatwa menurut mazhab syaf i dan mazhab Ahmad bin Hanbal (Hanbali), dan beliau memberikan jawabannya kepada para ulama, sehingga mereka merasa takjub karena begitu cepat beliau memberikan tanggapan. siapa pun yang menguasai suatu bidang keilmuan, pasti syekh juga menguasai ilmu tersebut, sehingga beliau bisa mengatasi lawan-debatnya, dan membuat mereka jadi butuh terhadap syekh. Dan sebagairnana dinukil dari beberapa ulama terkemuka, bahwa syekh menguasai tiga belas macam iimu pengetahuan” Di madrasahnya, beliau mulai dengan mengajar ilmu tafsir, kemudian ilmu hadis, lalu fikih, lalu tentang khiiafiah, dan [khusus] bakda dhuhur, para santri membaca al-eur,an dengan aneka macam qira’ah, lengkap dengan jalur riwayatnya.”
Diceritakan dari syekh Ali:’Aku berziarah ke makam lmam Ahmad Ibn al- Hanbali Ra, [maka] aku lihat [secara ruhaniah] lmam Ahmad keluar dari kuburnya dan mendekap Syekh sampai menempel ke dadanya dan memakaikan kepadanya sebuah pakaian [jubah, khil'ah], sembari berkata: “Mereka telah berhajat kepadamu dalam ilmu syariat dan ilmu hakikat.”
Syekh ‘Umar berkata: “Pada suatu malam, ketika aku memanggil bangsa jin karena suatu.urusan [dengan mereka], mereka datang terlambat. Ketika akhirnya datang, mereka berkata: “Jangan lagi kamu panggil kami pada hari ketika kami sedang berada di majelis Syekh Abdul Qadir.” Aku bertanya: “Hei, apakah kalian juga menghadiri majelis Syekh Abdul Qadir Ra?” Mereka menjawab: “Ya, dan demi Allah, sebagian dari kami ada yang masuk Islam melalui tangannya, sementara sebagian yang lain sekarat dan mati [karena mendengar ceramahnya].”
Al-Syanthufi dari jalur Abu Abdillah bin Abu al-Fatah mengisahkan: ‘Aku berkhidmat pada Syekh Abdul Qadir selama empat puluh tahun. Selama itu pula aku melihat bahwa Syekh selalu salat subuh dengan wudhu salat isya; beliau memasuki ruang khalwatnya sehabis salat isya dan tidak keluar kecuali saat terbit fajar.” Kata Syanthufi lagi: ‘Aku pernah bermalam di rumah Syekh, aku melihat beliau salat di awal malam dengan cara yang ringan (berdurasi pendek), kemudian beliau berzikir hinggal sepertiga malam yang pertama dan beliau melayang ke udara sehingga lepas dari pandanganku. Kemudian beliau salat [sunat] sembari berdiri dan memanjangkan sujudnya, lalu duduk dengan mantap dan sedemikian suntuk (tenang), dan kulihat seberkas cahaya meliputi beliau sehingga pandanganku hampir lenyap.” Syekh pernah berkata: ‘Aku telah menelisik segala bentuk amal [kesunatan]. Kesimpulanku, tak ada amal yang lebih utama dari memberi makan sesama. Jika ada sedikit saja harta duniawi di tanganku, maka tak aku sisakan sedikit pun, karena semuanya aku berikan kepada orang-orang yang kelaparan.” Syekh, jika malam hari tiba, selalu menyuruh pelayannya bernama Muzhaffar untuk mengambil senampan roti, sehingga beliau bisa memberi makan kepada siapa pun yang ingin bermalam di rumah beliau. Beliau pernah berkata: ‘Aku membayangkan diriku berada di gurun dan padang pasir, seperti yang pernah aku alami dahulu, di mana aku tidak melihat manusia, dan tak ada manusia pun yang tahu tentang aku, namun dengan cara seperti itu kemudian Allah menjadikanku bermanfaat bagi manusia. Sungguh, lebih dari lima ratus orang yahudi dan Nasrani telah bertaubat melalui tanganku, dan lebih dariseratus ribu kaum gelandangan dan penjahat bertaubat lewat aku. Ini semua merupakan kebaikan yang mahabesar.” Adalah Syekh, jika beliau memiliki anak yang baru saja terlahir, beliau membawanya kepada orang-orang dengan kedua tangannya dan berkata: “Ini adalah mayat,” maka ingatan kepada sang anak sejak itu lenyap dari hati beliau. Maka jika sekali waktu salah seorang anaknya meninggal, [peristiwa] kematian itu tidak memperngaruhi beliau sedikit pun. Karenanya, ketika sekali waktu seorang anaknya meninggal, sementara beliau sedang berada di majelis pengajian, beliau hanya menywuh orang-orang untuk mengurus jenazah anaknya tetapi beliau sendiri tidak menghentikan ceramahnya di majelis pengajian tersebut. Biasa saja terjadi, ketika sang pemandi jenazah sedang memandikan jenazah anaknya, di sisi lain beliau sedang berceramah kepada orang-orang. Jika pengajian telah selesai, orang-orang pun langsung menghadapkan jenazah kepada beliau, dan beliau pun turun dari kursinya, kemudian beliau salat jenazah, mengantarkannya ke kuburan, dan setelah itu beliau kembali ke aktivitas semula.”
Umar al-Kuhmani berkata: “Majelis Syekh tidak pernah sepi dari orang-orang yang masuk Islam, baik dari kalangan Yahudi maupun Nasrani’ Tidak juga sepi dari orang-orangyang bertaubat, baik dari kalangan penyamun, pembunuh, dan selain itu.” Katanya lagi: “Suatu kali seorang rahib datang dan masuk Islam melaluitangan Syekh, dan sang rahib kemudian berkata kepada orang-orang (jemaah): “Namaku Sinan, aku orang Yaman, dan Islam telah lama tumbuh di dalam diriku. Ada keinginan kuat
dalam diriku, bahwa aku tidak akan masuk Islam kecuali melalui tangan manusia terbaik di Yaman menurut pandanganku. Aku suatu kali duduk sembari berpikir, tiba-tiba aku tertidur, dan aku bermimpi Sayyid Isa Ibn Maryam AS menemuiku dan berkata kepadaku: “Wahai Sinan, pergilah ke Baghdad dan masuk Islamlah melalui tangan Syekh Abdul Qadir Jailani, karena sesungguhnya dia adalah manusia terbaik di muka bumi untuk saat ini.”
Masih kata al-Kuhmaniy: “Datang pula tiga belas orang Nasrani ke majelis pengajian Syekh, dan mereka masuk Islam melalui tangan beliau. Mereka berkata: “Kami adalah Nasrani Arab, kami ingin masuk Islam, namun kami bingung tentang siapa yang melalui tangannya kami akan mengucapkan syahadat. Tiba-tiba, ketika kami sedang berkumpul, ada suara yang mengarah kepada kami, tetapi kami tidak melihat wujuud fisiknya, dan kami dengar kata-katanya: “Wahai para pencari yang tengah beruntung, datanglah ke Baghdad dan masuk Islamlah melalui tangan syekh Abdul Qadir. Dia akan meletakkan formula keimanan di dalam hati kalian dengan keberkahan yang dia miliki; keimanan yang formulanya tidak dimiliki oleh seorang pun selain dirinya dari sekalian manusia untuk saat ini.”
Manshur Ibn al-Mubarak al-Wasithi, yang lebih terkenal dengan sebutan ‘Al-Juradah” [Buah Pohon Palm], berkata: “Suatu kali, ketika aku masih muda, aku menemui syekh AbdulQadir, dan aku membawa sebuah kitab tentang fiIsafat abstrak (faIsafoh) dan pengetahuan ruhaniah spekulatif (at-ruhaniyyah). Beliau serta merta berkata kepadaku, padahal beliau belum pernah melihat isi buku tersebut: “Hai Manshul kitab yang ada padamu itu adalah teman yang buruk. Pergilah dan mandikan ia sebersih mungkin.” Menanggapi perintah Syekh,aku putuskan meninggalkan kitab itu di rumah saja, dan tak akan pernah membawanya lagi setelah itu. Hatiku tidak merasa sreg jika mencucinya, karena hatiku telah terikat dengan sebagian isi kitab tersebut. Aku hampir beranjak dan pergi, untuk mewujudkan rencanaku, tetapi syekh mengawasiku. Entah kenapa, aku seperti tidak bisa beranjak. Rasanya seperti terjebak. Syekh kemudian berkata kepadaku: “serahkan kitab itu kepadaku.” Aku membukanya [terlebih dahulu], dan alangkah teikejut daku, karena aku lihat kitab tersebut hanya berisi halaman-halaman kosong. Tak ada satu cuil pun tulisan tertulis di dalamnya. Aku pun memberikannya kepada Syekh, dan beliau kemudian membuka-buka lembaran-lemba ra n kita tersebut, lalu berkata: “Ini adalah kitab Fadilah al-Qur’an, (Fadlail al-Qur’an), karya Ibn al-Daris Muhammad.” Ketika aku menerimanya, kulihat bahwa kitab itu benar-benar [kitab] Fadla’il al-Qur’an, yang ditulis dengan khat yang sangat indah. Syekh kemudian berkata kepadaku: “Bertaubatlah dari berkata-kata melalui mulutmu hal-hal yang tidak berasal dari hatimu.” Sejenak kemudian aku tiba-tiba mampu bangun. Tetapi aku sudah lupa semua hal yang aku dapatkan dari buku [fiIsafat dan pengetahuan ruhaniah spekulatifj tadi."
Dinukil dari sang Qutub, yakni al-Yutaini, dalam kitab Mukhtashar al- Mir'ah, dari Syekh Abu Sa'id al-Qilawi, katanya: 'Aku melihat para nabi di majelis syekh tidak hanya sekali, karena arwah nabi-nabi berlalu lalang antara langit dan bumi bersama angin di setiap ufuk." Katanya lagi: “Aku lihat juga kaum rijal al-ghaib (kalangan gaib) saling berlomba untuk hadir di majelisnya, aku lihat juga Khidlir sering sekali datang ke majelis. Aku bertanya kepada Khidlir, kenapa dia sering hadir, maka Khidlir menjawab:
"Siapa yang menginginkan keberuntungan, maka hendaklah ia tidak pernah berpisah dengannya (Syekh)."
Ibn Abu al-Fath al-Harawi berkata: "Suatu hari aku menghadiri majelis Syekh, beliau berceramah hingga sepuas-puasnya. Kemudian beliau berkata: "Jika Allah berkehendak mendatangkan seekor burung hijau, yang bagus rupanya dan ikut mendengar kata-kataku, pasti Dia akan melakukannya..." Belum selesai beliau berkata, tidak lama kemudian muncul burung hijau dan hinggap kopiahnya. Di hariyang lain beliau sedang berceramah, kefika suatu kali sebagian jemaah pengajian [baru] masuk ke majelis, dan beliau kemudian berkata: “seandainya Allah menghendaki untuk mengirimkan burung-burung hijau, pastilah setiap orang yang hadir akan melihatnya.”
GURU-GURU BELIAU
Syekh mendengar hadis dan meriwayatkan dari Abu Ghalib Muhammad Ibn al-Hasan al-Baqillani, Abu Bakar Ahmad Ibn al-Muzhaffar, Abu ar-easim Ali Ibn Ahmad Ibn Bayan, Abu Muhammad Ja’far Ibn Ahmad al-Sarraj, Abu Sad Muhammad Ibn Abd al-Malik Ibn Hasyisy, al-Hafizh Abu al-Ghana,im Muhammad Ibn Ali al-Tursi, yang bergelar’Abu Thalib”, Abd al-eadir Ibn Muhammad Ibn Abu Yusul Abu utsman lsma’il Ibn Millahlan Abu al-Barakat Hibat Allah ibn Muhammad, Abu al-Huasin Abd al-Haqq Ibn Abd al-Khaliq ibn yusuf, Abu al-‘Izz Muhammad Ibn Abu Bakar.
Syekh belajar fikih dari Al Qadli Abu sa’id al-Mubarak Ibn Ali al-Makhzumi, ‘Ali Abu al Khaththab al Kalwazani, Abu al-Wafa Ali Ibn ‘Uqail, serta Abu al-Hasan Ibn al Fara’. Ilmu adab (etika spiritual) diperoleh Syekh dari syekh Abu Zakariyya al Tabrizi, Syekh Ahmad al-Dabbas al-Zahid dan dibimbing suluk olehnya, juga [belajar adab] dari Syekh Yusuf Ibn Ayyub al-Zahid ketika masuk Baghdad di masa-masa akhir hayatnya, juga dari Taj al- ‘Arifin Abu al-Wafa. Dari beliau, anak-anaknya meriwayatkan hadir. Mereka di antaranya Abd al-Wahhab, Abd al Razzaq, dan Musa, juga para hafizh seperti Abu Sa’id al-Sam’ani, Umar Ibn Ali al-Qarasyi, Abd al-Ghani Ibn Abd al-wahid Ibn Ali Ibn Surur, syekh Muwaffiq Abd Allah ibn Ahmad Ibn Qudamah, syekh Ali Ibn ldris al-Ya’qubi, Abu Hurairah Ibn al-Wasthani, Akmal Ibn Mas’ud, Yahya Ibn sa’d Allah al-Takrimi, Ahmad Ibn Muthi’ al-Bahirani, dan masih banyak lagi. Yang terakhir mendengar dari Syekh adalah Abd al-Lathif Ibn Muhammad Ibn Ali al-Qubaithi, dan yang menerima ijazah beliau adalah al-Farj Ibn Maslamah al-Dimsyaqi.
SANJUNGAN MANUSIA KEPADA SYEKH
Al-Hafizh Abu Sa’id al-Sam’ani berkata di dalam lampiran kitab Tarikh Baghdad: “Syekh adalah seorang yang saleh, banyak berzikir, tekun dalam laku tafakur, serta gampang melelehkan air matanya.”
Syekh Abu al-Muwaffiq Ibn Qudamah berkata: ‘Aku tidak pernah mendengar seorang pun yang keramat-keramatnya diceritakan melebihi keramat yang diceritakan tentang Syekh Abdul eadir, dan aku tidak melihat seorang pun yang dihormati oleh manusia, atas nama kepentingan agama, melebihi Syekh.”
Al-Syanthufi mengutip dari Syekh al-’lmad Muhammad ibn Ibrahim al- Muaddi, bahwa dia mendengar syekh al-Muwaffiq mengatakan: “Syekh Abdul Qadir adalah satu di antara manusia yang telah mencapai tingkat tinggi kepemimpinannya baik dalam hal ilmu, amal, hal, serta kewibawaan. Bagi seorang pencari ilmu apa pun, beliau adalah seorang guru yang mencukupi segalanya. Dalam diri beliau berkumpul segala
macam pengetahuan, dan beliau adalah seorang yang sabar dalam memberikan bimbingan [kepada muridnya]. Beliau tetap berkelanjutan (kontinu, istiqamah) dalam beramal. Allah telah mengumpulkan di
dalam diri beliau sifat-sifat yang indah, serta keadaan ruhaniah (ahwat) yang agung. Sepeninggal beliau, aku tidak pernah melihat seorang pun yang sebanding dengan beliau.”
Abu Hurairah mengabari kami, bahwa al-Hafizh syarns al-Din al-Dzahabi berkata: “Kami tidak hanya sekali diberi ijazah periwayatan dari ayahnya, katanya, aku mendengar al-Hafizh Syaraf al-Din al-yunif, katanya, aku mendengar Syekh ‘lzz al-Din Ibn Abd al-Salam berkata: “Tidak pernah dinukil kepada kami riwayat tentang keramat-keramat secara mutawatir, kecuali kerarnat-keramat tentang Syekh Abdul eadir.” Ada yang berkomentar: “Orang yang mengatakan tentang kebenaran Syekh Abdul Qadir ini memiliki adab yang buruk, tidak lebih dari itu, dan tidak meragukan lagi bahwa dia ‘Jahannami’ (penduduk Jahannam).” Syekh ‘Izz al-Din tidak memberikan sedikit jawaban pun atas komentar ini, karena keyakinan yang dia miliki. Dia hanya berkata: “pandangan (mazhab)yang melazimkan dirinya sendiri (menyalahkan yang lain), tidak layak disebut sebagai pandangan.”
Al-Hafizh Muhibb al-Din Ibn al-Najjar, dalam lampiran Tarikh Baghdad mengatakan: “Abdul Qadir Ibn Shalih Ibn ‘Jangi Dost’ (persia: sang petarung, -pent.l al-Zahid adalah salah satu imam Islam yang selalu menga malka n pengetahuan nya, serta e m pu kera mat-keramat yang nyata…”, dan seterusnya, sampai pada perakatan: “… kemudian beliau juga selalu istiqamah, tekun dalam laku khalwat, riyadhah, mengembara, mujahadah yang berat, melawan kecenderungan diri, selalu dalam keadaan terjaga (tidak tidur) sampai akhirnya Allah memunculkan beliau kepada seluruh makhluk, serta menganugerahkan penerimaan yang besar baik dari umat awam maupun khusus. Allah juga memperlihatkan kearifan-kearifan hatinya melalui lisan beliau. Kewalian beliau pun tampak, juga tanda-tanda kedekatan beliau kepada Allah Swt. Cukup sedemikian saja tentang beliau.”
Abu al-Muzhaffar Yunif Sabath Ibn al-Jauzi, dalam kitab tarikhnya, Mir’at mengarahkan mereka pada kasyaf (ketersingkapan ruhani). Jika Syekh berdiri, maka mereka {jemaah} pun berdiridemi menghormat pada beliau. Jika Syekh berkata kepada mereka, “Diamlah kalian semua!” maka tidak terdengar desis atau suara apa pun kecuali nafas mereka sendiri. Ada sebuah riwayat mengisahkan, bahwa ada seorang jemaah majelis yang meletakkan/menempelkan tangannya [secara acak ke sembarang arah/tempat], dan ia seperti menyentuh tubuh seseorang yang tidak kasat mata, dan kadang-kadang para jemaah mendengar suara gemuruh yang hebat dari udara yang mendarat ke areal majelis.”
Al-Hafizh Muhammad al-Dzahabi berkata dalam kitabnya, Tarikh al-Islam, tentang sosok Abdul Qadir lengkap dengan detailgaris nasabnya, hingga dikatakan olehnya, “… beliau seorang Jili (penduduk Jailan), bermazhab Hanbali, empu peIbuagai keramat dan maqarn spiritual, serta pembesar kaum Hanabilah {penganut mazhab Hanbali)… dan seterusnya…,” hingga pada perkataan, “…tidak ada yang sebanding dengan beliau, tidak pernah berkata-kata dengan suara keras, serta bersungguh-sungguh baik dalam ilmu maupun amal.”
Al-Hafizh Zain al-Din Ibn Rajab, dalam lampiran kitab Thabaqat, berkata: “Syekh Abdul Qadir adalah penghulu kaum Hanbali, syekh di zarnan nya, serta pemimpin (sultan) para masyayikh, penghulu ahli tarekat di zamannya. Beliau adalah empu peIbuagai maqam spiritual… dan seterusnya,” hingga sampai pada perkataan, ’1.. beliau memperoleh penerimaan yang sempurna dari umat, dan umat meyakini kesalehannya serta keberagamaannya. Mereka beroleh banyak manfaat dari ceramah dan dakwah beliau. Kaum Ahlus Sunnah mendapat pertolongan dengan kehadirannya. Ahwal dan keramat-keramat beliau termasyhur di mana mana, dan di zamannya beliau sangat dihormati oleh para syekh, ulama, dan ahli zuhud pada waktu itu. Di majelisnya, banyak rnanusia dari pelbagai latar belakang yang bertaubat melalui tangannya.”
Ahmad Ibn Muthi’ al-Bajrami bercerita: “Aku mendatangi Syekh AbdulQadir suatu kali, beliau menolakku dan berkata: “Duduk saja di situ.” Merasa tidak disambut, aku pun berniat pergi, namun tiba-tiba seperti ada seseorang yang menyusulku dari sisi beliau. Maka aku pun kembali. Beliau berkata: “Maaf, tadi ketika kamu datang, tiba-tiba aku merasa bosan. Maka aku tertidur, dan aku bermimpi Nabi  Saw. menemuiku dan berkata kepadaku: “Engkau adalah pengajar [amal] kebaikan, maka janganlah pernah bosan. Beliau (Nabi Saw.) mengulang kata-kata itu tiga kali.” Kemudian beliau membacakan pelajaran-pelajaran yang aku inginkan.”
Al Dzahabi, dalam Tarikh al-Islam, berkata: Abu Bakar Ibn Thurkhan rnemberi kabar kepada kami, bahwa Syekh al-Muwaffiq mengabari mereka: “Kami mengaiami kehidupan bersama beliau yakni Syekh Abdul Qadir-ketika masa-masa akhir hayat beriau. Kami tinggal di madrasah demi menjaga beriau. Tidak jarang beriau mengutus puteranya, Yahya, [hanya] demi memberi penerangan kepada kami dengan lampu-lampu’ Terkadang beriau mengirimkan makanan kepada kami langsung dari rumah beriau. Beriau seraru sarat fardhu bersama kami, berjamaah, dan beliau menjadi imamnya. pada pagi hari, beliau menyimak aku membacakan pelajaran-pelajaran yang kuhapalkan dari beliau. Beliau juga menyimak bacaan ar-Hafizh Abd ar-Ghani atas kitab al Hidayah. Tak ada seorang pun yang membaca perajaran atau hafalan di hadapan beliau waktu itu kecuari kami [berdua]. Kami tinggar bersama beliau selama satu buran sembiran hari, kemudian beriau wafat, dan kami mensalati beliau dr madrasahnya. Aku tak pernah mendengar se,rang pun yang keramat-keramatnya begitu banyak diceritakan kecuali beliau. Aku juga tak pernah rnenjumpai seorang pun yang sedemikian dimuliakan oleh manusia, atas nama agama, melebihi beliau. Sanad kisah ini sampai kepada Syekh al-Mufawwiq secara mautsuq (kuat).”
Al-Syanthufi berkisah bahwa dia pernah mendengar Syekh aN-’lmad dan Abu Bakar Muhammad Ibn Iburahinr, yakni anak saudaraku al-Hafizh Abd al-Ghani, katanya: “Syekh mulai membuka majelis pengajian pada tahun 521″ Hijriah, dan memulai berfatwa, mengajar [rnurid-murid] serta pengajian umum di madrasah ketika mengin.iak tahun 528 Hijriah. Beliau setelah itu menyampaikan wasiat-wasiat spiritual, menerirna kunjungan-kunjungan [dari para syekh, raja-raja, dan sejenisnya], serta menyampaikan hadis dengan peIbuagai riwayat, menulis kitab-kitab tentang dasar-dasar agama (ushul al-din). Beliau juga sering menyampa!kan pengetahuan-pengetahuan yang lazim di kalangan ahli hakikat.”
Syekh Juradah berkata: “Suatu hari aku sedang berada di rumah Syekh Abdul Qadir. Beliau sedang duduk-duduk sambil melafalkan tasbih, ketika tiba-tiba ada debu yang jatuh berguguran dari atap rumah sampai tiga kali. Ketika debu itu menjatuhi beliau untuk yang keempat kalinya, beliau mengangkat kepala, dan melihat di atap rumah ada seekor tikus. Beliau berkata: “Melayanglah kepalamu!” Maka tubuh sang tiku” ;’rlrrlr menjadi bangkai di salah satu sudut rumah’ sedangkan kepalanya terpisah, juga jatuh di salah satu sudut rumah’ Syekh menghentikan bacaan tasbih sambir menangis. Maka aku bertanya: “wahai tuanku, apa yang membuat engkau menangis?” Beliau menjawab: ‘Aku khawatir’ ketika hatiku merasa tersakiti oleh seorang Muslim’ maka jangan-jangan azab akan menimpanya sebagaimana dialami oleh tikus ini.”
Syekh Umar Ibn Mas’ud berkata: “Syekh suatu kali sedang berwudlu di madrasahnya, ketika tiba-tiba seekor burung kencing di bajunya’ syekh kemudian mengangkat kepalanya’ yang membuat sang burung pergi terbang. Tetapi kemudian burung itu tiba-tiba jatuh mati’ Setelah Syekh menyempurnakan wudlunya’ beliau membersihkan baju yang dikencingi burung tadi. Baju itu dilepaskan dan kemudian diserahkan kepadaku’ Beliau meminta agar baju itu dijual’ dan uangnya nanti disedekahkan saja’ Beliau berkata: “Nanti harganya begini begini’”
Muhammad ibn Abu ar-Fath berkata: “suatu hari aku menghadiri majelis pengajian syekh AbdulQadir. Beriau berceramah hingga akhirnya benar-benar larut dalam ucapan-ucapan beriau. sampai kemudian beriau berkata: “Jika Allah menghendaki untuk mengutus burung hijau ke sini untuk ikut mendengar ceramahku, pastirah Dia akan merakukannya sekarang.” Belum rampung beriau berkata-kata, tiba-tiba datang seekor burung hijau yang bagus rupanya; burung itu masuk ke rengan bajunya dan tidak keluar lagi.” Kata syekh Muhammad ragi: “Di hari yang lain beliau sedang berceramah, ketika sejenak kemudian orang-orang berdesakan masuk ke dalam majelis. Beriau raru berkata: “seandainya Allah menghendaki untuk mengirim burung-burung hijau ke sini untuk ikut mendengarkan ceramahku [pasti Dia akan melakukannya sekarang].” Belum sempat kata-katanya selesai, tiba-tiba majelis sudah dipenuhi oreh burung-burung hijau.”
Abdal-Rahman Ibn al-Najm al-Hanbali berkata: “Pamanku, Abu al-Hasan Ibn Naja al-wa’izh pernah bercerita bahwa suatu hariia berkumpul bersama syekh Abdul Qadir. waktu itu bertepatan dengan hari raya, kata paman,maka aku mendahului ke tempat salat (lapangan). Tidak lama kemudian, Syekh datang bersama jemaah yang banyak sekali. Satu demi satu orang-orang menciumi tangan syekh. Beliau kemudian salat sunnah dua rekaat. Aku berkata sendiri: “Apa-apaan ini? Sunnah Nabi tidak pernah mengajarkan salat sunnah sebelum salat id.” setelah salam, syekh berpaling kepadaku dan berkata: “[Nabi tidak melakukannya] karena suatu sebab.”
KEDALAMAN UCAPAN SYEKH
Ibn al-Najjar berkata: Abd Allah Ibn Abu al-Hasan al-Juba’i pernah menulis suatu kisah kepadaku, dan aku menukilnya dari tulisan tersebut, katanya: “Syekh Abdul Qadir suatu kali pernah berkata: “Makhluk adalah hijabmu dari dirimu, dan dirimu adalah hijabmu dari Tuhanmu. sepanjang yang jadi fokus penglihatanmu adalah makhluk, maka engkau tak akan pernah melihat siapa dirimu. Sepanjang yang jadi fokus penglihatanrn’u adalah dirimu sendiri, maka engkau tak akan pernah melihat Tuhanmu (makrifat).” Kata al-Juba’i lagi, beliau berkata: “Dunia itu kacau balau, sedangkan neraka sedemikian menakutkan’ seorang hamba tepat berada di antara keduanya. Tempatnya yang tetap kelak hanya di antara dua saja: surga atau neraka.” Kata al-Juba’i lagi: “Aku pernah mendengar Syekh pernah berkata dalam beberapa kali majelis pengajiannya: “Di hadapan kalian hanya ada makhluk dan Khalik. Jika engkau memilih Khalik, maka katakanlah sebagaimana yang dikatakan Ibrahim: “… sesungguhnya mereka semua adalah musuhku, kecuali Tuhan semesta alam.” Syekh kemudian menghentakkan kakinya dan berkata: “Siapa yang dapat mengecapnya (pengetahuan tentang Tuhan; mengenal Tuhan, -pent.), maka ia telah mencapai makrifat.” Seseorang tampil dan bertanya: “Tuan, bagaimana seseorang terhimpit oleh lapar? Bagaimana ia dapat merasakan manisnya kecapan (dzauq)? Syekh menjawab: “Caranya, ia harus memuntahkan seluruh nafsu-syahwatnya.”
Dalam beberapa majelis pengajiannya beliau juga sering berkata: “Yang pertama muncul dalam diri Mukmin adalah bintang kearifan (najm al hikmah), kemudian bulan pengetahuan (qamar al ilm), dan akhirnya matahari makrifat (syams al ma’rifah). Dengan bintang kearifan ia akan melihat dunia, dengan bulan pengetahuan dia akan melihat akhirat, dan dengan matahari makrifat dia akan melihat Sang Maula.”
WAFAT SYEKH
Ibn al-Jauzi berkata: “Syekh wafat pada malam Sabtu, tanggal 8 Rabi’ al- Awwal tahun 561 Hijriah, dan dimakamkan pada waktu itu juga di madrasahnya. Usia beliau 90 tahun. Aku pernah mendengar bahwa menjelang wafat (ketika sakaratul maut) beliau berkata (mungkin ditujukan kepada para malaikat, -pent.l’. “Bersikaplah ramah kepadaku…!” sembari berdiri dan kemudian berkata: “Wa’alaikumussalam, [ya] aku datang kepada kalian, aku datang kepada kalian’”-(ata al-Jauzi lagi: Aku mendengar Yahya pernah bercerita bahwa Syekh ketika menjelang ajal berkata (mungkin ditujukan kepada para malaikat, -pent.l: ‘Aku syekh agung, [memangnya] apa yang telah diancamkan [Allah] kepadaku atas hal ini?”
Ibn al-Najjar, melalui sanadnya sendiri, menyatakan tentang kisah wafat syekh, hingga ke kata-kata: “… beliau wafat pada tanggar 10 Rabi al-Akhir tahun 561 Hijriah, dalam usia 90 tahun.” Kata ibn al-Najjar lagi: “Puteranya, Abd al-Wahhab bersalawat untuk beliau, demikian seluruh anak-anak beliau. semoga Allah memberikan ridha-Nya kepada mereka semua. semoga salawat selalu terlimpah atas sayyid kita, Muhammad, beserta keluarga dan sahabat beliau, juga salam taslim demi mereka semua; salawat dan saram yang banyak, seramanya hingga hari kiamat kelak. Amien.”
.
Selesai sudah kitab Ghibthah al-Nazhir fi Tarjamah al-Syaikh Abdul Qadir (Suka Cita sang Pemandang tentang Biografi Syekh Abdul Qadir) ini, karangan sayyid kita, junjungan kita, Syekh al-Islam Qadli al-Qudlah Syihab al-Din ibn Hajar al-’Asqalani al-Syafi’i (pengikut mazhab syafi’i). semoga Allah meliputinya dengan rakhmat-Nya, menempatkannya dalam surga-Nya yang ruas, bersama-sama dengan Muhammad saw, keluarga, sahabat, beserta seluruh anak-turunnya. Amien.
.
Sumber: Ghibthah al-Nazhir  fi Tarjamah al-Syaikh Abdul Qadir, karya Ibn Hajar al-’Asqalani al-syafi’i (w 852H), versi terjemah Hikayat Keajaiban Sultan Para Wali oleh Sabrur Rohim Soenardi, Cable Book, Klaten 2010.