SELAMA LANGIT MASIH
BERWARNA BIRU
Di sebuah sekolah SMAN Media Aksara. Ada dua orang siswa
yang duduk di kelas XII yang bernama lengkap Putri Khumayrah yang lebih akrab
dipanggil Ayrah dan Vriestika Azzahra yang lebih akrab dipanggil Rere. Mereka merupakan
sahabat yang sejak kecil selalu bersama. Rere merupakan seorang anak tunggal
yang berasal dari keluarga mapan dan tajir. Semua kebutuhan dan keinginannya
selalu terpenuhi. Sedangkan Ayrah adalah seorang anak pedagang es cendol di
tepi jalan raya, di samping sekolah mereka. Namun, walaupun mereka berbeda
derajat orang tuanya, mereka tetap bersama tanpa mempedulikan apa kata orang.
Sesungguhnya, Rere merupakan anak yang pintar, baik hati,
dan tidak milih-milih teman. Begitupun dengan Ayrah. Sebenarnya, disaat Ayrah
beranjak umur 15 tahun, Ayrah mulai berpikir bahwa dirinya itu minder
dekat-dekat ataupun bersahabat dengan Rere, namun sebelumnya Rere mengatakan
kepada Ayrah bahwa mereka harusnya jangan berpikiran tentang derajat jika
bersahabat. Akhirnya, dengan kata-kata Rere pun, sampai sekarang Ayrah tidak
minder lagi.
Ternyata, dibalik semua itu ada seorang teman mereka yang
bernama Karina yang membenci Ayrah dengan sebab kalau Ayrah itu tidak pantas
berteman dengan Rere, dan seharusnya Ayrah itu tahu diri.
Disaat Ayrah dan Rere curhat berdua di taman, di balik
tiang kelas ternyata Karina sudah memberitahukan teman-temannya untuk mengerjai
Ayrah dengan cara menumpahkan jus jeruknya diseragam Ayrah. Disaat kejadian itu
terjadi, Karinapun berkata “Oups, sorry. Aku nggak sengaja, dimaafin yah?”.
Ayrah pun menjawabnya dengan suara lembut “Oh, nggak apa-apa ko’. Namanya juga
kan nggak sengaja.” Dengan cepatnya Rere ikut membersihkan seragam sekolah
Ayrah dan berkata kepada Karina “Eh, Karina. Apa-apaan sih kamu, aku tahu koo’
kalau kamu itu sengaja kan? Ngaku aja deh.” Dengan ceplas ceplosnya Karina
membalas perkataan Rere “Heh, Rere. Seharusnya itu, kamu nggak boleh teman sama
cewek gembel ini, nanti kamu diberi virus es cendol, lagi.”
Ayrah merasa sangat terhina atas perkataan Karina. Namun,
Rere selalu ada disaat Ayrah sedih dan disaat itu Rere terus menghibur Ayrah.
Ayrah pun kembali ceria. Ayrah telah melupakan kejadian tadi, yang tadinya
dilakukan oleh Karina padanya. Dan dibalik semua itu, Karina dengan kesalnya
ingin membalas dendam kepada mereka berdua, karena telah nyolot-nyolot pada
Karina tadinya.
Keesokan harinya adalah hari ulang tahun Rere yang ke 17.
Rere mengundang semua teman sekelasnya dan sebagian teman-temannya dikelas
lain. Rere membuat sebuah pesta ulang tahun yang sangat istimewa dan meriah.
Dan, tentunya Rere mengundang sahabatnya itu yaitu Ayrah untuk datang kepesta
ulang tahunnya. Begitupun dengan Karina. Saat tiba dipesta tersebut, nampaknya
Karina telah menyusun sebuah rencana bersama kedua temannya untuk mengerjai
Ayrah yang selama ini sangat dibencinya.
Karina membuat rencana untuk mempermalukan Ayrah di depan
orang banyak. Ayrah diajaknya ke kamar Rere tanpa sepengetahuan Rere. Karina
berkata “Hy, Ra. Rere bilang sama gue untuk membuat penampilan loh jadi lebih
keren malam ini. Jadi, loh ikut gue sekarang ke kamar Rere.” Padahal, semua
yang dikatakan oleh karina semuanya bohong, karena Rere tidak pernah berkata
seperti itu kepada Karina. Namun, atas kepercayaannya kepada Karina dan
teman-temannya, Ayrah pun mengikuti apa yang dikatakan mereka.
Sampailah mereka di kamar Rere, yang tertata rapi dan
mewah. Langsungnya di dorong Ayrah kekursi meja rias Rere oleh Karina. Sejak
itu, Ayrah mulai curiga dengan tingkah laku Karina, dan mencoba membuka rahasia
dari Karina. Namun, Karina tetap saja membuat Ayrah semakin percaya dengannya.
Di bawah sana, tepatnya di kolam renang rumah Rere, Rere telah menunggu Ayrah
yang tidak tahu kemana perginya. Di kamar Rere, Ayrah telah didandani dengan dandanan
yang cukup gila. Karina membuat semuanya kacau dengan cara mendandani Ayrah
yang nampak seperti orang yang kesambet setan malam. Wajah cantik Ayrah menjadi
tak karuan, karena ulah Karina yang mengolesi wajah Ayrah menggunakan lipstik
berwarna merah, lalu dibawanya Ayrah oleh Karina dan teman-temannya ke hadapan
teman-teman yang lainnya, agar Ayrah merasa malu nantinya.
Rere sangat terkejut dengan melihat penampilan Ayrah yang
acak-acakan, dan dilihatnya rambut Ayrah yang tak kalah sepertinya dengan rambut
singa yang habis berkelahi. “Kasihan Ayrah” kata yang keluar dari mulut Rere,
sahabatnya. Di sisi lain, Karina dan teman-teman yang lainnya menertawai Ayrah
yang nampak seperti orang gila.
Satu minggu kemudian, Karina kembali menyusun rencana
agar Rere tidak mau lagi bersahabat dengan Ayrah yang dianggapnya sebagai orang
kampung oleh Karina.
Karina memberitahukan kepada Ayrah agar Ayrah meminta
uang kepada Rere sebesar 5.000.000 untuknya. Namun, Ayrah tidak mau dengan
mendengar bujukan Karina. Dengan tampak sedih namun hanya berbohong, Karina
berkata kepada Ayrah “Ra, aku butuh sekali uang itu, sekarang kakakku ada di
rumah sakit dan aku tidak punya uang untuk menebus biaya administrasinya,
makanya aku meminta kamu untuk meminta uang sebesar 5.000.000 kepada Rere
karena aku tahu kalau Rere sebenarnya juga benci sama aku dan aku juga tahu
kalau Rere dekat sama kamu, Ra. Aku mohon kali ini aja. Please.”
“Ya sudah, Insya Allah aku lakuin itu semua demi kamu dan
kakak kamu. Kamu yang sabar yah? Mudah-mudahan aku berhasil.” Kata Ayrah
“Ra, tapi, kamu jangan sampai bilang kalau kamu disuruh
sama aku yah? Aku mohon, karena mungkin jika kamu bilang kalau kamu disuruh
sama aku, mungkin Rere nggak akan ngasih kekamu.” Kata Karina dengan bujukannya
“Iya, iya Karina.” Jawabnya
Tiba-tiba, dengan menaiki mobilnya, Karina dengan
ngebutnya langsung ke rumah Rere dan mengadu dombakan Rere dan Ayrah.
“Re, Re, buka pintunya Re, aku mohon, semua ini demi
kebaikan kamu Re.” Kata Karina dengan memburu waktu
Tidak sempat melepas seragam sekolahnya, Rere pun
langsung membuka pintu rumahnya dan menemui Karina yang kelihatan panik.
Kemudian Karina menceritakan cerita yang salah kepada Rere seraya memburukkan
nama Ayrah dimata Rere. Padahal, Ayrah tidak mengetahui apa-apa.
“Re, ternyata aku sudah mengetahui semuanya. Bahwa Ayrah
itu sebenarnya mendekati kamu itu karena ada maunya. Dan aku tahu apa maunya,
dia mau memanfaatkan kamu dan uangmu disaat kamu sudah menganggapnya sebagai
sahabatmu. Dan sempat mendengar ketika Ayrah sedang bercerita kepada Venita
kalau dia itu butuh uang untuk membuat acara di luar sepengetahuan kamu dan
menggunakan uang kamu dengan alasan yang berbeda.” Kata karina membujuk Rere
“Hah? Ayrah ngomong gitu? Nggak mungkin. Aku sudah tahu
banyak tentang Ayrah dan menurut aku Ayrah itu anak yang baik-baik, bukan
seperti yang kamu katakan tadi. Kamu pasti salah dengar, Karina.” Jawabnya
dengan tidak percaya
“Aku serius Re, malahan udah dua rius. Dan kalau kamu
tidak percaya dengan apa yang aku katakan tadi, kamu boleh membuktikan sendiri
dengan menyaksikan kedatangan Ayrah kesini dengan meminta uang kepada kamu dan
dengan alasan yang berbeda dengan apa yang telah aku katakan tadi.” Katanya
“Yah sudah kalau itu mau kamu. Aku akan membuktikan semua
itu.” Kata Rere
Akhirnya rencana Karina mula-mula berjalan dengan mulus
untuk memisahkan mereka berdua. Dan setelah tidak begitu lamanya Karina pulang,
Ayrah pun datang ke rumah Rere dengan melakukan apa yang telah diperintahkan
oleh karina padanya yang merupakan sebuah jebakan yang tidak diketahuinya.
Ayrah pun langsung mengetuk pintu rumah Rere. Dan Rere
langsung membukanya, dan kemudian dengan menceritakan semuanya oleh Ayrah
dengan alasan ada yang perlu dibiayai. Rere pun langsung memberikan uang itu
dengan tunai dan uang itu telah berada ditangan Ayrah. Rere pun semakin tampak
dan kelihatan curiga kepada Ayrah dan lebih percaya kepada Karina.
Setelah hal itu terjadi, Ayrah langsung ditelepon oleh
Karina dan menyuruhnya untuk datang ke pesta meriahnya disalah satu cafe terkenal.
Ayrah pun masuk kedalam jebakan Karina. Disaat itu pun, Karina mulai menelepon
Rere untuk dapat menghadiri acaranya yang sepengetahuan Rere bahwa acara itu
adalah acara dari perbuatan Ayrah padanya. Rere pun merasa sangat kesal pada
Ayrah dan menganggap bahwa perkataan Karina memang betul. Dan sejak itu Rere
mulai benci pada Ayrah. Namun, Ayrah tidak tahu apa penyebab semua itu terjadi
pada sahabatnya.
Dengan terjadinya hal itu, mulailah Karina mendekati Rere
dan berkata “Re, bener kan yang aku bilang kalau Ayrah itu memang sengaja
berteman dan sekaligus bersahabat dengan kamu hanya gara-gara uang kamu. Dan
mendingan kamu teman dengan aku. Kita kan sama-sama anak orang terpandang, jadi
nggak mungkin kan kalau aku meras kamu dengan uang?”
“Iya juga sih, kalau itu mau kamu. Baiklah, kita
sahabatan. (sambil tersenyum)” kata Rere
“Akhirnya rencana aku berjalan mulus, dan ini yang dari
dulu aku inginkan. Menghancurkan hubungan persahabatan kalian berdua.
(berbicara di dalam hati sambil tersenyum benci)” Kata Karina
Suatu saat, Ayrah terus saja mendekati Rere untuk meminta
penjelasan untuk menjelaskan kejadian ini. Namun, kelihatannya Rere tak mampu
menahan amarahnya kepada Ayrah yang telah difitnah oleh Karina sehingga Ayrah
pun mendapat gertakan dari Rere bahwa Rere sudah tidak mau bertemu dengan Ayrah
bahkan tidak mau berkenalan lagi dengan orang yang bernama Ayrah.
Ayrah sangat sedih. Pertama, Ayrah berpikir bahwa Rere
akan memberikan senyuman manis kepadanya. Namun, begitu sulitnya membentuk
sebuah senyuman dari bibir manis Rere yang sudah terlanjur benci kepada Ayrah.
Suatu pagi di tepi jalan, Ayrah kembali menyapa Rere
dengan sebuah senyuman manis yang tak lupa ia berikan kepada Rere. Namun,
karena kemarahan Rere mulai memuncak, sehingga dengan kesalnya, Rere mendorong
Ayrah ke tengah jalan raya sampai-sampai Ayrah diseret mobil dan terkapar di
jalan. Rere dengan kagetnya langsung memeluk Ayrah dan dengan segera meminta
pertolongan kepada orang-orang pejalan kaki yang ada disekitar mereka untuk
membawanya ke rumah sakit dengan menggunakan mobil Rere.
Sesampainya di rumah sakit, dan setelah Ayrah lepas dari
fase kritisnya. Ayrah langsung memanggil nama Rere. Kemudian Rere langsung
masuk ke ruangan Ayrah dan bertemu langsung dengan Ayrah. Ayrah pun kemudian bertanya
tentang hal itu lagi. Yaitu hal yang membuat Ayrah penasaran bahwa mengapa Rere
bisa berubah dengan cepat. Rere pun menjawab “Karena aku benci dengan apa yang
telah kamu lakukan kepada aku tentang uang itu.” Ayrah pun semakin tidak
mengerti dan menjawab “Uang itu? Jadi, hanya gara-gara itu karena kamu
keberatan kalau aku minjam uang kamu?”
“Kalau gara-gara uang itu sih aku nggak masalah-masalah
amat. Namun, aku hanya mempermasalahkan alasan kamu membuat pesta itu.” Kata
Rere
“Pesta? Pesta apa? Setahu aku, aku nggak pernah ngerayain
pesta dengan menggunakan uang kamu. Atau pesta Karina di selenggarain 2 malam
yang lalu?” Tanya Ayrah
“Hah? Pesta Karina?” Tanya Rere
“Iya pesta Karina. Kalau tentang itu bisa-bisanya kamu
benci dengan aku, mendingan aku menceritakan semuanya. Kalau Karina itu bilang
sama aku bahwa kakaknya dia itu sementara sakit di rumah sakit dan sangat
membutuhkan uang untuk membayar biaya administrasinya namun, Karina nggak punya
uang. Sehingga, Karina nyuruh aku untuk meminta uang kepada kamu untuk membayar
itu semua namun dengan alasan yang berbeda. Tapi, sejak itu aku curiga sama
Karina.” Jawab Ayrah
“Oh, jadi gitu ceritanya Ra?” tanya Rere
“Iya.” Jawab Ayrah
“Aku ngerti sekarang.” Kata Rere
“Ngertii? Ngerti gimana Re?” Tanya Ayrah
“Kalau Karina itu sengaja mengadu dombakan kita, agar
kita saling benci. Tapi apa gunanya?” tanya Rere
“Aku juga mulai ngerti Re. Iya, betul apa kata kamu. Dan
semua itu dilakukan oleh Karina semata-mata karena Karina nggak mau kalau cewek
kayak aku temenan apalagi sahabatan dengan anak orang kaya kayak kamu. Iya
kan?” kata Ayrah
“Nah itu jawabannya.” Kata Rere
Setelah Rere memaksa Karina untuk mengaku atas
perbuatannya, akhirnya Karina mengaku juga dan meminta maaf kepada Ayrah
terhadap semua perbuatannya kepada Ayrah selama ini.
Rere pun kembali bersahabat dengan Ayrah dan bahkan telah
menganggap Karina sebagai sahabat mereka berdua.
“Aku terharu dan salut sama kalian, sebab kalian telah
aku buat kalian menjadi saling benci-bencian tetapi akhirnya kalian menganggap
aku sebagai sahabat kalian.” Kata Karina
“Sahabat itu, nggak milih-milih apalagi dengan memandang
status sebelumnya.” Kata Rere dan Ayrah
Mereka pun kembali bersama dengan menjalin sebuah tali
persahabatan.
“Mudah-mudahan persahabatan kita terus terjalin dan kita
terus bersama selama Langit Masih Berwarna Biru.” Kata Rere dan Ayrah
Akhirnya mereka bertiga bersahabat bagaikan sahabat yang
sulit terpisahkan.
BENCIKU
ADALAH CINTAKU
Disebuah SMA, yaitu di SMAN
78 Jakarta ada salah seorang siswi yang bernama Ika yang lebih dikenal dengan
panggilan Ika yang telah duduk di kels XII. Ika memiliki 2 sahabat cewek yang
bernama Marsawani yang sering dipanggil dengan panggilan Masrah, dan Nudya
Auziana yang juga sering dipanggil dengan panggilan Nudya. Mereka bertiga jika
bertemu, sangat kelihatan akrab dan kompak. Maklum, mereka sudah berteman sejak
kelas VII SMP. Ika sangat membenci salah seorang teman laki-lakinya yang
bernama Rendy. Nama lengkapnya Rendy Septino Aji. Setiap kali bertemu, hanya ada
pertengkaran diantara Ika dan Rendy. Ika yang begitu sangat sensitif dengan
Rendy, selalu saja mengejek Rendy dengan sebutan “Sok Cengir” yang artinya, sok
cakep, ganteng, dan pintar. Memang sih, Rendy juga termasuk siswa yang
berprestasi dalam menyampaikan pendapat, itulah salah satu yang dibenci oleh
Ika.
Suatu hari, pada pelajaran
Biologi semua siswa di tugaskan mencari satwa-satwa yang hampir punah di hutan
Gregek dan flora-flora yang unik. Di hutan itu, Ibu Renitha membagi kelompok
menjadi 2 orang setiap kelompok. Kelompok pertama, Arina dan Elo. Kelompok
kedua, Gracia dan Beno. Kelompok tiga, Rio dan Vanneza. Kelompok empat, Masrah
dan Nudya. Sejak mendengar jika sahabat-sahabat Ika sekelompok berdua, Ika
terus saja berdoa agar dia tidak dikelompokkan dengan Rendy. Selanjutnya,
adalah pengumuman kelompok lima. Ibu Renitha pun segera menyebutkan nama
anggota kelompok tersebut.
“Kelompok lima adalah Ika
dan Rendy.” Kata Ibu Renhita
“Apa? Gue sekolompok dengan
Rendy? Aku nggak mau Bu. Please!” mohon Ika
“Ika, semua anggota kelompok
sudah Ibu atur, dan perasaan kalau ibu pikir-pikir, lebih baik kamu sekolompok
dengan Rendy, karena Rendy pintar dalam berbicara. Mau?” kata Ibu Renatha
“Tapi, bu......?? emangnya
nggak ada teman yang lain selain si sok cengir ini?” Tanya Ika
“Ika, Rendy itu berprestasi.
Jadi, lebih baik kamu berteman dengan Rendy.” Jawab Ibu Renitha
“Hmm, kayaknya kamu nggak
suka yah, jika kita satu kelompok? Dan kamu pikir aku suka sekolompok sama
kamu?” tegas Rendy menatap mata Ika dengan tatapan yang sangat dekat
Ika hanya terdiam sejenak
mendengar kata-kata Rendy padanya. Dan kemudian, Ika membalasnya dengan tatapan
yang sama.
“Heh, sampai kapanpun aku
akan tetap benci sama kamu. Ngerti?” Lanjut Ika
“sampai kapan kamu bisa
bertahan seperti itu? Dan, pasti suatu saat nanti kamu akan mencari dan
mengejar-ngejar aku, kan?” Sahut Rendy
Disuatu tempat yang jalannya
sempit dan disetiap tepi jalanan itu ada jurang. Kaki Ika terpeleset, dan hanya
Rendy lah yang bisa menolong Ika saat itu.
“Aaaaah,, Rendy tolongin
aku!” Teriak Ika
“Eh,, iya iya. Makanya
hati-hati, jangan kebanyakan cengar-cengirnya.” Kata Rendy
“Enak aja, ini tuh aku juga
terpaksa banget minta tolong dengan kamu, soalnya sudah tidak ada teman yang
lain.” Jawab Ika
“Ih, syukur-syukur yah kalau
gue nolongin lo.” Kata Rendy
Ika pun terdiam dan merasa
bersalah dengan Rendy, tetapi Ika selalu berbohong kepada dirinya sendiri untuk
tidak memuji Rendy.
Dipertengahan hutan, Ika
merasa kehausan, padahal ditengah hutan tidak ada teman yang lain selain Rendy.
“Aduh, aku haus banget.
Apalagi, bekalan air minumku udah error.” Kata Ika sembari meminta air minum
dari Rendy
“Hm, nih. Minum aja air
minumku.” Kata Rendy
“Trus, kamu. Kamu memangnya
nggak haus yah? Mendingan kamu simpan saja buat bekal kamu nanti.” Kata Ika
“Nggak apa-apa. Mumpung aku
lagi baik nih. Kalau nanti benciku kambuh lagi, gimana coba?” ancam Rendy
“Yah udah, kalau kamu
pinginnya gitu. Sini gue minum (sambil merampas air yang dipegang oleh Rendy).”
Kata Ika
Setelah penelitian selesai,
semua siswa kembali melanjutkan aktivitas sekolah seperti biasanya. Begitupun
Ika, Masrah dan Nudya yang tetap kompak bersama. Dibalik semua itu, sikap Rendy
sekarang telah berubah pada Ika.
Rendy selalu saja mendekati
Ika. Entah, apakah Rendy hanya ingin membuat Ika GR atau hal lain yang serupa.
“Hm. (sambil duduk disamping
Ika).” Ucap Rendy
“Hm too. Ada apa loh sok
cengir?” ejek Ika
“Nggak ada apa-apa. Emang
salah kalau kita baikan? Nggak enak kan jika kita saling benci-bencian.” Jawab
Rendy
“Jadi, maunya kamu kalau
kita baikan? Gitu?” Tanya
Ika
“Yo’i.” Jawab Rendy dengan
singkatnya
“Emangnya lo kesambet setan
apa sih? Ko’ lo tiba-tiba aja mau baikan sama gue?” Tanya Ika keheranan
“Karena......”Kata Rendy
yang membuat Ika menjadi penasaran
“Karena apa? Karena kamu mau
buat aku GR gitu?” Tanya Ika
“Karena aku sayang sama kamu
(dengan suara berbisik).” Kata Rendy terus terang
“Nah, mulai lagi yah ngebuat
aku jadi GR melulu. Lho pikir gue akan terpengaruh begitu saja?”Tanya Ika
“Nggak, aku serius. Aku
mohon kamu bisa mengerti. Ok?” Kata Rendy
Hati Ika terasa berbeda
dengan yang sebelumnya. Biasanya, Ika hanya berpikiran kalau semua itu hanya
canda. Namun, kali ini hati Ika bagaikan keliru dalam memilih, apakah Rendy itu
serius ataukan cuman mempermainkan Ika saja.
Malam minggu telah tiba,
dering telepon genggam Ika kemudian terdengar. Ternyata, ada panggilan masuk
dari nomor baru tanpa nama. Ternyata itu adalah Rendy.
Ika langsung mengangkat
telepon itu. Dan, ketika penelpon itu menyebutkan namanya yaitu bahwa kalau dia
itu sebenarnya adalah Rendy, Ika langsung heran seketika dan berpikir kalau
dimana Rendy mendapat nomor handphonenya.
“Hey, lama banget
ngangkatnya. Ini gue, Rendy. Trus, gimana dengan jawaban lho dengan pertanyaan
gue yang di taman sekolah tadi? Mohon dijawab yah,,,??” Tanya Rendy seolah
meminta jawaban
“Em, sebelum aku menjawab.
Aku mau nanya, kalau kamu itu beneran serius atau Cuma mainin aku, soalnya kita
tahu sendiri kan kalau kita berdua musuhan.” Kata Ika
“Emang sih kalau kita
musuhan, namun emang salah jika seorang musuh menyimpan rasa kepada musuhnya
sendiri?” Tanya Rendy
“Nggak.” Jawab Ika dengan
singkat
“Jadi, kamu mau kan jadi
pacar aku?” Tanya Rendy
“Iya.” Jawab Ika dengan
sepenuh hati
“Yang bener?” Tanya Rendy
kembali
“Iya.” Jawab Ika
“Yes,, yes yes....
hehehehehy yyyeee. Uhuyyyy,,,, yes yes yes. Thank’s.” Ucap Rendy
dengan bahagia
“Ih, apaan sih. Baru aja
gitu.” Kata Ika
“Thank’s my darling.” Jawab
Rendy
“hm, Mulai deh.” Kata Ika
Setelah mereka jadian, Ika
terpikir dengan teman-temannya yang cuman taunya kalau Ika dan Rendy itu
musuhan dan tidak mungkin berpacaran. Dan kemudian, Ika kembali menelpon Rendy
mengenai hal itu.
“Rend,” kata Ika
“Ada apa sayang?” Tanya
Rendy
“Setelah kita jadian sekarang,
aku pengen kalau kita nggak usah kasi tau keteman-teman kita mengenai hubungan
kita. Please.” Kata Ika
“Trus, kalau mereka nanya?
Gimana?” tanya Rendy
“Yah, tinggal bilang aja
kalau kita tetap bermusuhan. Ok?” Jawab Ika
“OK.” Kata Rendy
Setiap kesekolah, Rendy dan
Ika selalu semobil. Mereka selalu bersama kesekolah. Namun, untuk menghindari
kecurigaan sahabat-sahabat mereka. Ika harus turun dari mobil Rendy pas di
depan pintu gerbang sekolah. Sebenarnya, Rendy nggak mau lihat Ika jalan
sendiri masuk kesekolah, sedangkan dirinya naik mobil. Namun, setiap kali Ika
keluar dari mobil Rendy, Rendy terus saja berkata: “Jangan berpikiran yang aneh
yah tentang aku jika aku naik mobil sedangkan kamu jalan kaki masuk ke
sekolah.”. Lalu, Ika kemudian menjawab:”Nggak akan mungkin, karena kita kan
sudah setuju bersama. Apa lagi yang mau dikhawatirkan. Dan, yang penting semua
sahabat-sahabat kita nggak jadi curigaan sama kita. Ok?”
Suatu saat, Rendy membawa
Ika kerumahnya. Disana Ika langsung diperkenalkan dengan orang tua Rendy. Orang
tua Rendy kelihatan setuju-setuju saja dengan hubungan mereka, namun orang tua
Rendy selalu berpesan agar jangan melewati hubungan seorang saudara. Mereka
berdua pun mengikuti apa kemauan orang tua Rendy.
Selanjutnya, giliran Ika lah
yang membawa Rendy kerumahnya untuk diperkenalkan juga kepada orang tua Ika.
Harapan Ika, agar orang tuanya sepikiran dengan orang tua Rendy yang baik hati.
Namun, semua itu diluar
dugaan ketika Rendy menyebutkan nama ayah dan ibunya yang dianggap musuh oleh
ayah Ika. Ika sungguh tak menyangka hal ini akan terjadi. Dan, akhirnya ayah
Ika melarang Ika berhubungan dengan Rendy.
“Keluar kamu. Kamu dan orang
tua kamu pasti sama saja. Sama-sama mau menghancurkan rumah tangga saya.” Kata
ayah Ika
“Ayah apa-apaan sih? Ayah
ko’ jadi gini? Memangnya ada apa dengan orang tua Rendy Yah?” Tanya Ika
“Ika, diam kamu. Ayahnya dia
sudah membuat jabatan ayah hilang dari kepanitiaan.” Jawab ayah Ika dengan
marahnya
“Tapi, apa salahnya dengan
Rendy ayah? Rendy nggak tau apa-apa!” kata Ika sambil menangis didepan ayahnya
“Buat apa kamu tangisin dia?
Kamu pikir ayah setuju apa, dengan hubungan kalian berdua?” tanya ayah
Ika
“Tapi aku sayang sama dia
ayah.” Jawab Ika
“Kurang ngajar kamu
(menampar pipi Ika).” Kata ayah Ika
“Om, jangan lakuin itu om.
Semua ini salah aku. Dan, om itu marahnya sama aku, bukan sama Ika. Jadi, kalau
om mau nampar aku, silahkan. Tampar saja aku. Tapi, aku mohon om, jangan sakiti
Ika.” Jawab Rendy
“Kalian sama saja. (sambil
menampar Rendy).” Kata ayah Ika
“Sudah yah, ayah jangan
sekejam itu.” Pintah Ibu Ika
“Ibu......” Jerit Ika
“Iya sayang, mendingan kamu
ikutin saja apa maunya ayah kamu.” Usul Ibu Ika padanya karena kasih sayangnya
kepada Ika
“Apa bu? Kalau begitu Ibu
sama saja sama ayah. Nggak mau ngeliat anaknya senang.” Jawab Ika
“Semua ini gara-gara kamu
(sambil menunjuk Rendy). Sekarang, kamu pergi dari rumah ini dan jangan lagi
kamu menampakkan diri didepan saya. Ngerti kamu?” Kata ayah Ika yang sedang
mengancam Rendy
“Rendy.... jangan pergi
Rend...... tunggu aku, aku akan ikut sama kamu.” Kata Ika
“Masuk kamu, Ika. Dasar kamu
anak yang tidak tau diuntung. Sekarang kamu masuk kamar. Masuk. Masuk ayah
bilang. (sambil menyeret Ika)” kata ayah Ika
“Rendy,,,,, tunggu
akuuuuu.... Ayah jahat.” Kata Ika
Di kamar, Ika sendirian.
Apalagi, sekarang Ika tidak bisa dan tidak boleh keluar. Sebab, pintu kamar Ika
dikunci oleh ayahnya.
Ika langsung menelpon Rendy.
“Rend, bawa aku kabur dari
rumah aku. Aku udah nggak tahan sendirian tanpa ada kamu disini.” Jerit Ika dengan
tangisan yang berarti
“Iya sayang, sebenarnya aku
mau banget nolongin kamu, tapi aku harus berbuat apa? Apalagi ayah kamu benci
banget sama aku dan orang tua aku hanya gara-gara bisnis.” Kata Rendy pada Ika
“Sekarang, aku mau kabur
lewat jendela. Aku mohon, kamu tungguin aku di depan rumah yah sayang?” Tanya
Ika
“Mendingan sekarang kamu
temuin aku di seberang jalan, kebetulan aku masih ada disini.” Kata Rendy
“Iya, tungguin aku sayang.”
Kata Ika
Merekapun bersama di tempat
yang sunyi dan sama-sama berpikir, bagaimana caranya agar mereka bisa bersama
kembali.
Mereka duduk bersama diatas
mobil Rendy yang berwarna merah. Kemudian, Ika menyanyikan sebuah lagu.
Hilang semua janji
Semua mimpi-mimpi indah
Hancur hati ini, melihat
semua ini
Lenyap telah lenyap
Kebahagiaan dihati
Ku hanya bisa menangisi semua ini
Hancur hati ini melihat kau telah pergi
Kemudian, Rendy melanjutkan
lagu yang dinyanyikan oleh ika.
Langit menjadi gelap
berkelabu
Menyelimuti hatiku
Mengubah seluruh hidupku
Lalu, mereka berduapun sama-sama
bernyanyi meratapi apa yang mereka rasakan sekarang ini pada dirinya.
Mengapa semua, jadi begini
Perpisahan yang terjadi
Diantara kita berdua
Ku akan menanti sebuah
keajaiban
Yang membuat kita bisa
bersama kembali
Setelah mereka menyanyikan
lagu itu, mereka sama-sama tertidur. Tepat pukul 02.00, Ika terbangun dan
kemudian Ia langsung menyuruh Rendy agar dirinya diantar pulang kerumahnya agar
ayahnya tidak mengetahui di pagi hari jika Ika sedang tidak ada di rumah, dan
sedang bersama dengan Rendy.
Dipagi hari, Ika diantar
naik mobil oleh sopir pribadinya. Namun, di tengah jalan, Ika minta turun. Ika
meminta turun dari mobil oleh sopir pribadinya sebab Ia ingin berangkat ke
sekolah bersama dengan Rendy dan dengan menaiki mobil mewah Rendy. Semalam, mereka
berjanjian untuk bertemu di depan kios duren. Akhirnya mereka bersama. Dan
kemudian, tidak lupa pula Ika menyampaikan pesan kepada sopirnya itu, agar Ia
tidak buka mulut mengenai berangkatnya Ika dengan Rendy ke sekolah kepada
ayahnya. Akhirnya, sopirnya menurut, karena sopirnya sayang sama Ika sebab Ika
sudah dianggap sebagai anaknya sendiri.
“Eh,. Kamu yakin, kalau pak
Sumardi tidak buka mulut pada ayah kamu?” Tanya Rendy
“Ya iya lah. Pak sumardi itu
sudah aku anggap sebagai ayahku sendiri.” Jawab Ika
Tiba-tiba, saat Ika turun di
depan gerbang sekolah, Ika ketahuan berangkat dengan Rendy oleh Masrah dengan
Nudya. Mulai saat itu, mereka berdua curiga dengan Ika dan Rendy. Bukan hanya
Masrah dan Nudya yang curiga dengan Ika dan Rendy. Akan tetapi, begitupun juga
dengan kedua sahabat Rendy yaitu Gilang dan Bayu.
Di lapangan sekolah, Rendy
ditanya oleh Gilang dan Bayu bahwa:
“Sob, ada hubungan apa lo
dengan si cewek manja itu? Bukannya kalian itu bermusuhan? Ko’ aku lihat tadi
kalau kalian berdua sama-sama berangkat ke sekolah.” Tanya Gilang pada Rendy
dengan keheranan
Kemudian, Ika tidak sengaja
lewat di samping Rendy dan dengan sengaja mendengar pembicaraan mereka.
“Ika maksud loh? Ah, nggak
ko’, mana mungkin gue suka sama dia? Apalagi jika sampai-sampai aku pacaran
sama dia? Dan jika aku pacaran sama dia dengan sembunyi-sembunyi dari kalian,
aku Cuma mainin hati dia saja. Dia kan cuma cewek yang gampang dibodohin dan
dibohongin. Sampai kapanpun aku nggak akan pernah sayang sama dia, malaupun
semua itu dalam terpaksa. (kata Rendy hanya ingin meyakinkan teman-temannya
agar Ia tidak curiga dengan hubungan mereka berdua, padahal, Rendy sangat
sayang sama Ika.).” jawab Rendy
Ika menangis, dengan
mendengar kata-kata yang dikatakan oleh Rendy. Karena dia pikir Rendy serius
dengan kata-katanya. Ika pun lalu lari ke seberang jalan sambil menangis.
“Rendy, kamu jahat!!” Kata
Ika
“Ika, tunggu aku. Semua itu
cuman bohong.” Jawab Rendy
“Aku sudah nggak percaya
lagi sama kamu.” Kata Ika
“Tapi kan kita sudah
berjanji kalau kita tidak akan mengatakan ini semua kepada sahabat-sahabat
kita. Apa kamu lupa?” Tanya Rendy
“Aku nggak lupa. Aku pun
selalu ingat semua itu. Bahkan aku sembunyikan semua itu kepada sahabat-sahabat
kita.” Jawab Ika
“Trus, mengapa kamu ngambek
kayak gini? Aku nggak ngerti sama kamu.” Kata Rendy
“Tapi, nggak gini juga
caranya Rendy.” Tangis Ika
Dengan kata-kata mereka
berdua, teman-teman mereka merasa bingung dengan apa yang terjadi dengan Rendy
dan Ika.
Setelah Ika mau menyeberang,
Ika mengancam Rendy dengan bunuh diri. Rendy terus saja menahan Ika untuk
melakukan itu semua. Akan tetapi, Ika terus saja nekat dengan kata-kata yang
baru saja dikeluarkannya.
“Selangkah lagi kamu
mendekat, aku akan menabrakkan diri aku ke kendaraan yang lewat.” Ancam Ika pada
Rendy
“Ika, jangan lakuin itu, aku
sayang banget sama kamu. Aku serasa nggak bisa hidup tanpa kamu. Kamu harus tau
itu.” Kata Rendy
“Kamu pembohong. Semua yang
kamu katakan padaku itu semuanya bohong. Semula, aku percaya sama kamu. Dan aku
terima permintaan kamu kepada aku untuk menjadi pacar kamu, ternyata dibalik
semua itu kamu sia-siakan semua ini. Aku kecewa sama kamu.” Kata Ika dengan
muka kecewa dan berlinang air mata dipipinya.
Kemudian, dua buah mobil
yang melaju dari arah yang berlawanan. Salah satu mobil itu melaju ke arah
tempat berdirinya Ika. Kpiiiiiiiik kpiiiiiiip... suara klakson mobil berbunyi.
“Ika...... awas!” teriak
Rendy
Kemudian, Rendy dengan
buru-buru untuk langsung menyelamatkan Ika. Tetapi, mobil yang melaju di lawan
arah menyambar Ika, dan mobil yang semula ingin menabrak Ika kemudian menabrak
Rendy yang berniat untuk menyelamatkan Ika, namun mereka berdua terkena
musibah. Mereka terkapar di jalan raya dengan posisi terlentang dan dengan
style Ika berada dipelukan Rendy.
Mereka berdua langsung
dilarikan ke rumah sakit. Untungnya ada sahabat-sahabat mereka yang
mendampingi, jadinya merekalah yang menghubungi kedua orang tua Rendy dan Ika.
Saat di rumah sakit, Ika
mengalami koma, sebab Ika mengalami pendarahan yang cukup berat pada luka-lukanya.
Sayangnya lagi, Ika memiliki golongan darah O yang artinya hanya golongan darah
yang sama lah atau sesama golongan darah O lah yang hanya bisa mendonorkan
darahnya. Ibu Ika memiliki golongan darah A sedangkan ayahnya memiliki golongan
darah O namun, ayahnya tidak bisa mendonorkan darahnya sebab Ia memiliki
berbagai macam penyakit, diantaranya adalah penyakit mag. Nah, penyakit mag itu
adalah salah satu penghambat seseorang untuk bisa mendonorkan darahnya. Jadi,
Ika tidak bisa mendapat donor darah dari ayahnya. Disamping itu, PMI juga
kehabisan cadangan golongan darah O. Sebab, sejak saat ini banyak yang
membutuhkan golongan darah tersebut.
Setelah Rendy sadar, Rendy
hanya langsung menanyakan keadaan Ika. Ketika Rendy mengetahui bahwa Ika
kekurangan darah, Rendy langsung berbicara langsung kepada dokter yang
menanganinya bahwa Ia juga memiliki golongan darah O dan ingin mendonorkannya
kepada Ika seberapapun banyaknya agar Ika bisa sehat kembali.
Setelah didonorkan darah
dari Rendy, Ika pun siuman dan terlepas dari fase koma. Rendy sangat bersyukur
akan siumannya Ika.
Setelah ayah Ika mengetahui
bahwa yang menyelamatkan nyawa anaknya itu adalah Rendy, hati ayah Ika langsung
tersentuh dari pengorbanan Rendy kepada Ika. Ia telah mengetahui bahwa bagaimana
jalinan kasih sayang antara Rendy dan putrinya itu.
Dengan kejadian itu ayah Ika
pun merestui hubungan antara Rendy dengan putrinya. Karena Ia telah dibukakan
pintu hatinya oleh yang Kuasa.
Setelah mereka telah sehat,
mereka masih terbaring di ranjang rumah sakit karena kesehatannya masih
dipertimbangkan oleh para dokter. Setelah membuka matanya, Ika dan Rendy
langsung melihat kearah sahabat karibnya yang sudah berdiri dengan
berpasang-pasangan dan pasangannya adalah sahabat dari kekasihnya. Yaitu, Masrah
berpasangan dengan Gilang sedangkan Nudya berpasangan dengan Bayu.
Akhirnya, mereka semua
bersatu dalam satu ikatan “Cinta” tak ada benci yang semula terajut. Dan
semuanya menjadi sebuah harapan kebahagiaan.
“Dalam tubuhku telah
mengalir darahmu, darahku , darah kita bersama.” Kata Ika dan Rendy secara
bersamaan
“I LOVE YOU FOREVER, AND IN
MY OPINION YOU IS THE BEST FOR ME AND FOR MY LIFE.” Kata mereka kembali dengan
bersamaan
Artinya, mereka dipersatukan
oleh darah yang mengalir dari tubuh kekasihnya sendiri. Dan, maknanya adalah
tidak ada yang dapat memisahkan mereka sebelum mereka bisa memisahkan darahnya
dengan darah kekasihnya yang telah mengalir ditubuhnya.
SEKIAN DAN TERIMA KASIH
Kesimpulannya
: “Jangan pernah kalian berpikir jika kebencian itu tidak bisa menjadi cinta,
karena cinta tidak memandang status sebelumnya.
· Kita bukanlah dua garis yang tidak sengaja bertabrakan.
Sekeras apapun usaha kita berdua, saling menjauhkan diri, dijauhkan oleh orang
lain, dan menjauhkan hati, pada akhirnya kita akan bertemu kembali.
· Kau tak percaya takdir, aku pun tidak. Karena hanya ada
satu cara untuk membuktikannya. Kau, aku, dan perjalanan ini.
Renika Septiani
Cerpen
Remaja karya Risdatul Zulfiah
"Hari jadiku yang pertama sekaligus hari terakhirku bersamanya"
"Hari jadiku yang pertama sekaligus hari terakhirku bersamanya"
Pagi ini aku kira
adalah hari yang sangat menyenangkan. Tapi keyakinan ku berubah saat dia
menghubungiku. Hari ini adalah hari jadiku dengannya yang ke satu tahun.
Awalnya aku ingin memberikan kejutan untuknya dengan menyiapkan makan malam
yang romantis di sebuah restoran. Aku benar-benar sudah mempersiapkan dinner ku
dengannya dari jauh-jauh hari. Tiap pulang sekolah, aku mencari-cari tempat
makan malam yang cocok untukku dengannya. Akhirnya temanku merekomendasikan
sebuah tempat yang menurutku benar-benar romantis. Dan hari ini lah waktunya.
Akan tetapi semuanya berantakan. Hari ini menjadi hari yang sangat menyebalkan
untukku. Aku benar-benar benci hari ini. Aku berharap ini mimpi dan tidak
benar-benar terjadi. Sungguh, aku tidak mau kejadian ini terjadi hari ini ! ini
seperti mimpi buruk di siang bolong. Entah apa yang ada difikiranku saat dia
mengatakan itu padaku. Marah, kesal, sedih, semua jadi satu. Rasanya
kemarahanku dan kekesalanku sudah mencapai titik puncak. Semua yang awalnya
baik-baik saja, kini menjadi hacur berantakan. Ya Tuhan, kenapa ini terjadi
padaku ??? aku benar-benar mencintai dan menyayanginya. Tapi mengapa dia
memutuskan hubungan ini di saat hari jadi kita yang pertama ? kemarin
aku dengan dia baik-baik saja. Tak ada masalah yang membuat kita bertengkar
hebat.
Baru saja
kemarin dia mengatakan kalau dia sangat menyangiku. Tetapi apa yang dia
ungkapkan kemarin seperti tak ada artinya. Aku benar-benar tidak terima dia
memutuskan hubungan ini tanpa alasan yang jelas. Hari ini aku mengajaknya untuk
membicarakan hal ini di taman dekat kampus ku. Dia pun tak menolaknya. Hari ini
sepertinya tak ada gairah untukku pergi keluar rumah. Tetapi demi mendapatkan
alasan yang tepat mengenai keputusannya, akhirnya aku segera bersiap-siap untuk
pergi ke kampus. Dengan pakaian yang asal kuambil dari lemari, rambut yang ku
sisir asal, dan wajah yang tak ber make up sama sekali. Sangat-sangat tak ada
gairah untuk berpenampilan rapih seperti biasa. Sampai-sampai aku pun tak sadar
kalau sepatu yang aku kenakan berbeda model dan warna. Ketika aku keluar dari
kamar, semua orang yang berada diruang tengah pun memperhatikanku yang berbeda
dari sebelumnya. Sampai-sampai adikku yang masih berumur 5thn mengatakan kalau
aku mirip badut yang berada di film kartun kesukaannya.
Aku pun
tak menanggapi apa yang mereka katakan tentangku hari ini. Mamahku pun
menghampiriku dan mengatakan “kamu lagi sakit Mey?”. Dalam hati aku menjawab
“iya sakit hati, karna di putusin orang yang aku sayang”. Melihatku hanya
terdiam dan tak menjawab pertanyaannya, mamahku pun menarik tanganku dan
menyuruhku duduk di sofa. Papahku yang hari ini libur bekerja, berniat untuk
mengantarku pergi kekampus. Melihat kondisi ku yang tak seperti biasanya, mamah
dan papahku khawatir jika membiarkanku pergi kekampus sendirian. Papahku
bertanya “kamu kenapa sih Mey ? sakit ? kalau sakit mending ga usah ke kampus”.
Dengan lesunya, aku menjawab “Gak kok Pah. Mey gak apa-apa”.
Mamahku beranjak dari sofa dan masuk kedalam kamarku. Keluar dari kamar,
ternyata mamahku membawa kaca mata dan sisir. Mungkin karna rambutku yang
sangat berantakan hingga akhirnya mamahku merapihkan rambutku layaknya seperti
anak SD yang hendak berangkat sekolah. Ada sedikit perasaan malu pada diriku
sendiri dan adikku. Karena sudah sebesar ini aku tidak bisa merawat diri hanya
karna diputusin oleh pacarku. Akupun mengambil sisir itu dan merapihkan
rambutku sendiri. Karena saking tidak fokusnya, aku sampai lupa membawa kaca
mataku. Kaca mata adalah barang mutlak yang harus aku bawa. Karena tanpa kaca
mata aku tidak bisa beraktifitas dengan baik. Aku langsung memeluk mamahku yang
sangat perhatian pada ku. Setelah semuanya rapih, aku langsung berpamitan untuk
pergi ke kampus. Aku pergi ke kampus menggunakan sepeda motor kesayanganku yang
di berikan Oma saat ulang tahunku yang ke 17.
Beberapa saat kemudian, aku sampai di kampus. Tanpa berlama-lama aku
langsung pergi ke taman untuk menemui Boy. Ya, Boy lah nama orang yang aku
sayangi. Dia yang sudah menemani hari-hariku selama 1 tahun ini. Tetapi dia
juga yang membuat hariku saat ini menjadi hancur berantakan. Dari sudut kanan
taman, aku sudah melihat Boy dari kejauhan. Aku tidak tau, apa aku sanggup
untuk berbicara pada seseorang yang akan berhenti menyayangiku. Aku berharap
ini mimpi. Langkah demi langkah aku berjalan menghampiri Boy. Dan akhirnya, Boy
melihatku yang saat itu langsung duduk disampingnya. Aku tak berani menatapnya.
Pandanganku hanya lurus kedepan. Aku sadar saat ini Boy sedang menatapku.
Tetapi sedikitpun aku tak berani menoleh kearahnya.
Waktu
sudah berjalan 15 menit. Dan selama 15 menit tak ada pembicaraan diantara kita.
Dengan gugupnya dan dengan perasaan terpaksa, aku pun memulainya “Boy”. Dengan
suaranya yang lembut, Boy pun menoleh kearahku dan menjawab “iya”. Tanpa
membuang-buang waktu, aku langsung masuk kedalam inti pembicaraan “kenapa kamu
tiba-tiba mutusin aku? Apa alasannya ?”. dengan tenangnya, Boy menjawab
“sebelumnya aku
minta maaf Mey. Aku benar-benar sangat terpaksa melakukan hal ini. Ini bukan
kemauanku. Tetapi ini demi kebaikan kita. Kita berbeda kebudayaan Mey. Sejak
awal aku bertemu kamu, aku berharap aku tidak akan menyukaimu. Tetapi semuanya
berbalik. Aku bukan hanya menyukaimu. Tetapi aku sudah menyayangimu”. Mata ku
sudah berkaca-kaca mendengar semua ucapan dari Boy. Aku masih belum menemui
jawaban mengapa dia memutuskan hubungan ini setelah setahun pacaran. Aku pun
bertanya lagi “jadi apa alasannya?”. Sambil menghela nafas, Boy kembali
menjelaskan alasannya dia memutuskan hubungannya denganku “keluargaku belum
bisa menerima adat istiadatmu yang merupakan keturunan
Tionghoa.
Menurut
keluarga besarku, hubungan yang didasarkan dari perbedaan kebudayaan, tidak
akan berjalan baik. Jadi daripada aku memaksakan ke egoisanku untuk
mempertahankan hubungan yang tidak di restui oleh orang tua, lebih baik aku
memutuskannya sekarang sebelum semuanya terlambat dan perasaanku berubah
menjadi cinta”. Kali ini air mataku sudah benar-benar jatuh membasahi pipiku.
Aku tak menyangka kebudayaanlah yang telah menjadi penyebabnya. Aku tak
menjawab apapun. Aku masih terdiam dalam perasaanku yang tercampur aduk. Aku
tertunduk sambil menahan air mata ku yang semakin lama semakin deras membasaki
pipiku. Tiba-tiba Boy mengangkat wajahku yang sejak tadi tertunduk. Boy
menghadapkan wajahku dengannya. Tetapi aku tetap tidak kuasa melihat mata
seseorang yang aku sayangi. Boy menghapus air mataku dengan tangannya yang lembut.
Tetapi aku menahan tangannya. aku mengatakan padanya
“jangan, jangan
di hapus. Biarkan air mata ini meringankan kesedihanku. Saat ini aku tidak bisa
berbuat apa-apa. Yang bisa aku lakukan hanya menangis. Kerena dengan inilah
bebanku bisa sedikit berkurang. Aku tidak akan memintamu untuk kembali padaku.
Karena aku tidak mau, kamu kembali padaku hanya karna kasihan melihatku yang
masih sangat menyayangimu. Mungkin aku butuh waktu untuk menyembuhkan lukaku.
Tetapi aku yakin, suatu saat aku pasti bisa bangkit dari kesedihan yang aku
rasakan saat ini. Aku hanya ingin berterima kasih padamu karena telah menjadi
bagian dari hidupku selama setahun ini. Kamu telah menuliskan bait-bait
keindahan dalam hatiku. Meski menghapus itu semua tidak semudah menghapus tulisan
dalam kertas. Tetapi aku yakin dengan bersih aku akan menghapus namamu dalam
hatiku”. Mendengar semua yang dikatakan oleh Mey, Boy tidak bisa menjawab
apa-apa lagi. Boy hanya memberikan secarik kertas untuk Mey. Mey pun membuka
kertas itu. Dan ternyata kertas itu berisi gambar mereka saat mereka bertemu
pertama kali ditaman ini. Boy pun mengatakan “kamu ingat ketika pertama kali
kita bertemu. Kita bertemu tepat hari ini dan ditempat ini pula. Dan sejak kita
sedang berkenalan di bangku yang saat ini kita duduki bersama, ada seorang
pelukis cilik yang menggambar sketsa wajah kita di depan pohon itu. Tanpa kamu
ketahui, aku meminta gambar itu pada pelukis cilik itu. Dia pun memberikannya
denga syarat aku memberikan jaket yang aku pakai saat itu. Dan asal kamu tau,
itu adalah jaket kesayanganku. Jaket yang di berikan mendiang nenekku seminggu
sebelum dia wafat. Tetapi aku berani memberikannya hanya untuk mendapatkan
gambar itu. Dan aku pernah berjanji pada diriku sendiri, kalau aku akan
memberikan gambar itu untukmu pada saat hari jadi kita yang ke 1 tahun.
Anggaplah ini kenang-kenangan dariku. Tolong di simpan. Dan aku harap jangan
pernah kamu membuangnya”. Mey mengamati setiap coretan pensil yang terlukis
dalam sketsa wajahnya dan Boy. Tetapi seketika, aku mengembalikan gambar itu
pada Boy. Boy pun memohon padaku untuk tidak mengembalikannya lagi. Boy berkata
“aku tau, kamu pasti saat ini membeci ku karena keputusanku saat ini. Tetapi
aku mohon, simpan gambar ini sebagai kenangan-kenangan dariku. Sebenci apapun
kamu, aku mohon jangan pernah membuang kertas itu. Jangan pernah merobeknya dan
jangan pernah merusaknya”. Aku merasa ucapan Boy saat itu benar-benar sangat
tulus. Dan akhirnya, aku memutuskan untuk menerimanya dan berjanji akan terus
menjaga gambar itu. Ketika aku hendak pergi dari taman itu, Boy menarik
tanganku dan langsung memelukku. Entah apa yang aku rasakan, tak ada lagi rasa
benci dalam hatiku saat Boy memelukku dengan eratnya. Aku merasa kalau Boy
benar-benar mencintaiku dan tidak mau kehilanganku. Aku merasakan sesuatu yang
berbeda saat Boy memelukku.
Hatiku
berkata ada sesuatu yang sedang ditutupi dari Boy. Entah mengapa, aku begitu
yakin. Sesuatu itu yang membuat Boy memutuskan hubungannya denganku. Tetapi ya
sudahlah, mungkin aku dengan Boy tidak di takdirkan untuk bersama. Setelah
beberapa saat kemudian, Boy melepaskan pelukannya padaku. Dan aku merasakan
sesuatu yang ganjil lagi saat dia melepaskan pelukannya. Aku merasakan,kalau
ini akan menjadi pelukan yang terakhir. Ya, ini akan menjadi pelukan yang
terakhir. Ya Tuhan, apa yang sedang aku fikirkan. Mungkin ini karena aku
terlalu mencintainya sehingga aku memikirkan apa yang tidak harus aku fikirkan.
Mungkin ini hanya perasaanku saja. Saat aku perhatikan wajahnya, Boy sangat berbeda.
Dia terlihat pucat. Tetapi aku tidak akan bertanya padanya. Aku pun langsung
berpamitan pada Boy karena satu jam lagi kelasku akan dimulai. Boy pun
mengatakan sebelum aku pergi “aku pamit”. Dan aku hanya menjawabnya singkat
“iya”. Kami berdua pun pulang berbeda arah. Aku pergi memasuki kampus. Dan Boy
pergi menuju mobilnya.
Di dalam
mobilnya, ternyata Boy tidak meyetir mobil sendiri seperti biasa. Dia diantar
oleh supirnya. Ketika memasuki mobilnya, tiba-tiba kepalanya terasa pusing dan
pandangannya seperti kabur. Dia tidak dapat melihat dengan jelas. Supir yang
sedang bersamanya pun bingung harus bagaimana. Akhirnya supirnya membawa Boy ke
rumahnya. Setelah sampai dirumahnya, supirnya langsung memanggil asisten rumah
tangga yang lainnya untuk membantunya memopong Boy masuk kedalam kamarnya.
Mamahnya Boy yang saat itu sedang berada diruang tamupun langsung panik melihat
kondisi anaknya yang kembali ngedrop. Mamahnya pun menyuruh supirnya untuk
membawa masuk Boy kedalam kamarnya. Lalu mamahnya Boy langsung menelepon dokter
yang biasa menangani Boy. Beberapa jam kemudian, dokterpun sampai dirumah Boy.
Dokter langsung memeriksa keadaan Boy. Sungguh sangat mengejutkan, Boy yang
selama ini mengidap sakit Kanker Otak memasuki stadium akhir. Ini benar-benar
sangat cepat dari perkiraan dokter sebelumnya.
Kondisi fisik
Boy yang memang lemah juga sangat mempengaruhi tingkat perkembangan penyakit
Boy. Dokter meyarankan agar keluarga membawa Boy ke rumaah sakit. Karena
peralatan dirumah sakit jauh lebih lengkap. Tanpa berlama-lama Boy langsung di
bawa kerumah sakit menggunakan ambulance. Boy yang juga mempunyai penyakit
jantung, saat itu dadanya juga mulai agak sesak. Dan pernafasan Boy di bantu
oleh tabung oksigen dan berbagai alat medis yang menempel di dadanya. Namun
saat perjalanan menuju rumah sakit, kondisi Boy semakin menurun. Dadanya
semakin tak kuat untuk membantunya bernafas. Dia terus-terusan
memanggil-manggil nama Mey. Air mata mamahnya Boy tak kuat menahan kesedihannya
melihat anaknya yang sedang melawan penyakitnya. Sepanjang perjalanan Boy hanya
menyebut nama Mey. Dokter pun menyarankan untuk membawa Mey kerumah sakit.
Siapa tau dengan adanya Mey, kondisi Boy akan kembali membaik. Tetapi mamahnya
Boy tidak tau siapa itu Mey. Lalu supir yang tadi menemani Boy, teringat akan
sosok gadis yang tadi berbicara pada Boy. Supirnya itu yang juga ikut di dalam
ambulance mengatakan pada mamahnya Boy “maaf bu, mungkin yang di maksud tuan
Boy itu adalah gadis yang tadi dia temui di taman”. Mamahnya Boy pun menjawab
“ya sudah, setelah sampai dirumah sakit, kamu antar saya menemui gadis itu”.
Supirpun hanya mengangguk. Tak lama kemudian, mereka pun sampai dirumah sakit.
Boy langsung di bawa pihak rumah sakit keruang ICU. Kondisinya sudah
benar-benar kritis. Mamahnya dan supirnya langsung pergi menuju taman yang
dimaksud supir. Lalu tak lama kemudian, mereka berdua sampai ditaman itu. Dengn
perasaan yang sedang panic, mamahnya Boy sibuk mencari gadis yang dimaksud
supirnya nya itu. Lalu mamahnya Boy berkata “mana gadis itu?”. Supirnya pun
menjawab “mungkin gadis yang ditemui oleh tuan Boy itu kuliah di kampus itu
bu”. Akhirnya mereka berdua pun menunggu Mey di taman itu.
Hemm,
sepertinya dosen tidak dating hari ini. Seharusnya kelas dimulai sejak 15 menit
yang lalu. Di dalam kelas, aku terus memikirkan tingkah laku Boy yang berubah
drastis. Aku tidak habis fikir, kemarin kita masih bercanda-canda. Tak ada
masalah yang membuat kita bertengkar. Bahkan aku rasa, dia kemarin
sangat-sangat romantic dibandingkan hari-hari sebelumnya. Tetapi mengapa hari
ini dia memutuskan hubungan tanpa alasan yang masuk akal. Apa yang sebenarnya
terjadi? Banyak pertanyaan yang sebenarnya ingin aku tanyakan padanya. Tetapi
aku tidak kuasa berlama-lama berhadapan dengannya. Tuhan, aku masih sangat
menyayanginya. Dia orang yang selama ini memberikan warna yang indah dalam
hidupku. Aku mecintainya dan tak mau kehilangannya. Aku harap ini benar-benar
mimpi. Jika ini mimpi, aku ingin cepat-cepat bangun dari mimpi buruk ini. Aku
masih teringat sebulan yang lalu saat hari ulang tahunku. Dia menyiapkan
kejutan untukku. Dan bagiku itu adalah perayaan ulang tahun yang terindah
selama aku hidup.
Ada pesta
kembang api, dinner romantis, dan kalung itu. Dan aku masih ingat ketika kita
pergi ke sebuah pantai daerah bandung, malam harinya aku dan dia sama-sama
berjanji untuk tetap setia, dan menjaga hubungan ini sebaik-baiknya. Dia juga
pernah mengatakan untuk saling terbuka satu sama lain. Bila ada masalah harus
di bicarakan berdua agar tidak ada kesalahpahaman antara kita. Tetapi apa yang
dia ucapkan, dia ingkari sendiri. Tanpa ada pembicaraan apapun, dia langsung
memutuskan hubungan ini. Ketika aku sedang memikirikan Boy, tiba-tiba teman
kampusku dating dan mengatakan kalau dosen hari ini tidak dating. Dan tanpa
berlama-lama, aku pun langsung keluar kelas dan memutuskan untuk pulang.
Sebelum pulang, terlebih dahulu, aku pergi ke kantin kampus untuk membeli
minuman. Tak sengaja aku lihat foto itu ketika aku henak membayar minuman itu.
Yaa, foto yang mungkin membuatku tambah sakit hati. Fotoku bersama Boy yang
terpampang di dalam dompetku. Entah mengapa kakiku menjadi lemas dan tak kuasa
untuk berdiri. Aku pun duduk sebentar di kantin. Aku memperhatikan foto itu
dalam-dalam. Aku perhatikan setiap lekuk wajah Boy dalam foto itu. Aku merasa
sangat aneh. Aku merasa saat ini Boy sedang memanggil-manggil namaku. Aku
merasa Boy saat ini sedang membutuhkanku. Ah tetapi mana mungkin, baru tadi
pagi aku bertemu dengannya. Dia tidak terlihat sedang membutuhkanku. Mungkin
ini hanya perasaanku saja. Sudah sekitar 10 menit aku terduduk di kantin. Aku
rasa, aku sudah bisa berdiri dengan kuat. Dan aku keluar dari kantin dan
memutuskan untuk pulang kerumah. Ketika aku keluar dari kampus, sepertinya ada
seseorang yang memanggil-manggil namaku. Aku berhenti sejenak, dan menoleh
kesegala arah untuk melihat panggilan itu. Dan ternyata benar, ada seorang
laki-laki dan perempuan yang memanggilku di taman samping kampus ku. Akupun
menghampirinya. Wanita itu bertanya padaku “nama kamu Mey ya?”. Aku heran,
mengapa wanita itu kenal dengan ku. Lalu laki-laki yang berada disamping wanita
itu mengatakan “nah ini bu yang tadi ngobrol sama Tuan Boy di taman ini. Saya
masih ingat dengan wajahnya yang oriental”. Ah laki-laki itu menyebut nama Boy.
Sebenarnya wanita ini dan laki-laki disebelahnya itu siapa? Mengapa dia
mengenal Boy dan aku ?. wanita itu mungkin tau, kalau aku sedang bingung
memikirkan mereka yang tiba-tiba saja mengenaliku. Lalu wanita itu menyuruhku
duduk dan menjelaskan semuanya “saya ini mamahnya Boy”. Aku pun kaget, ternyata
saat ini aku sedang berbicara dengan mamahnya Boy. Ada sedikit perasaan takut
dalam dirikiku. Apa dia menemuiku untuk menyuruhku menjauhi Boy karena
perbedaan Budaya itu. Lalu aku pun menjawabnya “ada apa ya tante menemui
saya?”.
Mamahnya
Boy pun menjawab dengan mata yang berkaca-kaca “apa kamu pacarnya Boy?”. Aduh
aku bingung harus menjawab apa. Sambil menghela nafas, aku berkata yang
sebenarnya “saya memang pernah berpacaran dengan Boy. Tetapi tadi pagi
tiba-tiba Boy memutuskan hubungan ini”. Hal yang benar-benar tak ku sangka,
mamahnya Boy langsung memelukku. Aku tak mengerti sebenarnya apa yang terjadi.
Aku pun kembali bertanya “sebenarnya ada apa ya tante?”. Mamahnya Boy melepaskan
pelukannya padaku dan berkata “kamu harus ikut tante sekarang kerumah sakit”.
Apa? Rumah sakit? Siapa yang sakit? Itulah pertanyaan yang ada dalam fikiranku.
Ketika aku hendak menjawab, tiba-tiba mamahnya Boy langsung menarik tanganku
dan membawaku masuk kedalam taxi. Aku hanya bisa terdiam dan sebenarnya banyak
pertanyaan yang masih ada dalam otakku. Tetapi aku lebih memilih diam dan tidak
bertanya apapun. Aku yakin pasti nanti ada jawabannya. Di dalam taxi, mamahnya
Boy terus memegang tanganku dengan erat dengan sesekali dia menghapus air
matanya. Tiba-tiba aku langsung berfikir “ada apa dengan Boy? Apa dia yang
sakit? Apa kecelakaan? Oh Tuhan semoga ini salah”. Setelah sampai rumah sakit,
aku langsung dibawa oleh mamanya Boy ke lantai 4 dan langkah kakinya membawaku
kedepan ruang ICU. Aku pun melihat seseorang yang berada dalam ruang ICU itu
lewat jendela kecil yang berada di dekat pintu. Ya Allah, itu Boy. Dia yang ada
didalam ruang ICU itu. Kakiku langsung lemas dan tak kuat untuk berdiri. Air
mataku mulai jatuh membasahi pipiku. Sebenarnya apa yang terjadi pada Boy?
Mengapa dia terbaring didalam ruang ICU ?. mamahnya Boy pun mengangkatku yang
saat itu sedang terduduk lemas di depan pintu ruang ICU.
Perlahan-lahan mamahnya Boy mulai menjelaskannya tentang apa yang
sebenarnya terjadi “Mey, selama ini Boy sakit. Dia sakit Kanker Otak sejak 15
Bulan yang lalu (1,5 tahun). Kondisi fisiknya yang lemah membuat kesehatannya
semakin menurun. Tetapi sejak setahun belakangan ini, kondisinya mulai membaik.
Dan tante yakin ini semua karena kamu. Kamu yang membuat Boy kuat menjalani
sakit yang di deritanya. Sejak dia di vonis dokter terkena kanker otak, dia
selalu murung dan tidak pernah tersenyum.
Tetapi
sejak setahun belakangan ini, dia kembali menjadi Boy yang dulu. Boy yang ceria
dan penuh semangat. Bahkan dia rutin menjalani kemoterapi yang sebelumnya tidak
mau dia jalani. Dan tante juga yakin, kalau dia melakukan hanya untuk kamu.
Alasan dia untuk sembuh dan tetap hidup adalah kamu Mey.
Maaf
kalau baru kali tante mengenal kamu. Karena memang, Boy tidak pernah
menceritakan sosok kamu kepada tante”. Ya Allah, kini baru terjawab semua
pertanyaan ku. Inilah yang membuat Boy memutuskan hubunganku dengannya. alasan
perbedaan kebudayaan dan terganjalnya restu orang tua itu hanyalah kebohongan
untuk menutupi alasan yang sebenarnya. Tetapi mengapa dia tidak mau terbuka
tentang penyakitnya padaku? Harusnya jika dia menganggapku sebagai pacarnya,
dia pasti menceritakannya.
Ketika
aku sedang berbicara pada mamahnya Boy, tiba-tiba dokter keluar dari ruang ICU
dan menyuruh semua orang terdekat Boy untuk masuk ke dalam ruang ICU.
Perasaanku semakin takut. Aku takut kehilangannya. Aku, mamahnya Boy, dan
papahnya Boy yang baru saja datangpun langsung masuk kedalam ruang ICU dengan
menggunakan baju khusus. Semuanya menangis didalam sana termasuk aku.
Dokter
mengatakan kalau Boy yang juga mempunyai penyakit jantungpun sudah benar-benar
dalam keadaan kritis. Harapannya untuk hidup sangatlah sedikit. Ya Allah tolong
lindungi Boy. Berilah keselamatan untuknya. Semakin lama semakin menurun
kondisi kesehatan Boy. Dan sampai akhirnya, detak jantung yang terbantu melalui
alat medispun terhenti. Boy telah meninggal dunia di hari jadiku dengannya yang
pertama.
Aku
benar-benar tak menyangka ini juga akan menjadi hari terakhirku bersamanya.
Semua orang yang berada diruang ICU ,menangis. Aku benar-benar tak menyangka,
pertemuanku tadi pagi dengannya dan pelukannya pagi itu adalah ucapan selamat
tinggal untuk selama-lamanya. Dalam hati aku mengatakan sambil meneteskan air
mata dan memegang tangan jenazah Boy “Boy, selamanya kamu akan tetap berada di
hatiku. Meskipun ragamu kini sudah tiada, tetapi kenanganmu akan selalu abadi
dalam hati dan fikiranku. Bagiku, kamu tidak akan pernah pergi. Kamu selalu ada
didalam hatiku”.
TAMAT
KALAU GUE SINGLE MASALAH BUAT LO?
Karya Tyas Yolanda
Karya Tyas Yolanda
Seperti biasanya setiap minggu pagi Nanda menghabiskan weekend dgn menonton dvd dirumah sambil mencomot donat-donat kecil rasa coklat dikamar tercintanya. Nanda lebih suka menghabiskan weekend dirumah ketimbang jalan-jalan ke mall bersama teman-temannya, nonton bioskop atau kencan sana-sini. Bagi Nanda tugas seorang pelajar adalah belajar, bukan cari pacar.
Mungkin Nanda bukan gadis yang famous disekolahnya. Nanda lebih suka mengahbiskan waktu istirahat di perpustakaan atau TIK room untuk bermain game online atau sekedar update sosial media. Walaupun jarang hangout seperti teman-temannya, Nanda termasuk orang yg tidak bisa dikatakan ketinggalan jaman karena, wawasan super luas.
" Lo nggak dateng Nan di pestanya Rama? ," Tina duduk disebelah Nanda yg sedang asyik membaca novel terbaru karya Esti kinasih. Tina sahabat terbaik Nanda sejak SMP, anaknya manis, lucu, baik, pintar dan satu lagi super bawel tapi, Nanda tetap nyaman berteman dgn Tina sampai detik ini.
" Males ah, mending bobo dirumah. " Jawab Nanda ringan sambil menutup novelnya.
" What? gue nggak habis pikir kenapa sih lo nggak bisa nyenengin hati bentar aja. Ngandang mulu ! "Plis deh nggak usah bawel Tintin, suka-suka gue kenapa. Kalau elo mau dateng ya dateng aja, beres kan. " Nanda meninggalkan Tina yang masih dongkol.
" Tuh anak diciptain didunia ini buat apa sih? buat ngandang dirumah doang kali ya, aneh. " Tina pun berlari mengejar Nanda yg sudah hilang entah kemana.
Panas nya benar-benar stadium akhir.
Kalau bukan karena alasan yang logis Nanda tdk akan mungkin mau menunggu Tina.
Padahal niatnya setelah pulang sekolah ini Nanda mau neraktir Tina makan mie
ayam tapi Tina katanya sedang ada janji dgn Joni, pacar Tina.
Nanda mendengar suara aneh, seperti langkah kaki seseorg. Belum sempat Nanda membalik tubuh untuk melihat siapa orang itu, tangan seseorg sudah membekap mulutnya dan membuat Nanda pingsan.
" Elo apa-apaan sih Tintin, nggak lucu tahu! "
Ternyata Tina dan Joni sengaja menyandra Nanda dikamar Tina sore ini. Tina dan Joni ingin membawa Nanda ke Pesta ulang tahun Rama.
" Udah ya nanda sayang, gue sama Joni lagi ngidam nih mau bawa elo ke pestanya Rama. Stand by aja disitu, gue yang bakal dandanin elo. "
Nanda hanya pasrah saat Tina memoleskan sedikit foundation, bedak, eyes shadow, dan segala tetek bnengek make up ke wajahnya. Sumpah demi apapun Nanda sangat tersiksa dengan make up di wajahnya. Kalau saja Tian dan Joni tidak membekap mulut dan mengikat tangannya mungkin Nanda sudah memberontak, menampar Tina dan Joni lalu lari sekencang-kencangnya.
" Hai Nan, elo cantik banget tapi kenapa dibekap gitu? " Darma yang sedang berdiri didepan pintu masuk kagum dgn penampilan Nanda.
" Iya nih Darma, Nanda nakal kalau enggak dibekap sama diikat bisa lari. " Tina dan Joni tersenyum sambil berlalu meninggalkan Darma.
" Ini Nanda permata? " Rama menghampiri Nanda yang sedang asyik dengan salad buahnya.
" Iya, emang kenapa? "
" Tumben elo mau dateng ke acara beginian, so makasih ya Nan elo dateng ke pesta gue, " Rama tersenyum manis ke arah Nanda. Nanda hanya mangut-mangut lalu pergi meninggalkan Rama tanpa sepatah katapun.
Semenjak kedatangan Nanda ke pesta Rama banyak cowok yang diam-diam sering mengamati Nanda. Mereka seakan-akan terkena magnet Nanda yang ternyata baru disadari para cowok-cowok itu.
" Mereka ngapain sih ngeliatin gue kayak gitu Tin? " Nanda sedikit risih dgn pandangan anak kelas sebelahnya yang sejak tadi memperhatikan Nanda.
" Nanda mereka itu kagum sama elo, maybe diantara mereka mungkin juga suka elo. "
" Eh gila ya, pada rabun gitu mata mereka. Apa coba yang disuka dari gue, ngaco deh elo tuh tin! " Nanda tertawa lalu kembali fokus dengan komik Conannya.
" Wo elo itu dibilangin malah gue dibilang ngaco. Terserah elo deh Nan. "
Rama menurunkan kaca mobilnya dan mengamati Nanda yang sedang asyik mengantre donat ditoko roti. Rama mengamati Nanda yang dgn santainya mengantre donat dikasir sambil mendengarkan lagu lewat earphonenya.
Rama segera menutup kaca mobil nya saat Nanda keluar dari toko. Rama mengikuti laju motor Nanda yang mengarah ke taman pinggir kota. Rama semakin penasaran saat menguntit Nanda dari belakang. Nanda terus berjalan menyusuri jalan setapak menuju sbuah gubuk kecil yang indah dengan dihiasi mawar putih.
Rama memandang Nanda dibalik pohon Mangga yang tdk jauh dari gubuk itu.
Nanda membuka kantong yang berisi donat lalu mengeluarkan sebuah buku dari dalam tasnya.
" Itu anak ngapain disini coba? " Rama semakin penasaran. Rama kaget minta ampun saat tiba-tiba Tina muncul dari belakang tubuhnya.
" Hayo! ngikutin Nanda ya, eciee suka Nanda ya Ram? " Rama membungkam mulut Tina rapat-rapat karena suara Tina bisa membuyarkan semua mata-matanya.Rama tahu semua tentang Nanda. Salah satunya tentang prinsip Nanda yang tidak mempunyai pacar sebelum kuliah. Rama sangat menghargai prinsip Nanda, Nanda memang berbeda dari gadis-gadis lainnya. Dia dewasa namun ternyata Nanda juga sangat manja terhadap mamanya. Nanda tak punya waktu untuk memikirkan cowok mana yg pantas untuknya, karena Nanda lebih syka dgn dunianya tanpa cowok manapun.
Baginya " Single itu prinsip. Bukan berarti gue gak bisa punya cowok. "
Nanda mondar-mandir didepan ruang sekretariat kampusnya. Keringat dingin membasahi tubuhnya, sejak satu jam yg lalu Nanda menunggu dosen pembimbingnya keluar sambil membawa kertas berisi " Beasiswa " untuk dirinya.
" Tuhan-tuhan bantu aku, aku ingin sekali beasiswa itu. " Nanda terus mondar mandir tanpa sengaja dia menbrak seorang laki-laki yg sedang membawa setumpukkan buku.
" Aduh! lain kali kalau jalan lihat-lihat dong! "
Nanda terkejut saat tahu bahwa laki-laki itu adalah Rama.
" Rama? "
" Nanda? " Rama meletakkan buku-bukunya dikursi. Rama dan Nanda pun duduk dikursi tunggu sambil bicara panjang lebar.Rama datang ke rumah Nanda malam ini. Rama sengaja datang tanpa memberitahu Nanda karena dia ingin memberi surprise di hari ulang tahun Nanda hari ini.
" Oh nak Rama silahkan duduk, tante panggilkan Nanda ya, " Rama menunggu diruang tamu sambil mengeluarkan sekotak donat favorit Nanda.
" Elo kesini nggak bilang gue dulu, ada apa Ram? " Nanda duduk disebalah Rama dan tanpa babibu segera membuka kotak donat yg dibawa Rama.
" Elo ya, bilang makasih dulu kek, apa kek. " Nanda tersenyum lebar sambil mencomot donatnya
" Gue mau bilang sesuatu Nan, tapi elo jangan marah ya? " Nanda mangut-mangut.
" Gue sayang sama lo, gue nggak tahu ini perasaan udah berapa lama nginep dihati gue sejak SMA. Gue tahu elo lebih suka single tapi .. " belum selesai Rama bicara Nanda sudah menyuapkan paksa donat ke mulut Rama.
" Elo telen deh itu donat, gue mau bikin minum dulu. "
Nanda pergi meninggalkan Rama yg masih terdiam tak mengerti.
Lalu beberapa langkah kemudian Nanda berbalik kearah Rama lagi dan mengigit sebagian donat dimulut Rama dgn mulutnya, sambil mencium pipi Rama.
Rama hanya tertawa menyaksikan kelakuan aneh Nanda. Namun dia begitu senang dan begitu bahagia.
END
Nanda mendengar suara aneh, seperti langkah kaki seseorg. Belum sempat Nanda membalik tubuh untuk melihat siapa orang itu, tangan seseorg sudah membekap mulutnya dan membuat Nanda pingsan.
" Elo apa-apaan sih Tintin, nggak lucu tahu! "
Ternyata Tina dan Joni sengaja menyandra Nanda dikamar Tina sore ini. Tina dan Joni ingin membawa Nanda ke Pesta ulang tahun Rama.
" Udah ya nanda sayang, gue sama Joni lagi ngidam nih mau bawa elo ke pestanya Rama. Stand by aja disitu, gue yang bakal dandanin elo. "
Nanda hanya pasrah saat Tina memoleskan sedikit foundation, bedak, eyes shadow, dan segala tetek bnengek make up ke wajahnya. Sumpah demi apapun Nanda sangat tersiksa dengan make up di wajahnya. Kalau saja Tian dan Joni tidak membekap mulut dan mengikat tangannya mungkin Nanda sudah memberontak, menampar Tina dan Joni lalu lari sekencang-kencangnya.
" Hai Nan, elo cantik banget tapi kenapa dibekap gitu? " Darma yang sedang berdiri didepan pintu masuk kagum dgn penampilan Nanda.
" Iya nih Darma, Nanda nakal kalau enggak dibekap sama diikat bisa lari. " Tina dan Joni tersenyum sambil berlalu meninggalkan Darma.
" Ini Nanda permata? " Rama menghampiri Nanda yang sedang asyik dengan salad buahnya.
" Iya, emang kenapa? "
" Tumben elo mau dateng ke acara beginian, so makasih ya Nan elo dateng ke pesta gue, " Rama tersenyum manis ke arah Nanda. Nanda hanya mangut-mangut lalu pergi meninggalkan Rama tanpa sepatah katapun.
Semenjak kedatangan Nanda ke pesta Rama banyak cowok yang diam-diam sering mengamati Nanda. Mereka seakan-akan terkena magnet Nanda yang ternyata baru disadari para cowok-cowok itu.
" Mereka ngapain sih ngeliatin gue kayak gitu Tin? " Nanda sedikit risih dgn pandangan anak kelas sebelahnya yang sejak tadi memperhatikan Nanda.
" Nanda mereka itu kagum sama elo, maybe diantara mereka mungkin juga suka elo. "
" Eh gila ya, pada rabun gitu mata mereka. Apa coba yang disuka dari gue, ngaco deh elo tuh tin! " Nanda tertawa lalu kembali fokus dengan komik Conannya.
" Wo elo itu dibilangin malah gue dibilang ngaco. Terserah elo deh Nan. "
Rama menurunkan kaca mobilnya dan mengamati Nanda yang sedang asyik mengantre donat ditoko roti. Rama mengamati Nanda yang dgn santainya mengantre donat dikasir sambil mendengarkan lagu lewat earphonenya.
Rama segera menutup kaca mobil nya saat Nanda keluar dari toko. Rama mengikuti laju motor Nanda yang mengarah ke taman pinggir kota. Rama semakin penasaran saat menguntit Nanda dari belakang. Nanda terus berjalan menyusuri jalan setapak menuju sbuah gubuk kecil yang indah dengan dihiasi mawar putih.
Rama memandang Nanda dibalik pohon Mangga yang tdk jauh dari gubuk itu.
Nanda membuka kantong yang berisi donat lalu mengeluarkan sebuah buku dari dalam tasnya.
" Itu anak ngapain disini coba? " Rama semakin penasaran. Rama kaget minta ampun saat tiba-tiba Tina muncul dari belakang tubuhnya.
" Hayo! ngikutin Nanda ya, eciee suka Nanda ya Ram? " Rama membungkam mulut Tina rapat-rapat karena suara Tina bisa membuyarkan semua mata-matanya.Rama tahu semua tentang Nanda. Salah satunya tentang prinsip Nanda yang tidak mempunyai pacar sebelum kuliah. Rama sangat menghargai prinsip Nanda, Nanda memang berbeda dari gadis-gadis lainnya. Dia dewasa namun ternyata Nanda juga sangat manja terhadap mamanya. Nanda tak punya waktu untuk memikirkan cowok mana yg pantas untuknya, karena Nanda lebih syka dgn dunianya tanpa cowok manapun.
Baginya " Single itu prinsip. Bukan berarti gue gak bisa punya cowok. "
Nanda mondar-mandir didepan ruang sekretariat kampusnya. Keringat dingin membasahi tubuhnya, sejak satu jam yg lalu Nanda menunggu dosen pembimbingnya keluar sambil membawa kertas berisi " Beasiswa " untuk dirinya.
" Tuhan-tuhan bantu aku, aku ingin sekali beasiswa itu. " Nanda terus mondar mandir tanpa sengaja dia menbrak seorang laki-laki yg sedang membawa setumpukkan buku.
" Aduh! lain kali kalau jalan lihat-lihat dong! "
Nanda terkejut saat tahu bahwa laki-laki itu adalah Rama.
" Rama? "
" Nanda? " Rama meletakkan buku-bukunya dikursi. Rama dan Nanda pun duduk dikursi tunggu sambil bicara panjang lebar.Rama datang ke rumah Nanda malam ini. Rama sengaja datang tanpa memberitahu Nanda karena dia ingin memberi surprise di hari ulang tahun Nanda hari ini.
" Oh nak Rama silahkan duduk, tante panggilkan Nanda ya, " Rama menunggu diruang tamu sambil mengeluarkan sekotak donat favorit Nanda.
" Elo kesini nggak bilang gue dulu, ada apa Ram? " Nanda duduk disebalah Rama dan tanpa babibu segera membuka kotak donat yg dibawa Rama.
" Elo ya, bilang makasih dulu kek, apa kek. " Nanda tersenyum lebar sambil mencomot donatnya
" Gue mau bilang sesuatu Nan, tapi elo jangan marah ya? " Nanda mangut-mangut.
" Gue sayang sama lo, gue nggak tahu ini perasaan udah berapa lama nginep dihati gue sejak SMA. Gue tahu elo lebih suka single tapi .. " belum selesai Rama bicara Nanda sudah menyuapkan paksa donat ke mulut Rama.
" Elo telen deh itu donat, gue mau bikin minum dulu. "
Nanda pergi meninggalkan Rama yg masih terdiam tak mengerti.
Lalu beberapa langkah kemudian Nanda berbalik kearah Rama lagi dan mengigit sebagian donat dimulut Rama dgn mulutnya, sambil mencium pipi Rama.
Rama hanya tertawa menyaksikan kelakuan aneh Nanda. Namun dia begitu senang dan begitu bahagia.
END
PROFIL PENULIS
Grade IX-H in SMP Negeri 1
Waru/Sby/Sda . Info lebih lajut @tyasyoalnda1
MAWAR PUTIH TERAJUT PILU
Karya Erindah Chriestika.
Berkali-kali gadis itu menatap keluar jendela,dirasakannya angin semilir sore tak seindah kemarin.Berkali-kali pula gadis itu menatap kertas tebal dengan penuh ornamen bunga terangkai indah berwarna-warni ditangannya.Bagai kilatan yang menyambar hati,bahkan tamparan ribuan peluru terasa menghujam.Pikirannya menerawang,bagai memutar memori masalalu,dimana semua penyesalan itu berawal..berawal merajut kisah yang tak dapat dianulir hati.
"Kak,udah waktunya".Gadis itu menoleh sejenak,mengikuti suara yang memanggilnya.Dia berharap waktu berhenti sekarang juga.Gadis itu beralih menatap jendela lagi,memejamkan matanya,mencoba memutar ulang kenangan yang menyayat hati,dimana sebuah penyesalan terajut rapi bagai kisah ironi.Dimana keegoisan diri membuat hal yang indah tak kunjung berakhir sempurna.
Berkali-kali gadis itu menatap keluar jendela,dirasakannya angin semilir sore tak seindah kemarin.Berkali-kali pula gadis itu menatap kertas tebal dengan penuh ornamen bunga terangkai indah berwarna-warni ditangannya.Bagai kilatan yang menyambar hati,bahkan tamparan ribuan peluru terasa menghujam.Pikirannya menerawang,bagai memutar memori masalalu,dimana semua penyesalan itu berawal..berawal merajut kisah yang tak dapat dianulir hati.
"Kak,udah waktunya".Gadis itu menoleh sejenak,mengikuti suara yang memanggilnya.Dia berharap waktu berhenti sekarang juga.Gadis itu beralih menatap jendela lagi,memejamkan matanya,mencoba memutar ulang kenangan yang menyayat hati,dimana sebuah penyesalan terajut rapi bagai kisah ironi.Dimana keegoisan diri membuat hal yang indah tak kunjung berakhir sempurna.
Gadis itu memutar kembali memori
masalalu,dimana dia kehilangan seorang yang berarti,namun tak pernah dia sadari
karna keegoisan diri,kini penyesalan tak dapat di hindari.
_
"Kak rene,ini bunga dari kak johan,tadi dia nitip ke aku pas aku pulang sekolah".Rene menatap penuh mawar berwarna putih lembut dengan daun berhias rapi,lalu mengambilnya,dan menaruhnya kedalam tempat sampah yang berisi penuh mawar putih.Ini yang ke 100 kalinya Rene menerima mawar putih bunga kesukaannya dari seorang pria yang tak pernah dia sukai,Johan.Andin,adik Rene menatap santai perlakuan kakaknya,tak heran karna dia sering melihat pemandangan itu.Hanya saja dia cukup prihatin,diamana Johan adalah lelaki yang baik,yang rela membeli 100 bunga mawar putih yang pada akhirnya berakhir pada tempat sampah.
"Kak,gak bagus loh kayak gini terus".Andin duduk di tepi tempat tidur,menatap sebuah bungkusan kado bewarna-warni yang dapat menarik hati,siapa lagi kalau bukan dari kak Johan untuk kak Rene yang kini bahkan acuh padanya.Lelaki malang.
"Aku emang gak suka sama dia kok ndin".Ucap Rene santai sambil sibuk menyisir rambut lurus sebahunya.Andin menghela nafas panjang,berusaha menahan emosi hati yang kini merayap."Kakak gak boleh gini,bilang dong sama dia,kasian dia kak,tiap hari kakak acuh terus sama dia,padahal dia sering nolong kakak".Andin berusaha mengontrol nada suaranya agar terdengar biasa saja.
Dimata Rene Johan bukanlah orang spesial,namun seorang yang selalu mengganggunya.Rene sering memanfaatkan kebaikan Johan demi egonya.Jahat memang,tapi dia tak punya pilihan lain ketika lelaki itu tak peduli meskipun dirinya mengatakan bahwa dia tak menyukai lelaki itu. "Gapapa,cinta itu datang karna terbiasa kok".Itulah yang selalu diucapkan Johan yang diiringi dengan wajah penuh senyuman,tak tersirat sedikitpun kesakitan dari wajahnya,namun Rene tak peduli,baginya Johan bisa saja menjadi pengusik ulung yang tak gentar mengusik dirinya.
"Sekarang kamu pergi!jangan ganggu aku lagi,kamu gak ngerti ya? kamu tuh pengganggu!".Sembur Rene tanpa ampun pada Johan.Seketika lelaki berkaca mata dengan rambut cepak ala taylor lautner itu pun menundukkan kepalanya,menggeleng dan mengangkat kembali wajahnya dengan dihiasi senyuman tulus.
"Tapi aku bener Ren..aku liat Niko jalan sama Nia..aku gak pernah ngada-ngada tentang itu".
"Alah!! kamu bohong! kamu cuma pengen buat Niko jelek dimata aku kan?..itu karna kamu dari dulu gak pernah bisa dapetin aku kan?,gak gini caranya Han!".Kini mata Rene menyiratkan amarah yang menggelegar.
"Aku gak pernah bohong tentang itu Ren..maaf kalau aku selama ini jadi pengganggu kamu..aku janji gak akan ganggu kamu lagi..aku nyerah Ren,mungkin aku harus nyerah buat dapetin kamu".Suara Johan terdengar parau,tersirat kekecewaan dalam di wajahnya,dari sepanjang perjuangan cintanya kini pada akhirnya lelaki malang itu menyerah dalam kesakitan.
Rene menatap punggung Johan yang kini kian menjauh.Dalam hatinya tersimpan rasa bersalah pada lelaki itu,namun itu tak sebanding dengan amarahnya yang mengutamakan ego.
"Maksudnya apa?!!!".Rene mencoba menahan emosinya,nafasnya memburu tajam,tatapannya pahit menerkam.Niatnya untuk menjenguk dan mengantarkan makanan untuk kekasihnya tercinta kini harus berakhir dengan pemandangan yang tak dapat Ia anulir lagi,kekasihnya sedang berduaan dengan seorang wanita lain."Ren...aku bisa jelasin".PLAKKKK..tamparan itu berbunyi nyaring bagai kilat,tamparan yang bercampur dengan emosi yang tak tertahankan."Cukup Niko! kalian biadab!!".Rene berlari dengan air mata kebencian yang mengalir deras bak air terjun.Dengan rasa sakit yang kini menusuk ulu hati tak tertahankan.Rene benci dirinya,dan membenci dirinya yang tak mempercayai kata-kata Johan dan malah membela habis-habisan lelaki biadab itu,membuat Johan pergi dengan rasa sakit.
_
Rene masih menatap kertas tebal dengan penuh ornamen bunga itu dengan rasa sakit yang kini barakhir pilu.Dengan huruf yang terangkai pasti,membuatnya tak rela melihat surat undangan itu,dimana lelaki yang kini mulai membuatnya jatuh kedalam rengkuhan cinta akibat penyesalan malah pergi dengan haluan lain,dengan ikatan sebuah pernikahan yang akan berlangsung 30 menit lagi.
"Ayo kak,upacara pernikahannya sebentar lagi,kita harus buru-buru".
"Ayo Ndin,kakak udah siap".Rene berbalik meninggalkan kamar dengan balutan gaun putih gading berenda yang amat cantik yang terhias rapi ditubuhnya yang ramping dan semampai.Rene telah siap menerima kenyataan pahit yang berakhir pilu ini,kenyataan yang membuatnya sadar bahwa inilah yang terbaik,dimana merelakan cinta pergi mungkin lebih baik daripada mempertahankannya dengan rasa sakit,Rene sadar bahwa itulah yang dirasakan Johan selama ini,dan kini dia harus merasakannya juga.
''Ayo kak Buruan".Andin menyambutnya di bawah tangga,bersiap pergi dengan mobil x trail merah terang,mobil yang akan melaju melawan waktu untuk pergi menghampiri sebuah pesta pernikahan yang sangat berarti bagi Johan dan calon mempelainya.
TAMAT
_
"Kak rene,ini bunga dari kak johan,tadi dia nitip ke aku pas aku pulang sekolah".Rene menatap penuh mawar berwarna putih lembut dengan daun berhias rapi,lalu mengambilnya,dan menaruhnya kedalam tempat sampah yang berisi penuh mawar putih.Ini yang ke 100 kalinya Rene menerima mawar putih bunga kesukaannya dari seorang pria yang tak pernah dia sukai,Johan.Andin,adik Rene menatap santai perlakuan kakaknya,tak heran karna dia sering melihat pemandangan itu.Hanya saja dia cukup prihatin,diamana Johan adalah lelaki yang baik,yang rela membeli 100 bunga mawar putih yang pada akhirnya berakhir pada tempat sampah.
"Kak,gak bagus loh kayak gini terus".Andin duduk di tepi tempat tidur,menatap sebuah bungkusan kado bewarna-warni yang dapat menarik hati,siapa lagi kalau bukan dari kak Johan untuk kak Rene yang kini bahkan acuh padanya.Lelaki malang.
"Aku emang gak suka sama dia kok ndin".Ucap Rene santai sambil sibuk menyisir rambut lurus sebahunya.Andin menghela nafas panjang,berusaha menahan emosi hati yang kini merayap."Kakak gak boleh gini,bilang dong sama dia,kasian dia kak,tiap hari kakak acuh terus sama dia,padahal dia sering nolong kakak".Andin berusaha mengontrol nada suaranya agar terdengar biasa saja.
Dimata Rene Johan bukanlah orang spesial,namun seorang yang selalu mengganggunya.Rene sering memanfaatkan kebaikan Johan demi egonya.Jahat memang,tapi dia tak punya pilihan lain ketika lelaki itu tak peduli meskipun dirinya mengatakan bahwa dia tak menyukai lelaki itu. "Gapapa,cinta itu datang karna terbiasa kok".Itulah yang selalu diucapkan Johan yang diiringi dengan wajah penuh senyuman,tak tersirat sedikitpun kesakitan dari wajahnya,namun Rene tak peduli,baginya Johan bisa saja menjadi pengusik ulung yang tak gentar mengusik dirinya.
"Sekarang kamu pergi!jangan ganggu aku lagi,kamu gak ngerti ya? kamu tuh pengganggu!".Sembur Rene tanpa ampun pada Johan.Seketika lelaki berkaca mata dengan rambut cepak ala taylor lautner itu pun menundukkan kepalanya,menggeleng dan mengangkat kembali wajahnya dengan dihiasi senyuman tulus.
"Tapi aku bener Ren..aku liat Niko jalan sama Nia..aku gak pernah ngada-ngada tentang itu".
"Alah!! kamu bohong! kamu cuma pengen buat Niko jelek dimata aku kan?..itu karna kamu dari dulu gak pernah bisa dapetin aku kan?,gak gini caranya Han!".Kini mata Rene menyiratkan amarah yang menggelegar.
"Aku gak pernah bohong tentang itu Ren..maaf kalau aku selama ini jadi pengganggu kamu..aku janji gak akan ganggu kamu lagi..aku nyerah Ren,mungkin aku harus nyerah buat dapetin kamu".Suara Johan terdengar parau,tersirat kekecewaan dalam di wajahnya,dari sepanjang perjuangan cintanya kini pada akhirnya lelaki malang itu menyerah dalam kesakitan.
Rene menatap punggung Johan yang kini kian menjauh.Dalam hatinya tersimpan rasa bersalah pada lelaki itu,namun itu tak sebanding dengan amarahnya yang mengutamakan ego.
"Maksudnya apa?!!!".Rene mencoba menahan emosinya,nafasnya memburu tajam,tatapannya pahit menerkam.Niatnya untuk menjenguk dan mengantarkan makanan untuk kekasihnya tercinta kini harus berakhir dengan pemandangan yang tak dapat Ia anulir lagi,kekasihnya sedang berduaan dengan seorang wanita lain."Ren...aku bisa jelasin".PLAKKKK..tamparan itu berbunyi nyaring bagai kilat,tamparan yang bercampur dengan emosi yang tak tertahankan."Cukup Niko! kalian biadab!!".Rene berlari dengan air mata kebencian yang mengalir deras bak air terjun.Dengan rasa sakit yang kini menusuk ulu hati tak tertahankan.Rene benci dirinya,dan membenci dirinya yang tak mempercayai kata-kata Johan dan malah membela habis-habisan lelaki biadab itu,membuat Johan pergi dengan rasa sakit.
_
Rene masih menatap kertas tebal dengan penuh ornamen bunga itu dengan rasa sakit yang kini barakhir pilu.Dengan huruf yang terangkai pasti,membuatnya tak rela melihat surat undangan itu,dimana lelaki yang kini mulai membuatnya jatuh kedalam rengkuhan cinta akibat penyesalan malah pergi dengan haluan lain,dengan ikatan sebuah pernikahan yang akan berlangsung 30 menit lagi.
"Ayo kak,upacara pernikahannya sebentar lagi,kita harus buru-buru".
"Ayo Ndin,kakak udah siap".Rene berbalik meninggalkan kamar dengan balutan gaun putih gading berenda yang amat cantik yang terhias rapi ditubuhnya yang ramping dan semampai.Rene telah siap menerima kenyataan pahit yang berakhir pilu ini,kenyataan yang membuatnya sadar bahwa inilah yang terbaik,dimana merelakan cinta pergi mungkin lebih baik daripada mempertahankannya dengan rasa sakit,Rene sadar bahwa itulah yang dirasakan Johan selama ini,dan kini dia harus merasakannya juga.
''Ayo kak Buruan".Andin menyambutnya di bawah tangga,bersiap pergi dengan mobil x trail merah terang,mobil yang akan melaju melawan waktu untuk pergi menghampiri sebuah pesta pernikahan yang sangat berarti bagi Johan dan calon mempelainya.
TAMAT