Kamis, 05 Januari 2017

Cerpen


SELAMA LANGIT MASIH BERWARNA BIRU

Di sebuah sekolah SMAN Media Aksara. Ada dua orang siswa yang duduk di kelas XII yang bernama lengkap Putri Khumayrah yang lebih akrab dipanggil Ayrah dan Vriestika Azzahra yang lebih akrab dipanggil Rere. Mereka merupakan sahabat yang sejak kecil selalu bersama. Rere merupakan seorang anak tunggal yang berasal dari keluarga mapan dan tajir. Semua kebutuhan dan keinginannya selalu terpenuhi. Sedangkan Ayrah adalah seorang anak pedagang es cendol di tepi jalan raya, di samping sekolah mereka. Namun, walaupun mereka berbeda derajat orang tuanya, mereka tetap bersama tanpa mempedulikan apa kata orang.
Sesungguhnya, Rere merupakan anak yang pintar, baik hati, dan tidak milih-milih teman. Begitupun dengan Ayrah. Sebenarnya, disaat Ayrah beranjak umur 15 tahun, Ayrah mulai berpikir bahwa dirinya itu minder dekat-dekat ataupun bersahabat dengan Rere, namun sebelumnya Rere mengatakan kepada Ayrah bahwa mereka harusnya jangan berpikiran tentang derajat jika bersahabat. Akhirnya, dengan kata-kata Rere pun, sampai sekarang Ayrah tidak minder lagi.
Ternyata, dibalik semua itu ada seorang teman mereka yang bernama Karina yang membenci Ayrah dengan sebab kalau Ayrah itu tidak pantas berteman dengan Rere, dan seharusnya Ayrah itu tahu diri.
Disaat Ayrah dan Rere curhat berdua di taman, di balik tiang kelas ternyata Karina sudah memberitahukan teman-temannya untuk mengerjai Ayrah dengan cara menumpahkan jus jeruknya diseragam Ayrah. Disaat kejadian itu terjadi, Karinapun berkata “Oups, sorry. Aku nggak sengaja, dimaafin yah?”. Ayrah pun menjawabnya dengan suara lembut “Oh, nggak apa-apa ko’. Namanya juga kan nggak sengaja.” Dengan cepatnya Rere ikut membersihkan seragam sekolah Ayrah dan berkata kepada Karina “Eh, Karina. Apa-apaan sih kamu, aku tahu koo’ kalau kamu itu sengaja kan? Ngaku aja deh.” Dengan ceplas ceplosnya Karina membalas perkataan Rere “Heh, Rere. Seharusnya itu, kamu nggak boleh teman sama cewek gembel ini, nanti kamu diberi virus es cendol, lagi.”
Ayrah merasa sangat terhina atas perkataan Karina. Namun, Rere selalu ada disaat Ayrah sedih dan disaat itu Rere terus menghibur Ayrah. Ayrah pun kembali ceria. Ayrah telah melupakan kejadian tadi, yang tadinya dilakukan oleh Karina padanya. Dan dibalik semua itu, Karina dengan kesalnya ingin membalas dendam kepada mereka berdua, karena telah nyolot-nyolot pada Karina tadinya.
Keesokan harinya adalah hari ulang tahun Rere yang ke 17. Rere mengundang semua teman sekelasnya dan sebagian teman-temannya dikelas lain. Rere membuat sebuah pesta ulang tahun yang sangat istimewa dan meriah. Dan, tentunya Rere mengundang sahabatnya itu yaitu Ayrah untuk datang kepesta ulang tahunnya. Begitupun dengan Karina. Saat tiba dipesta tersebut, nampaknya Karina telah menyusun sebuah rencana bersama kedua temannya untuk mengerjai Ayrah yang selama ini sangat dibencinya.
Karina membuat rencana untuk mempermalukan Ayrah di depan orang banyak. Ayrah diajaknya ke kamar Rere tanpa sepengetahuan Rere. Karina berkata “Hy, Ra. Rere bilang sama gue untuk membuat penampilan loh jadi lebih keren malam ini. Jadi, loh ikut gue sekarang ke kamar Rere.” Padahal, semua yang dikatakan oleh karina semuanya bohong, karena Rere tidak pernah berkata seperti itu kepada Karina. Namun, atas kepercayaannya kepada Karina dan teman-temannya, Ayrah pun mengikuti apa yang dikatakan mereka.
Sampailah mereka di kamar Rere, yang tertata rapi dan mewah. Langsungnya di dorong Ayrah kekursi meja rias Rere oleh Karina. Sejak itu, Ayrah mulai curiga dengan tingkah laku Karina, dan mencoba membuka rahasia dari Karina. Namun, Karina tetap saja membuat Ayrah semakin percaya dengannya. Di bawah sana, tepatnya di kolam renang rumah Rere, Rere telah menunggu Ayrah yang tidak tahu kemana perginya. Di kamar Rere, Ayrah telah didandani dengan dandanan yang cukup gila. Karina membuat semuanya kacau dengan cara mendandani Ayrah yang nampak seperti orang yang kesambet setan malam. Wajah cantik Ayrah menjadi tak karuan, karena ulah Karina yang mengolesi wajah Ayrah menggunakan lipstik berwarna merah, lalu dibawanya Ayrah oleh Karina dan teman-temannya ke hadapan teman-teman yang lainnya, agar Ayrah merasa malu nantinya.
Rere sangat terkejut dengan melihat penampilan Ayrah yang acak-acakan, dan dilihatnya rambut Ayrah yang tak kalah sepertinya dengan rambut singa yang habis berkelahi. “Kasihan Ayrah” kata yang keluar dari mulut Rere, sahabatnya. Di sisi lain, Karina dan teman-teman yang lainnya menertawai Ayrah yang nampak seperti orang gila.
Satu minggu kemudian, Karina kembali menyusun rencana agar Rere tidak mau lagi bersahabat dengan Ayrah yang dianggapnya sebagai orang kampung oleh Karina.
Karina memberitahukan kepada Ayrah agar Ayrah meminta uang kepada Rere sebesar 5.000.000 untuknya. Namun, Ayrah tidak mau dengan mendengar bujukan Karina. Dengan tampak sedih namun hanya berbohong, Karina berkata kepada Ayrah “Ra, aku butuh sekali uang itu, sekarang kakakku ada di rumah sakit dan aku tidak punya uang untuk menebus biaya administrasinya, makanya aku meminta kamu untuk meminta uang sebesar 5.000.000 kepada Rere karena aku tahu kalau Rere sebenarnya juga benci sama aku dan aku juga tahu kalau Rere dekat sama kamu, Ra. Aku mohon kali ini aja. Please.”
“Ya sudah, Insya Allah aku lakuin itu semua demi kamu dan kakak kamu. Kamu yang sabar yah? Mudah-mudahan aku berhasil.” Kata Ayrah
“Ra, tapi, kamu jangan sampai bilang kalau kamu disuruh sama aku yah? Aku mohon, karena mungkin jika kamu bilang kalau kamu disuruh sama aku, mungkin Rere nggak akan ngasih kekamu.” Kata Karina dengan bujukannya
“Iya, iya Karina.” Jawabnya
Tiba-tiba, dengan menaiki mobilnya, Karina dengan ngebutnya langsung ke rumah Rere dan mengadu dombakan Rere dan Ayrah.
“Re, Re, buka pintunya Re, aku mohon, semua ini demi kebaikan kamu Re.” Kata Karina dengan memburu waktu
Tidak sempat melepas seragam sekolahnya, Rere pun langsung membuka pintu rumahnya dan menemui Karina yang kelihatan panik. Kemudian Karina menceritakan cerita yang salah kepada Rere seraya memburukkan nama Ayrah dimata Rere. Padahal, Ayrah tidak mengetahui apa-apa.
“Re, ternyata aku sudah mengetahui semuanya. Bahwa Ayrah itu sebenarnya mendekati kamu itu karena ada maunya. Dan aku tahu apa maunya, dia mau memanfaatkan kamu dan uangmu disaat kamu sudah menganggapnya sebagai sahabatmu. Dan sempat mendengar ketika Ayrah sedang bercerita kepada Venita kalau dia itu butuh uang untuk membuat acara di luar sepengetahuan kamu dan menggunakan uang kamu dengan alasan yang berbeda.” Kata karina membujuk Rere
“Hah? Ayrah ngomong gitu? Nggak mungkin. Aku sudah tahu banyak tentang Ayrah dan menurut aku Ayrah itu anak yang baik-baik, bukan seperti yang kamu katakan tadi. Kamu pasti salah dengar, Karina.” Jawabnya dengan tidak percaya
“Aku serius Re, malahan udah dua rius. Dan kalau kamu tidak percaya dengan apa yang aku katakan tadi, kamu boleh membuktikan sendiri dengan menyaksikan kedatangan Ayrah kesini dengan meminta uang kepada kamu dan dengan alasan yang berbeda dengan apa yang telah aku katakan tadi.” Katanya
“Yah sudah kalau itu mau kamu. Aku akan membuktikan semua itu.” Kata Rere
Akhirnya rencana Karina mula-mula berjalan dengan mulus untuk memisahkan mereka berdua. Dan setelah tidak begitu lamanya Karina pulang, Ayrah pun datang ke rumah Rere dengan melakukan apa yang telah diperintahkan oleh karina padanya yang merupakan sebuah jebakan yang tidak diketahuinya.
Ayrah pun langsung mengetuk pintu rumah Rere. Dan Rere langsung membukanya, dan kemudian dengan menceritakan semuanya oleh Ayrah dengan alasan ada yang perlu dibiayai. Rere pun langsung memberikan uang itu dengan tunai dan uang itu telah berada ditangan Ayrah. Rere pun semakin tampak dan kelihatan curiga kepada Ayrah dan lebih percaya kepada Karina.
Setelah hal itu terjadi, Ayrah langsung ditelepon oleh Karina dan menyuruhnya untuk datang ke pesta meriahnya disalah satu cafe terkenal. Ayrah pun masuk kedalam jebakan Karina. Disaat itu pun, Karina mulai menelepon Rere untuk dapat menghadiri acaranya yang sepengetahuan Rere bahwa acara itu adalah acara dari perbuatan Ayrah padanya. Rere pun merasa sangat kesal pada Ayrah dan menganggap bahwa perkataan Karina memang betul. Dan sejak itu Rere mulai benci pada Ayrah. Namun, Ayrah tidak tahu apa penyebab semua itu terjadi pada sahabatnya.
Dengan terjadinya hal itu, mulailah Karina mendekati Rere dan berkata “Re, bener kan yang aku bilang kalau Ayrah itu memang sengaja berteman dan sekaligus bersahabat dengan kamu hanya gara-gara uang kamu. Dan mendingan kamu teman dengan aku. Kita kan sama-sama anak orang terpandang, jadi nggak mungkin kan kalau aku meras kamu dengan uang?”
“Iya juga sih, kalau itu mau kamu. Baiklah, kita sahabatan. (sambil tersenyum)” kata Rere
“Akhirnya rencana aku berjalan mulus, dan ini yang dari dulu aku inginkan. Menghancurkan hubungan persahabatan kalian berdua. (berbicara di dalam hati sambil tersenyum benci)” Kata Karina
Suatu saat, Ayrah terus saja mendekati Rere untuk meminta penjelasan untuk menjelaskan kejadian ini. Namun, kelihatannya Rere tak mampu menahan amarahnya kepada Ayrah yang telah difitnah oleh Karina sehingga Ayrah pun mendapat gertakan dari Rere bahwa Rere sudah tidak mau bertemu dengan Ayrah bahkan tidak mau berkenalan lagi dengan orang yang bernama Ayrah.
Ayrah sangat sedih. Pertama, Ayrah berpikir bahwa Rere akan memberikan senyuman manis kepadanya. Namun, begitu sulitnya membentuk sebuah senyuman dari bibir manis Rere yang sudah terlanjur benci kepada Ayrah.
Suatu pagi di tepi jalan, Ayrah kembali menyapa Rere dengan sebuah senyuman manis yang tak lupa ia berikan kepada Rere. Namun, karena kemarahan Rere mulai memuncak, sehingga dengan kesalnya, Rere mendorong Ayrah ke tengah jalan raya sampai-sampai Ayrah diseret mobil dan terkapar di jalan. Rere dengan kagetnya langsung memeluk Ayrah dan dengan segera meminta pertolongan kepada orang-orang pejalan kaki yang ada disekitar mereka untuk membawanya ke rumah sakit dengan menggunakan mobil Rere.
Sesampainya di rumah sakit, dan setelah Ayrah lepas dari fase kritisnya. Ayrah langsung memanggil nama Rere. Kemudian Rere langsung masuk ke ruangan Ayrah dan bertemu langsung dengan Ayrah. Ayrah pun kemudian bertanya tentang hal itu lagi. Yaitu hal yang membuat Ayrah penasaran bahwa mengapa Rere bisa berubah dengan cepat. Rere pun menjawab “Karena aku benci dengan apa yang telah kamu lakukan kepada aku tentang uang itu.” Ayrah pun semakin tidak mengerti dan menjawab “Uang itu? Jadi, hanya gara-gara itu karena kamu keberatan kalau aku minjam uang kamu?”
“Kalau gara-gara uang itu sih aku nggak masalah-masalah amat. Namun, aku hanya mempermasalahkan alasan kamu membuat pesta itu.” Kata Rere
“Pesta? Pesta apa? Setahu aku, aku nggak pernah ngerayain pesta dengan menggunakan uang kamu. Atau pesta Karina di selenggarain 2 malam yang lalu?” Tanya Ayrah
“Hah? Pesta Karina?” Tanya Rere
“Iya pesta Karina. Kalau tentang itu bisa-bisanya kamu benci dengan aku, mendingan aku menceritakan semuanya. Kalau Karina itu bilang sama aku bahwa kakaknya dia itu sementara sakit di rumah sakit dan sangat membutuhkan uang untuk membayar biaya administrasinya namun, Karina nggak punya uang. Sehingga, Karina nyuruh aku untuk meminta uang kepada kamu untuk membayar itu semua namun dengan alasan yang berbeda. Tapi, sejak itu aku curiga sama Karina.” Jawab Ayrah
“Oh, jadi gitu ceritanya Ra?” tanya Rere
“Iya.” Jawab Ayrah
“Aku ngerti sekarang.” Kata Rere
“Ngertii? Ngerti gimana Re?” Tanya Ayrah
“Kalau Karina itu sengaja mengadu dombakan kita, agar kita saling benci. Tapi apa gunanya?” tanya Rere
“Aku juga mulai ngerti Re. Iya, betul apa kata kamu. Dan semua itu dilakukan oleh Karina semata-mata karena Karina nggak mau kalau cewek kayak aku temenan apalagi sahabatan dengan anak orang kaya kayak kamu. Iya kan?” kata Ayrah
“Nah itu jawabannya.” Kata Rere
Setelah Rere memaksa Karina untuk mengaku atas perbuatannya, akhirnya Karina mengaku juga dan meminta maaf kepada Ayrah terhadap semua perbuatannya kepada Ayrah selama ini.
Rere pun kembali bersahabat dengan Ayrah dan bahkan telah menganggap Karina sebagai sahabat mereka berdua.
“Aku terharu dan salut sama kalian, sebab kalian telah aku buat kalian menjadi saling benci-bencian tetapi akhirnya kalian menganggap aku sebagai sahabat kalian.” Kata Karina
“Sahabat itu, nggak milih-milih apalagi dengan memandang status sebelumnya.” Kata Rere dan Ayrah
Mereka pun kembali bersama dengan menjalin sebuah tali persahabatan.
“Mudah-mudahan persahabatan kita terus terjalin dan kita terus bersama selama Langit Masih Berwarna Biru.” Kata Rere dan Ayrah
Akhirnya mereka bertiga bersahabat bagaikan sahabat yang sulit terpisahkan.






BENCIKU ADALAH CINTAKU

Disebuah SMA, yaitu di SMAN 78 Jakarta ada salah seorang siswi yang bernama Ika yang lebih dikenal dengan panggilan Ika yang telah duduk di kels XII. Ika memiliki 2 sahabat cewek yang bernama Marsawani yang sering dipanggil dengan panggilan Masrah, dan Nudya Auziana yang juga sering dipanggil dengan panggilan Nudya. Mereka bertiga jika bertemu, sangat kelihatan akrab dan kompak. Maklum, mereka sudah berteman sejak kelas VII SMP. Ika sangat membenci salah seorang teman laki-lakinya yang bernama Rendy. Nama lengkapnya Rendy Septino Aji. Setiap kali bertemu, hanya ada pertengkaran diantara Ika dan Rendy. Ika yang begitu sangat sensitif dengan Rendy, selalu saja mengejek Rendy dengan sebutan “Sok Cengir” yang artinya, sok cakep, ganteng, dan pintar. Memang sih, Rendy juga termasuk siswa yang berprestasi dalam menyampaikan pendapat, itulah salah satu yang dibenci oleh Ika.
Suatu hari, pada pelajaran Biologi semua siswa di tugaskan mencari satwa-satwa yang hampir punah di hutan Gregek dan flora-flora yang unik. Di hutan itu, Ibu Renitha membagi kelompok menjadi 2 orang setiap kelompok. Kelompok pertama, Arina dan Elo. Kelompok kedua, Gracia dan Beno. Kelompok tiga, Rio dan Vanneza. Kelompok empat, Masrah dan Nudya. Sejak mendengar jika sahabat-sahabat Ika sekelompok berdua, Ika terus saja berdoa agar dia tidak dikelompokkan dengan Rendy. Selanjutnya, adalah pengumuman kelompok lima. Ibu Renitha pun segera menyebutkan nama anggota kelompok tersebut.
“Kelompok lima adalah Ika dan Rendy.” Kata Ibu Renhita
“Apa? Gue sekolompok dengan Rendy? Aku nggak mau Bu. Please!” mohon Ika
“Ika, semua anggota kelompok sudah Ibu atur, dan perasaan kalau ibu pikir-pikir, lebih baik kamu sekolompok dengan Rendy, karena Rendy pintar dalam berbicara. Mau?” kata Ibu Renatha
“Tapi, bu......?? emangnya nggak ada teman yang lain selain si sok cengir ini?” Tanya Ika
“Ika, Rendy itu berprestasi. Jadi, lebih baik kamu berteman dengan Rendy.” Jawab Ibu Renitha
“Hmm, kayaknya kamu nggak suka yah, jika kita satu kelompok? Dan kamu pikir aku suka sekolompok sama kamu?” tegas Rendy menatap mata Ika dengan tatapan yang sangat dekat
Ika hanya terdiam sejenak mendengar kata-kata Rendy padanya. Dan kemudian, Ika membalasnya dengan tatapan yang sama.
“Heh, sampai kapanpun aku akan tetap benci sama kamu. Ngerti?” Lanjut Ika
“sampai kapan kamu bisa bertahan seperti itu? Dan, pasti suatu saat nanti kamu akan mencari dan mengejar-ngejar aku, kan?” Sahut Rendy
Disuatu tempat yang jalannya sempit dan disetiap tepi jalanan itu ada jurang. Kaki Ika terpeleset, dan hanya Rendy lah yang bisa menolong Ika saat itu.
“Aaaaah,, Rendy tolongin aku!” Teriak Ika
“Eh,, iya iya. Makanya hati-hati, jangan kebanyakan cengar-cengirnya.” Kata Rendy
“Enak aja, ini tuh aku juga terpaksa banget minta tolong dengan kamu, soalnya sudah tidak ada teman yang lain.” Jawab Ika
“Ih, syukur-syukur yah kalau gue nolongin lo.” Kata Rendy
Ika pun terdiam dan merasa bersalah dengan Rendy, tetapi Ika selalu berbohong kepada dirinya sendiri untuk tidak memuji Rendy.
Dipertengahan hutan, Ika merasa kehausan, padahal ditengah hutan tidak ada teman yang lain selain Rendy.
“Aduh, aku haus banget. Apalagi, bekalan air minumku udah error.” Kata Ika sembari meminta air minum dari Rendy
“Hm, nih. Minum aja air minumku.” Kata Rendy
“Trus, kamu. Kamu memangnya nggak haus yah? Mendingan kamu simpan saja buat bekal kamu nanti.” Kata Ika
“Nggak apa-apa. Mumpung aku lagi baik nih. Kalau nanti benciku kambuh lagi, gimana coba?” ancam Rendy
“Yah udah, kalau kamu pinginnya gitu. Sini gue minum (sambil merampas air yang dipegang oleh Rendy).” Kata Ika
Setelah penelitian selesai, semua siswa kembali melanjutkan aktivitas sekolah seperti biasanya. Begitupun Ika, Masrah dan Nudya yang tetap kompak bersama. Dibalik semua itu, sikap Rendy sekarang telah berubah pada Ika.
Rendy selalu saja mendekati Ika. Entah, apakah Rendy hanya ingin membuat Ika GR atau hal lain yang serupa.
“Hm. (sambil duduk disamping Ika).” Ucap Rendy
“Hm too. Ada apa loh sok cengir?” ejek Ika
“Nggak ada apa-apa. Emang salah kalau kita baikan? Nggak enak kan jika kita saling benci-bencian.” Jawab Rendy
“Jadi, maunya kamu kalau kita baikan? Gitu?” Tanya Ika                              
“Yo’i.” Jawab Rendy dengan singkatnya
“Emangnya lo kesambet setan apa sih? Ko’ lo tiba-tiba aja mau baikan sama gue?” Tanya Ika keheranan
“Karena......”Kata Rendy yang membuat Ika menjadi penasaran
“Karena apa? Karena kamu mau buat aku GR gitu?” Tanya Ika
“Karena aku sayang sama kamu (dengan suara berbisik).” Kata Rendy terus terang
“Nah, mulai lagi yah ngebuat aku jadi GR melulu. Lho pikir gue akan terpengaruh begitu saja?”Tanya Ika
“Nggak, aku serius. Aku mohon kamu bisa mengerti. Ok?” Kata Rendy
Hati Ika terasa berbeda dengan yang sebelumnya. Biasanya, Ika hanya berpikiran kalau semua itu hanya canda. Namun, kali ini hati Ika bagaikan keliru dalam memilih, apakah Rendy itu serius ataukan cuman mempermainkan Ika saja.
Malam minggu telah tiba, dering telepon genggam Ika kemudian terdengar. Ternyata, ada panggilan masuk dari nomor baru tanpa nama. Ternyata itu adalah Rendy.
Ika langsung mengangkat telepon itu. Dan, ketika penelpon itu menyebutkan namanya yaitu bahwa kalau dia itu sebenarnya adalah Rendy, Ika langsung heran seketika dan berpikir kalau dimana Rendy mendapat nomor handphonenya.
“Hey, lama banget ngangkatnya. Ini gue, Rendy. Trus, gimana dengan jawaban lho dengan pertanyaan gue yang di taman sekolah tadi? Mohon dijawab yah,,,??” Tanya Rendy seolah meminta jawaban
“Em, sebelum aku menjawab. Aku mau nanya, kalau kamu itu beneran serius atau Cuma mainin aku, soalnya kita tahu sendiri kan kalau kita berdua musuhan.” Kata Ika
“Emang sih kalau kita musuhan, namun emang salah jika seorang musuh menyimpan rasa kepada musuhnya sendiri?” Tanya Rendy
“Nggak.” Jawab Ika dengan singkat
“Jadi, kamu mau kan jadi pacar aku?” Tanya Rendy
“Iya.” Jawab Ika dengan sepenuh hati
“Yang bener?” Tanya Rendy kembali
“Iya.” Jawab Ika
“Yes,, yes yes.... hehehehehy   yyyeee. Uhuyyyy,,,, yes yes yes. Thank’s.” Ucap Rendy dengan bahagia
“Ih, apaan sih. Baru aja gitu.” Kata Ika
“Thank’s my darling.” Jawab Rendy
“hm, Mulai deh.” Kata Ika
Setelah mereka jadian, Ika terpikir dengan teman-temannya yang cuman taunya kalau Ika dan Rendy itu musuhan dan tidak mungkin berpacaran. Dan kemudian, Ika kembali menelpon Rendy mengenai hal itu.
“Rend,” kata Ika
“Ada apa sayang?” Tanya Rendy
“Setelah kita jadian sekarang, aku pengen kalau kita nggak usah kasi tau keteman-teman kita mengenai hubungan kita. Please.” Kata Ika
“Trus, kalau mereka nanya? Gimana?” tanya Rendy
“Yah, tinggal bilang aja kalau kita tetap bermusuhan. Ok?” Jawab Ika
“OK.” Kata Rendy
Setiap kesekolah, Rendy dan Ika selalu semobil. Mereka selalu bersama kesekolah. Namun, untuk menghindari kecurigaan sahabat-sahabat mereka. Ika harus turun dari mobil Rendy pas di depan pintu gerbang sekolah. Sebenarnya, Rendy nggak mau lihat Ika jalan sendiri masuk kesekolah, sedangkan dirinya naik mobil. Namun, setiap kali Ika keluar dari mobil Rendy, Rendy terus saja berkata: “Jangan berpikiran yang aneh yah tentang aku jika aku naik mobil sedangkan kamu jalan kaki masuk ke sekolah.”. Lalu, Ika kemudian menjawab:”Nggak akan mungkin, karena kita kan sudah setuju bersama. Apa lagi yang mau dikhawatirkan. Dan, yang penting semua sahabat-sahabat kita nggak jadi curigaan sama kita. Ok?”
Suatu saat, Rendy membawa Ika kerumahnya. Disana Ika langsung diperkenalkan dengan orang tua Rendy. Orang tua Rendy kelihatan setuju-setuju saja dengan hubungan mereka, namun orang tua Rendy selalu berpesan agar jangan melewati hubungan seorang saudara. Mereka berdua pun mengikuti apa kemauan orang tua Rendy.
Selanjutnya, giliran Ika lah yang membawa Rendy kerumahnya untuk diperkenalkan juga kepada orang tua Ika. Harapan Ika, agar orang tuanya sepikiran dengan orang tua Rendy yang baik hati.
Namun, semua itu diluar dugaan ketika Rendy menyebutkan nama ayah dan ibunya yang dianggap musuh oleh ayah Ika. Ika sungguh tak menyangka hal ini akan terjadi. Dan, akhirnya ayah Ika melarang Ika berhubungan dengan Rendy.
“Keluar kamu. Kamu dan orang tua kamu pasti sama saja. Sama-sama mau menghancurkan rumah tangga saya.” Kata ayah Ika
“Ayah apa-apaan sih? Ayah ko’ jadi gini? Memangnya ada apa dengan orang tua Rendy Yah?” Tanya Ika
“Ika, diam kamu. Ayahnya dia sudah membuat jabatan ayah hilang dari kepanitiaan.” Jawab ayah Ika dengan marahnya
“Tapi, apa salahnya dengan Rendy ayah? Rendy nggak tau apa-apa!” kata Ika sambil menangis didepan ayahnya
“Buat apa kamu tangisin dia? Kamu pikir ayah setuju apa, dengan hubungan kalian berdua?” tanya  ayah Ika
“Tapi aku sayang sama dia ayah.” Jawab Ika
“Kurang ngajar kamu (menampar pipi Ika).” Kata ayah Ika
“Om, jangan lakuin itu om. Semua ini salah aku. Dan, om itu marahnya sama aku, bukan sama Ika. Jadi, kalau om mau nampar aku, silahkan. Tampar saja aku. Tapi, aku mohon om, jangan sakiti Ika.” Jawab Rendy
“Kalian sama saja. (sambil menampar Rendy).” Kata ayah Ika
“Sudah yah, ayah jangan sekejam itu.” Pintah Ibu Ika
“Ibu......” Jerit Ika
“Iya sayang, mendingan kamu ikutin saja apa maunya ayah kamu.” Usul Ibu Ika padanya karena kasih sayangnya kepada Ika
“Apa bu? Kalau begitu Ibu sama saja sama ayah. Nggak mau ngeliat anaknya senang.” Jawab Ika
“Semua ini gara-gara kamu (sambil menunjuk Rendy). Sekarang, kamu pergi dari rumah ini dan jangan lagi kamu menampakkan diri didepan saya. Ngerti kamu?” Kata ayah Ika yang sedang mengancam Rendy
“Rendy.... jangan pergi Rend...... tunggu aku, aku akan ikut sama kamu.” Kata Ika
“Masuk kamu, Ika. Dasar kamu anak yang tidak tau diuntung. Sekarang kamu masuk kamar. Masuk. Masuk ayah bilang. (sambil menyeret Ika)” kata ayah Ika
“Rendy,,,,, tunggu akuuuuu.... Ayah jahat.” Kata Ika
Di kamar, Ika sendirian. Apalagi, sekarang Ika tidak bisa dan tidak boleh keluar. Sebab, pintu kamar Ika dikunci oleh ayahnya.
Ika langsung menelpon Rendy.
“Rend, bawa aku kabur dari rumah aku. Aku udah nggak tahan sendirian tanpa ada kamu disini.” Jerit Ika dengan tangisan yang berarti
“Iya sayang, sebenarnya aku mau banget nolongin kamu, tapi aku harus berbuat apa? Apalagi ayah kamu benci banget sama aku dan orang tua aku hanya gara-gara bisnis.” Kata Rendy pada Ika
“Sekarang, aku mau kabur lewat jendela. Aku mohon, kamu tungguin aku di depan rumah yah sayang?” Tanya Ika
“Mendingan sekarang kamu temuin aku di seberang jalan, kebetulan aku masih ada disini.” Kata Rendy
“Iya, tungguin aku sayang.” Kata Ika
Merekapun bersama di tempat yang sunyi dan sama-sama berpikir, bagaimana caranya agar mereka bisa bersama kembali.
Mereka duduk bersama diatas mobil Rendy yang berwarna merah. Kemudian, Ika menyanyikan sebuah lagu.
Hilang semua janji
Semua mimpi-mimpi indah
Hancur hati ini, melihat semua ini
Lenyap telah lenyap
Kebahagiaan dihati
Ku hanya bisa menangisi semua ini
Hancur hati ini melihat kau telah pergi
Kemudian, Rendy melanjutkan lagu yang dinyanyikan oleh ika.
Langit menjadi gelap berkelabu
Menyelimuti hatiku
Mengubah seluruh hidupku
Lalu, mereka berduapun sama-sama bernyanyi meratapi apa yang mereka rasakan sekarang ini pada dirinya.
Mengapa semua, jadi begini
Perpisahan yang terjadi
Diantara kita berdua
Ku akan menanti sebuah keajaiban
Yang membuat kita bisa bersama kembali
Setelah mereka menyanyikan lagu itu, mereka sama-sama tertidur. Tepat pukul 02.00, Ika terbangun dan kemudian Ia langsung menyuruh Rendy agar dirinya diantar pulang kerumahnya agar ayahnya tidak mengetahui di pagi hari jika Ika sedang tidak ada di rumah, dan sedang bersama dengan Rendy.
Dipagi hari, Ika diantar naik mobil oleh sopir pribadinya. Namun, di tengah jalan, Ika minta turun. Ika meminta turun dari mobil oleh sopir pribadinya sebab Ia ingin berangkat ke sekolah bersama dengan Rendy dan dengan menaiki mobil mewah Rendy. Semalam, mereka berjanjian untuk bertemu di depan kios duren. Akhirnya mereka bersama. Dan kemudian, tidak lupa pula Ika menyampaikan pesan kepada sopirnya itu, agar Ia tidak buka mulut  mengenai berangkatnya Ika dengan Rendy ke sekolah kepada ayahnya. Akhirnya, sopirnya menurut, karena sopirnya sayang sama Ika sebab Ika sudah dianggap sebagai anaknya sendiri.
“Eh,. Kamu yakin, kalau pak Sumardi tidak buka mulut pada ayah kamu?” Tanya Rendy
“Ya iya lah. Pak sumardi itu sudah aku anggap sebagai ayahku sendiri.” Jawab Ika
Tiba-tiba, saat Ika turun di depan gerbang sekolah, Ika ketahuan berangkat dengan Rendy oleh Masrah dengan Nudya. Mulai saat itu, mereka berdua curiga dengan Ika dan Rendy. Bukan hanya Masrah dan Nudya yang curiga dengan Ika dan Rendy. Akan tetapi, begitupun juga dengan kedua sahabat Rendy yaitu Gilang dan Bayu.
Di lapangan sekolah, Rendy ditanya oleh Gilang dan Bayu bahwa:
“Sob, ada hubungan apa lo dengan si cewek manja itu? Bukannya kalian itu bermusuhan? Ko’ aku lihat tadi kalau kalian berdua sama-sama berangkat ke sekolah.” Tanya Gilang pada Rendy dengan keheranan
Kemudian, Ika tidak sengaja lewat di samping Rendy dan dengan sengaja mendengar pembicaraan mereka.
“Ika maksud loh? Ah, nggak ko’, mana mungkin gue suka sama dia? Apalagi jika sampai-sampai aku pacaran sama dia? Dan jika aku pacaran sama dia dengan sembunyi-sembunyi dari kalian, aku Cuma mainin hati dia saja. Dia kan cuma cewek yang gampang dibodohin dan dibohongin. Sampai kapanpun aku nggak akan pernah sayang sama dia, malaupun semua itu dalam terpaksa. (kata Rendy hanya ingin meyakinkan teman-temannya agar Ia tidak curiga dengan hubungan mereka berdua, padahal, Rendy sangat sayang sama Ika.).” jawab Rendy
Ika menangis, dengan mendengar kata-kata yang dikatakan oleh Rendy. Karena dia pikir Rendy serius dengan kata-katanya. Ika pun lalu lari ke seberang jalan sambil menangis.
“Rendy, kamu jahat!!” Kata Ika
“Ika, tunggu aku. Semua itu cuman bohong.” Jawab Rendy
“Aku sudah nggak percaya lagi sama kamu.” Kata Ika
“Tapi kan kita sudah berjanji kalau kita tidak akan mengatakan ini semua kepada sahabat-sahabat kita. Apa kamu lupa?” Tanya Rendy
“Aku nggak lupa. Aku pun selalu ingat semua itu. Bahkan aku sembunyikan semua itu kepada sahabat-sahabat kita.” Jawab Ika
“Trus, mengapa kamu ngambek kayak gini? Aku nggak ngerti sama kamu.” Kata Rendy
“Tapi, nggak gini juga caranya Rendy.” Tangis Ika
Dengan kata-kata mereka berdua, teman-teman mereka merasa bingung dengan apa yang terjadi dengan Rendy dan Ika.
Setelah Ika mau menyeberang, Ika mengancam Rendy dengan bunuh diri. Rendy terus saja menahan Ika untuk melakukan itu semua. Akan tetapi, Ika terus saja nekat dengan kata-kata yang baru saja dikeluarkannya.
“Selangkah lagi kamu mendekat, aku akan menabrakkan diri aku ke kendaraan yang lewat.” Ancam Ika pada Rendy
“Ika, jangan lakuin itu, aku sayang banget sama kamu. Aku serasa nggak bisa hidup tanpa kamu. Kamu harus tau itu.” Kata Rendy
“Kamu pembohong. Semua yang kamu katakan padaku itu semuanya bohong. Semula, aku percaya sama kamu. Dan aku terima permintaan kamu kepada aku untuk menjadi pacar kamu, ternyata dibalik semua itu kamu sia-siakan semua ini. Aku kecewa sama kamu.” Kata Ika dengan muka kecewa dan berlinang air mata dipipinya.
Kemudian, dua buah mobil yang melaju dari arah yang berlawanan. Salah satu mobil itu melaju ke arah tempat berdirinya Ika. Kpiiiiiiiik kpiiiiiiip... suara klakson mobil berbunyi.
“Ika...... awas!” teriak Rendy
Kemudian, Rendy dengan buru-buru untuk langsung menyelamatkan Ika. Tetapi, mobil yang melaju di lawan arah menyambar Ika, dan mobil yang semula ingin menabrak Ika kemudian menabrak Rendy yang berniat untuk menyelamatkan Ika, namun mereka berdua terkena musibah. Mereka terkapar di jalan raya dengan posisi terlentang dan dengan style Ika berada dipelukan Rendy.
Mereka berdua langsung dilarikan ke rumah sakit. Untungnya ada sahabat-sahabat mereka yang mendampingi, jadinya merekalah yang menghubungi kedua orang tua Rendy dan Ika.
Saat di rumah sakit, Ika mengalami koma, sebab Ika mengalami pendarahan yang cukup berat pada luka-lukanya. Sayangnya lagi, Ika memiliki golongan darah O yang artinya hanya golongan darah yang sama lah atau sesama golongan darah O lah yang hanya bisa mendonorkan darahnya. Ibu Ika memiliki golongan darah A sedangkan ayahnya memiliki golongan darah O namun, ayahnya tidak bisa mendonorkan darahnya sebab Ia memiliki berbagai macam penyakit, diantaranya adalah penyakit mag. Nah, penyakit mag itu adalah salah satu penghambat seseorang untuk bisa mendonorkan darahnya. Jadi, Ika tidak bisa mendapat donor darah dari ayahnya. Disamping itu, PMI juga kehabisan cadangan golongan darah O. Sebab, sejak saat ini banyak yang membutuhkan golongan darah tersebut.
Setelah Rendy sadar, Rendy hanya langsung menanyakan keadaan Ika. Ketika Rendy mengetahui bahwa Ika kekurangan darah, Rendy langsung berbicara langsung kepada dokter yang menanganinya bahwa Ia juga memiliki golongan darah O dan ingin mendonorkannya kepada Ika seberapapun banyaknya agar Ika bisa sehat kembali.
Setelah didonorkan darah dari Rendy, Ika pun siuman dan terlepas dari fase koma. Rendy sangat bersyukur akan siumannya Ika.
Setelah ayah Ika mengetahui bahwa yang menyelamatkan nyawa anaknya itu adalah Rendy, hati ayah Ika langsung tersentuh dari pengorbanan Rendy kepada Ika. Ia telah mengetahui bahwa bagaimana jalinan kasih sayang antara Rendy dan putrinya itu.
Dengan kejadian itu ayah Ika pun merestui hubungan antara Rendy dengan putrinya. Karena Ia telah dibukakan pintu hatinya oleh yang Kuasa.
Setelah mereka telah sehat, mereka masih terbaring di ranjang rumah sakit karena kesehatannya masih dipertimbangkan oleh para dokter. Setelah membuka matanya, Ika dan Rendy langsung melihat kearah sahabat karibnya yang sudah berdiri dengan berpasang-pasangan dan pasangannya adalah sahabat dari kekasihnya. Yaitu, Masrah berpasangan dengan Gilang sedangkan Nudya berpasangan dengan Bayu.
Akhirnya, mereka semua bersatu dalam satu ikatan “Cinta” tak ada benci yang semula terajut. Dan semuanya menjadi sebuah harapan kebahagiaan.
“Dalam tubuhku telah mengalir darahmu, darahku , darah kita bersama.” Kata Ika dan Rendy secara bersamaan
“I LOVE YOU FOREVER, AND IN MY OPINION YOU IS THE BEST FOR ME AND FOR MY LIFE.” Kata mereka kembali dengan bersamaan
Artinya, mereka dipersatukan oleh darah yang mengalir dari tubuh kekasihnya sendiri. Dan, maknanya adalah tidak ada yang dapat memisahkan mereka sebelum mereka bisa memisahkan darahnya dengan darah kekasihnya yang telah mengalir ditubuhnya.


SEKIAN DAN TERIMA KASIH


Kesimpulannya            : “Jangan pernah kalian berpikir jika kebencian itu tidak bisa menjadi cinta, karena cinta tidak memandang status sebelumnya.
·         Kita bukanlah dua garis yang tidak sengaja bertabrakan. Sekeras apapun usaha kita berdua, saling menjauhkan diri, dijauhkan oleh orang lain, dan menjauhkan hati, pada akhirnya kita akan bertemu kembali.
·         Kau tak percaya takdir, aku pun tidak. Karena hanya ada satu cara untuk membuktikannya. Kau, aku, dan perjalanan ini.




Renika Septiani









Cerpen Remaja karya Risdatul Zulfiah
"Hari jadiku yang pertama sekaligus hari terakhirku bersamanya"

    Pagi ini aku kira adalah hari yang sangat menyenangkan. Tapi keyakinan ku berubah saat dia menghubungiku. Hari ini adalah hari jadiku dengannya yang ke satu tahun. Awalnya aku ingin memberikan kejutan untuknya dengan menyiapkan makan malam yang romantis di sebuah restoran. Aku benar-benar sudah mempersiapkan dinner ku dengannya dari jauh-jauh hari. Tiap pulang sekolah, aku mencari-cari tempat makan malam yang cocok untukku dengannya. Akhirnya temanku merekomendasikan sebuah tempat yang menurutku benar-benar romantis. Dan hari ini lah waktunya. Akan tetapi semuanya berantakan. Hari ini menjadi hari yang sangat menyebalkan untukku. Aku benar-benar benci hari ini. Aku berharap ini mimpi dan tidak benar-benar terjadi. Sungguh, aku tidak mau kejadian ini terjadi hari ini ! ini seperti mimpi buruk di siang bolong. Entah apa yang ada difikiranku saat dia mengatakan itu padaku. Marah, kesal, sedih, semua jadi satu. Rasanya kemarahanku dan kekesalanku sudah mencapai titik puncak. Semua yang awalnya baik-baik saja, kini menjadi hacur berantakan. Ya Tuhan, kenapa ini terjadi padaku ??? aku benar-benar mencintai dan menyayanginya. Tapi mengapa dia memutuskan hubungan ini di saat hari jadi kita yang   pertama ? kemarin aku dengan dia baik-baik saja. Tak ada masalah yang membuat kita bertengkar hebat.            
      Baru saja kemarin dia mengatakan kalau dia sangat menyangiku. Tetapi apa yang dia ungkapkan kemarin seperti tak ada artinya. Aku benar-benar tidak terima dia memutuskan hubungan ini tanpa alasan yang jelas. Hari ini aku mengajaknya untuk membicarakan hal ini di taman dekat kampus ku. Dia pun tak menolaknya. Hari ini sepertinya tak ada gairah untukku pergi keluar rumah. Tetapi demi mendapatkan alasan yang tepat mengenai keputusannya, akhirnya aku segera bersiap-siap untuk pergi ke kampus. Dengan pakaian yang asal kuambil dari lemari, rambut yang ku sisir asal, dan wajah yang tak ber make up sama sekali. Sangat-sangat tak ada gairah untuk berpenampilan rapih seperti biasa. Sampai-sampai aku pun tak sadar kalau sepatu yang aku kenakan berbeda model dan warna. Ketika aku keluar dari kamar, semua orang yang berada diruang tengah pun memperhatikanku yang berbeda dari sebelumnya. Sampai-sampai adikku yang masih berumur 5thn mengatakan kalau aku mirip badut yang berada di film kartun kesukaannya.
       Aku pun tak menanggapi apa yang mereka katakan tentangku hari ini. Mamahku pun menghampiriku dan mengatakan “kamu lagi sakit Mey?”. Dalam hati aku menjawab “iya sakit hati, karna di putusin orang yang aku sayang”. Melihatku hanya terdiam dan tak menjawab pertanyaannya, mamahku pun menarik tanganku dan menyuruhku duduk di sofa. Papahku yang hari ini libur bekerja, berniat untuk mengantarku pergi kekampus. Melihat kondisi ku yang tak seperti biasanya, mamah dan papahku khawatir jika membiarkanku pergi kekampus sendirian. Papahku bertanya “kamu kenapa sih Mey ? sakit ? kalau sakit mending ga usah ke kampus”. Dengan lesunya, aku menjawab “Gak kok Pah. Mey gak apa-apa”.
         Mamahku beranjak dari sofa dan masuk kedalam kamarku. Keluar dari kamar, ternyata mamahku membawa kaca mata dan sisir. Mungkin karna rambutku yang sangat berantakan hingga akhirnya mamahku merapihkan rambutku layaknya seperti anak SD yang hendak berangkat sekolah. Ada sedikit perasaan malu pada diriku sendiri dan adikku. Karena sudah sebesar ini aku tidak bisa merawat diri hanya karna diputusin oleh pacarku. Akupun mengambil sisir itu dan merapihkan rambutku sendiri. Karena saking tidak fokusnya, aku sampai lupa membawa kaca mataku. Kaca mata adalah barang mutlak yang harus aku bawa. Karena tanpa kaca mata aku tidak bisa beraktifitas dengan baik. Aku langsung memeluk mamahku yang sangat perhatian pada ku. Setelah semuanya rapih, aku langsung berpamitan untuk pergi ke kampus. Aku pergi ke kampus menggunakan sepeda motor kesayanganku yang di berikan Oma saat ulang tahunku yang ke 17.
         Beberapa saat kemudian, aku sampai di kampus. Tanpa berlama-lama aku langsung pergi ke taman untuk menemui Boy. Ya, Boy lah nama orang yang aku sayangi. Dia yang sudah menemani hari-hariku selama 1 tahun ini. Tetapi dia juga yang membuat hariku saat ini menjadi hancur berantakan. Dari sudut kanan taman, aku sudah melihat Boy dari kejauhan. Aku tidak tau, apa aku sanggup untuk berbicara pada seseorang yang akan berhenti menyayangiku. Aku berharap ini mimpi. Langkah demi langkah aku berjalan menghampiri Boy. Dan akhirnya, Boy melihatku yang saat itu langsung duduk disampingnya. Aku tak berani menatapnya. Pandanganku hanya lurus kedepan. Aku sadar saat ini Boy sedang menatapku. Tetapi sedikitpun aku tak berani menoleh kearahnya.
        Waktu sudah berjalan 15 menit. Dan selama 15 menit tak ada pembicaraan diantara kita. Dengan gugupnya dan dengan perasaan terpaksa, aku pun memulainya “Boy”. Dengan suaranya yang lembut, Boy pun menoleh kearahku dan menjawab “iya”. Tanpa membuang-buang waktu, aku langsung masuk kedalam inti pembicaraan “kenapa kamu tiba-tiba mutusin aku? Apa alasannya ?”. dengan tenangnya, Boy menjawab  
     “sebelumnya aku minta maaf Mey. Aku benar-benar sangat terpaksa melakukan hal ini. Ini bukan kemauanku. Tetapi ini demi kebaikan kita. Kita berbeda kebudayaan Mey. Sejak awal aku bertemu kamu, aku berharap aku tidak akan menyukaimu. Tetapi semuanya berbalik. Aku bukan hanya menyukaimu. Tetapi aku sudah menyayangimu”. Mata ku sudah berkaca-kaca mendengar semua ucapan dari Boy. Aku masih belum menemui jawaban mengapa dia memutuskan hubungan ini setelah setahun pacaran. Aku pun bertanya lagi “jadi apa alasannya?”. Sambil menghela nafas, Boy kembali menjelaskan alasannya dia memutuskan hubungannya denganku “keluargaku belum bisa menerima adat istiadatmu yang merupakan keturunan
Tionghoa.
       Menurut keluarga besarku, hubungan yang didasarkan dari perbedaan kebudayaan, tidak akan berjalan baik. Jadi daripada aku memaksakan ke egoisanku untuk mempertahankan hubungan yang tidak di restui oleh orang tua, lebih baik aku memutuskannya sekarang sebelum semuanya terlambat dan perasaanku berubah menjadi cinta”. Kali ini air mataku sudah benar-benar jatuh membasahi pipiku. Aku tak menyangka kebudayaanlah yang telah menjadi penyebabnya. Aku tak menjawab apapun. Aku masih terdiam dalam perasaanku yang tercampur aduk. Aku tertunduk sambil menahan air mata ku yang semakin lama semakin deras membasaki pipiku. Tiba-tiba Boy mengangkat wajahku yang sejak tadi tertunduk. Boy menghadapkan wajahku dengannya. Tetapi aku tetap tidak kuasa melihat mata seseorang yang aku sayangi. Boy menghapus air mataku dengan tangannya yang lembut. Tetapi aku menahan tangannya. aku mengatakan padanya
      “jangan, jangan di hapus. Biarkan air mata ini meringankan kesedihanku. Saat ini aku tidak bisa berbuat apa-apa. Yang bisa aku lakukan hanya menangis. Kerena dengan inilah bebanku bisa sedikit berkurang. Aku tidak akan memintamu untuk kembali padaku. Karena aku tidak mau, kamu kembali padaku hanya karna kasihan melihatku yang masih sangat menyayangimu. Mungkin aku butuh waktu untuk menyembuhkan lukaku. Tetapi aku yakin, suatu saat aku pasti bisa bangkit dari kesedihan yang aku rasakan saat ini. Aku hanya ingin berterima kasih padamu karena telah menjadi bagian dari hidupku selama setahun ini. Kamu telah menuliskan bait-bait keindahan dalam hatiku. Meski menghapus itu semua tidak semudah menghapus tulisan dalam kertas. Tetapi aku yakin dengan bersih aku akan menghapus namamu dalam hatiku”. Mendengar semua yang dikatakan oleh Mey, Boy tidak bisa menjawab apa-apa lagi. Boy hanya memberikan secarik kertas untuk Mey. Mey pun membuka kertas itu. Dan ternyata kertas itu berisi gambar mereka saat mereka bertemu pertama kali ditaman ini. Boy pun mengatakan “kamu ingat ketika pertama kali kita bertemu. Kita bertemu tepat hari ini dan ditempat ini pula. Dan sejak kita sedang berkenalan di bangku yang saat ini kita duduki bersama, ada seorang pelukis cilik yang menggambar sketsa wajah kita di depan pohon itu. Tanpa kamu ketahui, aku meminta gambar itu pada pelukis cilik itu. Dia pun memberikannya denga syarat aku memberikan jaket yang aku pakai saat itu. Dan asal kamu tau, itu adalah jaket kesayanganku. Jaket yang di berikan mendiang nenekku seminggu sebelum dia wafat. Tetapi aku berani memberikannya hanya untuk mendapatkan gambar itu. Dan aku pernah berjanji pada diriku sendiri, kalau aku akan memberikan gambar itu untukmu pada saat hari jadi kita yang ke 1 tahun. Anggaplah ini kenang-kenangan dariku. Tolong di simpan. Dan aku harap jangan pernah kamu membuangnya”. Mey mengamati setiap coretan pensil yang terlukis dalam sketsa wajahnya dan Boy. Tetapi seketika, aku mengembalikan gambar itu pada Boy. Boy pun memohon padaku untuk tidak mengembalikannya lagi. Boy berkata “aku tau, kamu pasti saat ini membeci ku karena keputusanku saat ini. Tetapi aku mohon, simpan gambar ini sebagai kenangan-kenangan dariku. Sebenci apapun kamu, aku mohon jangan pernah membuang kertas itu. Jangan pernah merobeknya dan jangan pernah merusaknya”. Aku merasa ucapan Boy saat itu benar-benar sangat tulus. Dan akhirnya, aku memutuskan untuk menerimanya dan berjanji akan terus menjaga gambar itu. Ketika aku hendak pergi dari taman itu, Boy menarik tanganku dan langsung memelukku. Entah apa yang aku rasakan, tak ada lagi rasa benci dalam hatiku saat Boy memelukku dengan eratnya. Aku merasa kalau Boy benar-benar mencintaiku dan tidak mau kehilanganku. Aku merasakan sesuatu yang berbeda saat Boy memelukku.
        Hatiku berkata ada sesuatu yang sedang ditutupi dari Boy. Entah mengapa, aku begitu yakin. Sesuatu itu yang membuat Boy memutuskan hubungannya denganku. Tetapi ya sudahlah, mungkin aku dengan Boy tidak di takdirkan untuk bersama. Setelah beberapa saat kemudian, Boy melepaskan pelukannya padaku. Dan aku merasakan sesuatu yang ganjil lagi saat dia melepaskan pelukannya. Aku merasakan,kalau ini akan menjadi pelukan yang terakhir. Ya, ini akan menjadi pelukan yang terakhir. Ya Tuhan, apa yang sedang aku fikirkan. Mungkin ini karena aku terlalu mencintainya sehingga aku memikirkan apa yang tidak harus aku fikirkan. Mungkin ini hanya perasaanku saja. Saat aku perhatikan wajahnya, Boy sangat berbeda. Dia terlihat pucat. Tetapi aku tidak akan bertanya padanya. Aku pun langsung berpamitan pada Boy karena satu jam lagi kelasku akan dimulai. Boy pun mengatakan sebelum aku pergi “aku pamit”. Dan aku hanya menjawabnya singkat “iya”. Kami berdua pun pulang berbeda arah. Aku pergi memasuki kampus. Dan Boy pergi menuju mobilnya.
       Di dalam mobilnya, ternyata Boy tidak meyetir mobil sendiri seperti biasa. Dia diantar oleh supirnya. Ketika memasuki mobilnya, tiba-tiba kepalanya terasa pusing dan pandangannya seperti kabur. Dia tidak dapat melihat dengan jelas. Supir yang sedang bersamanya pun bingung harus bagaimana. Akhirnya supirnya membawa Boy ke rumahnya. Setelah sampai dirumahnya, supirnya langsung memanggil asisten rumah tangga yang lainnya untuk membantunya memopong Boy masuk kedalam kamarnya. Mamahnya Boy yang saat itu sedang berada diruang tamupun langsung panik melihat kondisi anaknya yang kembali ngedrop. Mamahnya pun menyuruh supirnya untuk membawa masuk Boy kedalam kamarnya. Lalu mamahnya Boy langsung menelepon dokter yang biasa menangani Boy. Beberapa jam kemudian, dokterpun sampai dirumah Boy. Dokter langsung memeriksa keadaan Boy. Sungguh sangat mengejutkan, Boy yang selama ini mengidap sakit Kanker Otak memasuki stadium akhir. Ini benar-benar sangat cepat dari perkiraan dokter sebelumnya.
      Kondisi fisik Boy yang memang lemah juga sangat mempengaruhi tingkat perkembangan penyakit Boy. Dokter meyarankan agar keluarga membawa Boy ke rumaah sakit. Karena peralatan dirumah sakit jauh lebih lengkap. Tanpa berlama-lama Boy langsung di bawa kerumah sakit menggunakan ambulance. Boy yang juga mempunyai penyakit jantung, saat itu dadanya juga mulai agak sesak. Dan pernafasan Boy di bantu oleh tabung oksigen dan berbagai alat medis yang menempel di dadanya. Namun saat perjalanan menuju rumah sakit, kondisi Boy semakin menurun. Dadanya semakin tak kuat untuk membantunya bernafas. Dia terus-terusan memanggil-manggil nama Mey. Air mata mamahnya Boy tak kuat menahan kesedihannya melihat anaknya yang sedang melawan penyakitnya. Sepanjang perjalanan Boy hanya menyebut nama Mey. Dokter pun menyarankan untuk membawa Mey kerumah sakit. Siapa tau dengan adanya Mey, kondisi Boy akan kembali membaik. Tetapi mamahnya Boy tidak tau siapa itu Mey. Lalu supir yang tadi menemani Boy, teringat akan sosok gadis yang tadi berbicara pada Boy. Supirnya itu yang juga ikut di dalam ambulance mengatakan pada mamahnya Boy “maaf bu, mungkin yang di maksud tuan Boy itu adalah gadis yang tadi dia temui di taman”. Mamahnya Boy pun menjawab “ya sudah, setelah sampai dirumah sakit, kamu antar saya menemui gadis itu”. Supirpun hanya mengangguk. Tak lama kemudian, mereka pun sampai dirumah sakit. Boy langsung di bawa pihak rumah sakit keruang ICU. Kondisinya sudah benar-benar kritis. Mamahnya dan supirnya langsung pergi menuju taman yang dimaksud supir. Lalu tak lama kemudian, mereka berdua sampai ditaman itu. Dengn perasaan yang sedang panic, mamahnya Boy sibuk mencari gadis yang dimaksud supirnya nya itu. Lalu mamahnya Boy berkata “mana gadis itu?”. Supirnya pun menjawab “mungkin gadis yang ditemui oleh tuan Boy itu kuliah di kampus itu bu”. Akhirnya mereka berdua pun menunggu Mey di taman itu.
      Hemm, sepertinya dosen tidak dating hari ini. Seharusnya kelas dimulai sejak 15 menit yang lalu. Di dalam kelas, aku terus memikirkan tingkah laku Boy yang berubah drastis. Aku tidak habis fikir, kemarin kita masih bercanda-canda. Tak ada masalah yang membuat kita bertengkar. Bahkan aku rasa, dia kemarin sangat-sangat romantic dibandingkan hari-hari sebelumnya. Tetapi mengapa hari ini dia memutuskan hubungan tanpa alasan yang masuk akal. Apa yang sebenarnya terjadi? Banyak pertanyaan yang sebenarnya ingin aku tanyakan padanya. Tetapi aku tidak kuasa berlama-lama berhadapan dengannya. Tuhan, aku masih sangat menyayanginya. Dia orang yang selama ini memberikan warna yang indah dalam hidupku. Aku mecintainya dan tak mau kehilangannya. Aku harap ini benar-benar mimpi. Jika ini mimpi, aku ingin cepat-cepat bangun dari mimpi buruk ini. Aku masih teringat sebulan yang lalu saat hari ulang tahunku. Dia menyiapkan kejutan untukku. Dan bagiku itu adalah perayaan ulang tahun yang terindah selama aku hidup.
       Ada pesta kembang api, dinner romantis, dan kalung itu. Dan aku masih ingat ketika kita pergi ke sebuah pantai daerah bandung, malam harinya aku dan dia sama-sama berjanji untuk tetap setia, dan menjaga hubungan ini sebaik-baiknya. Dia juga pernah mengatakan untuk saling terbuka satu sama lain. Bila ada masalah harus di bicarakan berdua agar tidak ada kesalahpahaman antara kita. Tetapi apa yang dia ucapkan, dia ingkari sendiri. Tanpa ada pembicaraan apapun, dia langsung memutuskan hubungan ini. Ketika aku sedang memikirikan Boy, tiba-tiba teman kampusku dating dan mengatakan kalau dosen hari ini tidak dating. Dan tanpa berlama-lama, aku pun langsung keluar kelas dan memutuskan untuk pulang. Sebelum pulang, terlebih dahulu, aku pergi ke kantin kampus untuk membeli minuman. Tak sengaja aku lihat foto itu ketika aku henak membayar minuman itu. Yaa, foto yang mungkin membuatku tambah sakit hati. Fotoku bersama Boy yang terpampang di dalam dompetku. Entah mengapa kakiku menjadi lemas dan tak kuasa untuk berdiri. Aku pun duduk sebentar di kantin. Aku memperhatikan foto itu dalam-dalam. Aku perhatikan setiap lekuk wajah Boy dalam foto itu. Aku merasa sangat aneh. Aku merasa saat ini Boy sedang memanggil-manggil namaku. Aku merasa Boy saat ini sedang membutuhkanku. Ah tetapi mana mungkin, baru tadi pagi aku bertemu dengannya. Dia tidak terlihat sedang membutuhkanku. Mungkin ini hanya perasaanku saja. Sudah sekitar 10 menit aku terduduk di kantin. Aku rasa, aku sudah bisa berdiri dengan kuat. Dan aku keluar dari kantin dan memutuskan untuk pulang kerumah. Ketika aku keluar dari kampus, sepertinya ada seseorang yang memanggil-manggil namaku. Aku berhenti sejenak, dan menoleh kesegala arah untuk melihat panggilan itu. Dan ternyata benar, ada seorang laki-laki dan perempuan yang memanggilku di taman samping kampus ku. Akupun menghampirinya. Wanita itu bertanya padaku “nama kamu Mey ya?”. Aku heran, mengapa wanita itu kenal dengan ku. Lalu laki-laki yang berada disamping wanita itu mengatakan “nah ini bu yang tadi ngobrol sama Tuan Boy di taman ini. Saya masih ingat dengan wajahnya yang oriental”. Ah laki-laki itu menyebut nama Boy. Sebenarnya wanita ini dan laki-laki disebelahnya itu siapa? Mengapa dia mengenal Boy dan aku ?. wanita itu mungkin tau, kalau aku sedang bingung memikirkan mereka yang tiba-tiba saja mengenaliku. Lalu wanita itu menyuruhku duduk dan menjelaskan semuanya “saya ini mamahnya Boy”. Aku pun kaget, ternyata saat ini aku sedang berbicara dengan mamahnya Boy. Ada sedikit perasaan takut dalam dirikiku. Apa dia menemuiku untuk menyuruhku menjauhi Boy karena perbedaan Budaya itu. Lalu aku pun menjawabnya “ada apa ya tante menemui saya?”.
       Mamahnya Boy pun menjawab dengan mata yang berkaca-kaca “apa kamu pacarnya Boy?”. Aduh aku bingung harus menjawab apa. Sambil menghela nafas, aku berkata yang sebenarnya “saya memang pernah berpacaran dengan Boy. Tetapi tadi pagi tiba-tiba Boy memutuskan hubungan ini”. Hal yang benar-benar tak ku sangka, mamahnya Boy langsung memelukku. Aku tak mengerti sebenarnya apa yang terjadi. Aku pun kembali bertanya “sebenarnya ada apa ya tante?”. Mamahnya Boy melepaskan pelukannya padaku dan berkata “kamu harus ikut tante sekarang kerumah sakit”. Apa? Rumah sakit? Siapa yang sakit? Itulah pertanyaan yang ada dalam fikiranku. Ketika aku hendak menjawab, tiba-tiba mamahnya Boy langsung menarik tanganku dan membawaku masuk kedalam taxi. Aku hanya bisa terdiam dan sebenarnya banyak pertanyaan yang masih ada dalam otakku. Tetapi aku lebih memilih diam dan tidak bertanya apapun. Aku yakin pasti nanti ada jawabannya. Di dalam taxi, mamahnya Boy terus memegang tanganku dengan erat dengan sesekali dia menghapus air matanya. Tiba-tiba aku langsung berfikir “ada apa dengan Boy? Apa dia yang sakit? Apa kecelakaan? Oh Tuhan semoga ini salah”. Setelah sampai rumah sakit, aku langsung dibawa oleh mamanya Boy ke lantai 4 dan langkah kakinya membawaku kedepan ruang ICU. Aku pun melihat seseorang yang berada dalam ruang ICU itu lewat jendela kecil yang berada di dekat pintu. Ya Allah, itu Boy. Dia yang ada didalam ruang ICU itu. Kakiku langsung lemas dan tak kuat untuk berdiri. Air mataku mulai jatuh membasahi pipiku. Sebenarnya apa yang terjadi pada Boy? Mengapa dia terbaring didalam ruang ICU ?. mamahnya Boy pun mengangkatku yang saat itu sedang terduduk lemas di depan pintu ruang ICU.
         Perlahan-lahan mamahnya Boy mulai menjelaskannya tentang apa yang sebenarnya terjadi “Mey, selama ini Boy sakit. Dia sakit Kanker Otak sejak 15 Bulan yang lalu (1,5 tahun). Kondisi fisiknya yang lemah membuat kesehatannya semakin menurun. Tetapi sejak setahun belakangan ini, kondisinya mulai membaik. Dan tante yakin ini semua karena kamu. Kamu yang membuat Boy kuat menjalani sakit yang di deritanya. Sejak dia di vonis dokter terkena kanker otak, dia selalu murung dan tidak pernah tersenyum.
        Tetapi sejak setahun belakangan ini, dia kembali menjadi Boy yang dulu. Boy yang ceria dan penuh semangat. Bahkan dia rutin menjalani kemoterapi yang sebelumnya tidak mau dia jalani. Dan tante juga yakin, kalau dia melakukan hanya untuk kamu. Alasan dia untuk sembuh dan tetap hidup adalah kamu Mey.
       Maaf kalau baru kali tante mengenal kamu. Karena memang, Boy tidak pernah menceritakan sosok kamu kepada tante”. Ya Allah, kini baru terjawab semua pertanyaan ku. Inilah yang membuat Boy memutuskan hubunganku dengannya. alasan perbedaan kebudayaan dan terganjalnya restu orang tua itu hanyalah kebohongan untuk menutupi alasan yang sebenarnya. Tetapi mengapa dia tidak mau terbuka tentang penyakitnya padaku? Harusnya jika dia menganggapku sebagai pacarnya, dia pasti menceritakannya.
       Ketika aku sedang berbicara pada mamahnya Boy, tiba-tiba dokter keluar dari ruang ICU dan menyuruh semua orang terdekat Boy untuk masuk ke dalam ruang ICU. Perasaanku semakin takut. Aku takut kehilangannya. Aku, mamahnya Boy, dan papahnya Boy yang baru saja datangpun langsung masuk kedalam ruang ICU dengan menggunakan baju khusus. Semuanya menangis didalam sana termasuk aku.
      Dokter mengatakan kalau Boy yang juga mempunyai penyakit jantungpun sudah benar-benar dalam keadaan kritis. Harapannya untuk hidup sangatlah sedikit. Ya Allah tolong lindungi Boy. Berilah keselamatan untuknya. Semakin lama semakin menurun kondisi kesehatan Boy. Dan sampai akhirnya, detak jantung yang terbantu melalui alat medispun terhenti. Boy telah meninggal dunia di hari jadiku dengannya yang pertama.
       Aku benar-benar tak menyangka ini juga akan menjadi hari terakhirku bersamanya. Semua orang yang berada diruang ICU ,menangis. Aku benar-benar tak menyangka, pertemuanku tadi pagi dengannya dan pelukannya pagi itu adalah ucapan selamat tinggal untuk selama-lamanya. Dalam hati aku mengatakan sambil meneteskan air mata dan memegang tangan jenazah Boy “Boy, selamanya kamu akan tetap berada di hatiku. Meskipun ragamu kini sudah tiada, tetapi kenanganmu akan selalu abadi dalam hati dan fikiranku. Bagiku, kamu tidak akan pernah pergi. Kamu selalu ada didalam hatiku”.

TAMAT








KALAU GUE SINGLE MASALAH BUAT LO?
Karya Tyas Yolanda

Seperti biasanya setiap minggu pagi Nanda menghabiskan weekend dgn menonton dvd dirumah sambil mencomot donat-donat kecil rasa coklat dikamar tercintanya. Nanda lebih suka menghabiskan weekend dirumah ketimbang jalan-jalan ke mall bersama teman-temannya, nonton bioskop atau kencan sana-sini. Bagi Nanda tugas seorang pelajar adalah belajar, bukan cari pacar.

Mungkin Nanda bukan gadis yang famous disekolahnya. Nanda lebih suka mengahbiskan waktu istirahat di perpustakaan atau TIK room untuk bermain game online atau sekedar update sosial media. Walaupun jarang hangout seperti teman-temannya, Nanda termasuk orang yg tidak bisa dikatakan ketinggalan jaman karena, wawasan super luas.
" Lo nggak dateng Nan di pestanya Rama? ," Tina duduk disebelah Nanda yg sedang asyik membaca novel terbaru karya Esti kinasih. Tina sahabat terbaik Nanda sejak SMP, anaknya manis, lucu, baik, pintar dan satu lagi super bawel tapi, Nanda tetap nyaman berteman dgn Tina sampai detik ini.
" Males ah, mending bobo dirumah. " Jawab Nanda ringan sambil menutup novelnya.
" What? gue nggak habis pikir kenapa sih lo nggak bisa nyenengin hati bentar aja. Ngandang mulu ! "Plis deh nggak usah bawel Tintin, suka-suka gue kenapa. Kalau elo mau dateng ya dateng aja, beres kan. " Nanda meninggalkan Tina yang masih dongkol.
" Tuh anak diciptain didunia ini buat apa sih? buat ngandang dirumah doang kali ya, aneh. " Tina pun berlari mengejar Nanda yg sudah hilang entah kemana.

Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg3vLlm63l1xUucjJ4Yga0QDFSEe-MBQJF1jtyRih_Hn7sBVIN-r9frD6BnJaWxdY3ChnUhAJ88agzvNq2O2xkhtnqY8bk2TD0sNlDSINP5x3PqT84qu0hQN3ixtowAkj-9yyR0xU22o3Y/s400/Cerpen+Cinta+Persahabatan.jpg
Kalau GUE SINGLE masalah buat LO ?
Panas nya benar-benar stadium akhir. Kalau bukan karena alasan yang logis Nanda tdk akan mungkin mau menunggu Tina. Padahal niatnya setelah pulang sekolah ini Nanda mau neraktir Tina makan mie ayam tapi Tina katanya sedang ada janji dgn Joni, pacar Tina.
Nanda mendengar suara aneh, seperti langkah kaki seseorg. Belum sempat Nanda membalik tubuh untuk melihat siapa orang itu, tangan seseorg sudah membekap mulutnya dan membuat Nanda pingsan.

" Elo apa-apaan sih Tintin, nggak lucu tahu! "
Ternyata Tina dan Joni sengaja menyandra Nanda dikamar Tina sore ini. Tina dan Joni ingin membawa Nanda ke Pesta ulang tahun Rama.
" Udah ya nanda sayang, gue sama Joni lagi ngidam nih mau bawa elo ke pestanya Rama. Stand by aja disitu, gue yang bakal dandanin elo. "
Nanda hanya pasrah saat Tina memoleskan sedikit foundation, bedak, eyes shadow, dan segala tetek bnengek make up ke wajahnya. Sumpah demi apapun Nanda sangat tersiksa dengan make up di wajahnya. Kalau saja Tian dan Joni tidak membekap mulut dan mengikat tangannya mungkin Nanda sudah memberontak, menampar Tina dan Joni lalu lari sekencang-kencangnya.
" Hai Nan, elo cantik banget tapi kenapa dibekap gitu? " Darma yang sedang berdiri didepan pintu masuk kagum dgn penampilan Nanda.
" Iya nih Darma, Nanda nakal kalau enggak dibekap sama diikat bisa lari. " Tina dan Joni tersenyum sambil berlalu meninggalkan Darma.
" Ini Nanda permata? " Rama menghampiri Nanda yang sedang asyik dengan salad buahnya.
" Iya, emang kenapa? "
" Tumben elo mau dateng ke acara beginian, so makasih ya Nan elo dateng ke pesta gue, " Rama tersenyum manis ke arah Nanda. Nanda hanya mangut-mangut lalu pergi meninggalkan Rama tanpa sepatah katapun.

Semenjak kedatangan Nanda ke pesta Rama banyak cowok yang diam-diam sering mengamati Nanda. Mereka seakan-akan terkena magnet Nanda yang ternyata baru disadari para cowok-cowok itu.
" Mereka ngapain sih ngeliatin gue kayak gitu Tin? " Nanda sedikit risih dgn pandangan anak kelas sebelahnya yang sejak tadi memperhatikan Nanda.
" Nanda mereka itu kagum sama elo, maybe diantara mereka mungkin juga suka elo. "
" Eh gila ya, pada rabun gitu mata mereka. Apa coba yang disuka dari gue, ngaco deh elo tuh tin! " Nanda tertawa lalu kembali fokus dengan komik Conannya.
" Wo elo itu dibilangin malah gue dibilang ngaco. Terserah elo deh Nan. "

Rama menurunkan kaca mobilnya dan mengamati Nanda yang sedang asyik mengantre donat ditoko roti. Rama mengamati Nanda yang dgn santainya mengantre donat dikasir sambil mendengarkan lagu lewat earphonenya.
Rama segera menutup kaca mobil nya saat Nanda keluar dari toko. Rama mengikuti laju motor Nanda yang mengarah ke taman pinggir kota. Rama semakin penasaran saat menguntit Nanda dari belakang. Nanda terus berjalan menyusuri jalan setapak menuju sbuah gubuk kecil yang indah dengan dihiasi mawar putih.
Rama memandang Nanda dibalik pohon Mangga yang tdk jauh dari gubuk itu.
Nanda membuka kantong yang berisi donat lalu mengeluarkan sebuah buku dari dalam tasnya.
" Itu anak ngapain disini coba? " Rama semakin penasaran. Rama kaget minta ampun saat tiba-tiba Tina muncul dari belakang tubuhnya.
" Hayo! ngikutin Nanda ya, eciee suka Nanda ya Ram? " Rama membungkam mulut Tina rapat-rapat karena suara Tina bisa membuyarkan semua mata-matanya.Rama tahu semua tentang Nanda. Salah satunya tentang prinsip Nanda yang tidak mempunyai pacar sebelum kuliah. Rama sangat menghargai prinsip Nanda, Nanda memang berbeda dari gadis-gadis lainnya. Dia dewasa namun ternyata Nanda juga sangat manja terhadap mamanya. Nanda tak punya waktu untuk memikirkan cowok mana yg pantas untuknya, karena Nanda lebih syka dgn dunianya tanpa cowok manapun.
Baginya " Single itu prinsip. Bukan berarti gue gak bisa punya cowok. "

Nanda mondar-mandir didepan ruang sekretariat kampusnya. Keringat dingin membasahi tubuhnya, sejak satu jam yg lalu Nanda menunggu dosen pembimbingnya keluar sambil membawa kertas berisi " Beasiswa " untuk dirinya.
" Tuhan-tuhan bantu aku, aku ingin sekali beasiswa itu. " Nanda terus mondar mandir tanpa sengaja dia menbrak seorang laki-laki yg sedang membawa setumpukkan buku.
" Aduh! lain kali kalau jalan lihat-lihat dong! "
Nanda terkejut saat tahu bahwa laki-laki itu adalah Rama.
" Rama? "
" Nanda? " Rama meletakkan buku-bukunya dikursi. Rama dan Nanda pun duduk dikursi tunggu sambil bicara panjang lebar.Rama datang ke rumah Nanda malam ini. Rama sengaja datang tanpa memberitahu Nanda karena dia ingin memberi surprise di hari ulang tahun Nanda hari ini.
" Oh nak Rama silahkan duduk, tante panggilkan Nanda ya, " Rama menunggu diruang tamu sambil mengeluarkan sekotak donat favorit Nanda.
" Elo kesini nggak bilang gue dulu, ada apa Ram? " Nanda duduk disebalah Rama dan tanpa babibu segera membuka kotak donat yg dibawa Rama.
" Elo ya, bilang makasih dulu kek, apa kek. " Nanda tersenyum lebar sambil mencomot donatnya
" Gue mau bilang sesuatu Nan, tapi elo jangan marah ya? " Nanda mangut-mangut.
" Gue sayang sama lo, gue nggak tahu ini perasaan udah berapa lama nginep dihati gue sejak SMA. Gue tahu elo lebih suka single tapi .. " belum selesai Rama bicara Nanda sudah menyuapkan paksa donat ke mulut Rama.
" Elo telen deh itu donat, gue mau bikin minum dulu. "
Nanda pergi meninggalkan Rama yg masih terdiam tak mengerti.
Lalu beberapa langkah kemudian Nanda berbalik kearah Rama lagi dan mengigit sebagian donat dimulut Rama dgn mulutnya, sambil mencium pipi Rama.

Rama hanya tertawa menyaksikan kelakuan aneh Nanda. Namun dia begitu senang dan begitu bahagia.

END

PROFIL PENULIS
Grade IX-H in SMP Negeri 1 Waru/Sby/Sda . Info lebih lajut @tyasyoalnda1





MAWAR PUTIH TERAJUT PILU
Karya Erindah Chriestika.

Berkali-kali gadis itu menatap keluar jendela,dirasakannya angin semilir sore tak seindah kemarin.Berkali-kali pula gadis itu menatap kertas tebal dengan penuh ornamen bunga terangkai indah berwarna-warni ditangannya.Bagai kilatan yang menyambar hati,bahkan tamparan ribuan peluru terasa menghujam.Pikirannya menerawang,bagai memutar memori masalalu,dimana semua penyesalan itu berawal..berawal merajut kisah yang tak dapat dianulir hati.
"Kak,udah waktunya".Gadis itu menoleh sejenak,mengikuti suara yang memanggilnya.Dia berharap waktu berhenti sekarang juga.Gadis itu beralih menatap jendela lagi,memejamkan matanya,mencoba memutar ulang kenangan yang menyayat hati,dimana sebuah penyesalan terajut rapi bagai kisah ironi.Dimana keegoisan diri membuat hal yang indah tak kunjung berakhir sempurna.
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhAYTgucHk-0WmiG0tz6XpIj3Q9uVYkpVpIdwBlq0_XtRl5aZFnhWGHuVEOyYn5aBI7QwJUalFQmnkcoqu9uXE7osMMhsXR5Xq-H7OyuqdbijTaHA6Z2Ajp_pjX28UcUG2WlOrPVQdas-s/s400/Cerpen+Mawar.jpg
Mawar Putih Terajut Pilu
Gadis itu memutar kembali memori masalalu,dimana dia kehilangan seorang yang berarti,namun tak pernah dia sadari karna keegoisan diri,kini penyesalan tak dapat di hindari.
_
"Kak rene,ini bunga dari kak johan,tadi dia nitip ke aku pas aku pulang sekolah".Rene menatap penuh mawar berwarna putih lembut dengan daun berhias rapi,lalu mengambilnya,dan menaruhnya kedalam tempat sampah yang berisi penuh mawar putih.Ini yang ke 100 kalinya Rene menerima mawar putih bunga kesukaannya dari seorang pria yang tak pernah dia sukai,Johan.Andin,adik Rene menatap santai perlakuan kakaknya,tak heran karna dia sering melihat pemandangan itu.Hanya saja dia cukup prihatin,diamana Johan adalah lelaki yang baik,yang rela membeli 100 bunga mawar putih yang pada akhirnya berakhir pada tempat sampah.
"Kak,gak bagus loh kayak gini terus".Andin duduk di tepi tempat tidur,menatap sebuah bungkusan kado bewarna-warni yang dapat menarik hati,siapa lagi kalau bukan dari kak Johan untuk kak Rene yang kini bahkan acuh padanya.Lelaki malang.
"Aku emang gak suka sama dia kok ndin".Ucap Rene santai sambil sibuk menyisir rambut lurus sebahunya.Andin menghela nafas panjang,berusaha menahan emosi hati yang kini merayap."Kakak gak boleh gini,bilang dong sama dia,kasian dia kak,tiap hari kakak acuh terus sama dia,padahal dia sering nolong kakak".Andin berusaha mengontrol nada suaranya agar terdengar biasa saja.

Dimata Rene Johan bukanlah orang spesial,namun seorang yang selalu mengganggunya.Rene sering memanfaatkan kebaikan Johan demi egonya.Jahat memang,tapi dia tak punya pilihan lain ketika lelaki itu tak peduli meskipun dirinya mengatakan bahwa dia tak menyukai lelaki itu. "Gapapa,cinta itu datang karna terbiasa kok".Itulah yang selalu diucapkan Johan yang diiringi dengan wajah penuh senyuman,tak tersirat sedikitpun kesakitan dari wajahnya,namun Rene tak peduli,baginya Johan bisa saja menjadi pengusik ulung yang tak gentar mengusik dirinya.
"Sekarang kamu pergi!jangan ganggu aku lagi,kamu gak ngerti ya? kamu tuh pengganggu!".Sembur Rene tanpa ampun pada Johan.Seketika lelaki berkaca mata dengan rambut cepak ala taylor lautner itu pun menundukkan kepalanya,menggeleng dan mengangkat kembali wajahnya dengan dihiasi senyuman tulus.
"Tapi aku bener Ren..aku liat Niko jalan sama Nia..aku gak pernah ngada-ngada tentang itu".
"Alah!! kamu bohong! kamu cuma pengen buat Niko jelek dimata aku kan?..itu karna kamu dari dulu gak pernah bisa dapetin aku kan?,gak gini caranya Han!".Kini mata Rene menyiratkan amarah yang menggelegar.
"Aku gak pernah bohong tentang itu Ren..maaf kalau aku selama ini jadi pengganggu kamu..aku janji gak akan ganggu kamu lagi..aku nyerah Ren,mungkin aku harus nyerah buat dapetin kamu".Suara Johan terdengar parau,tersirat kekecewaan dalam di wajahnya,dari sepanjang perjuangan cintanya kini pada akhirnya lelaki malang itu menyerah dalam kesakitan.
Rene menatap punggung Johan yang kini kian menjauh.Dalam hatinya tersimpan rasa bersalah pada lelaki itu,namun itu tak sebanding dengan amarahnya yang mengutamakan ego.

"Maksudnya apa?!!!".Rene mencoba menahan emosinya,nafasnya memburu tajam,tatapannya pahit menerkam.Niatnya untuk menjenguk dan mengantarkan makanan untuk kekasihnya tercinta kini harus berakhir dengan pemandangan yang tak dapat Ia anulir lagi,kekasihnya sedang berduaan dengan seorang wanita lain."Ren...aku bisa jelasin".PLAKKKK..tamparan itu berbunyi nyaring bagai kilat,tamparan yang bercampur dengan emosi yang tak tertahankan."Cukup Niko! kalian biadab!!".Rene berlari dengan air mata kebencian yang mengalir deras bak air terjun.Dengan rasa sakit yang kini menusuk ulu hati tak tertahankan.Rene benci dirinya,dan membenci dirinya yang tak mempercayai kata-kata Johan dan malah membela habis-habisan lelaki biadab itu,membuat Johan pergi dengan rasa sakit.
_

Rene masih menatap kertas tebal dengan penuh ornamen bunga itu dengan rasa sakit yang kini barakhir pilu.Dengan huruf yang terangkai pasti,membuatnya tak rela melihat surat undangan itu,dimana lelaki yang kini mulai membuatnya jatuh kedalam rengkuhan cinta akibat penyesalan malah pergi dengan haluan lain,dengan ikatan sebuah pernikahan yang akan berlangsung 30 menit lagi.
"Ayo kak,upacara pernikahannya sebentar lagi,kita harus buru-buru".
"Ayo Ndin,kakak udah siap".Rene berbalik meninggalkan kamar dengan balutan gaun putih gading berenda yang amat cantik yang terhias rapi ditubuhnya yang ramping dan semampai.Rene telah siap menerima kenyataan pahit yang berakhir pilu ini,kenyataan yang membuatnya sadar bahwa inilah yang terbaik,dimana merelakan cinta pergi mungkin lebih baik daripada mempertahankannya dengan rasa sakit,Rene sadar bahwa itulah yang dirasakan Johan selama ini,dan kini dia harus merasakannya juga.

''Ayo kak Buruan".Andin menyambutnya di bawah tangga,bersiap pergi dengan mobil x trail merah terang,mobil yang akan melaju melawan waktu untuk pergi menghampiri sebuah pesta pernikahan yang sangat berarti bagi Johan dan calon mempelainya.

TAMAT