RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Satuan Pendidikan :
SMP
Mata Pelajaran : Bahasa Indoesia
Kelas/semester : VII/Semester dua
Materi Pokok : Teks Cerita Pendek
Alokasi Waktu : 2 pertemuan (6 X 40 menit)
A.
Kompetensi Inti
1.
Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghargai dan
menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong
royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya
3. Memahami
pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan
kejadian tampak mata.
4. Mencoba,
mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai,
memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung,
menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber
lain yang sama dalam sudut pandang/teori.
B.
Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
No
|
Kompetensi
Dasar
|
Indikator
Pencapaian Kompetensi
|
1
|
1.2 Menghargai dan mensyukuri keberadaan bahasa Indonesia
sebagai anugerah Tuhan yang Maha Esa sebagai sarana memahami informasi lisan
dan tulis.
|
1.2.1 Terbiasa menggunakan bahasa Indonesia
dengan baik dan
benar.
|
2
|
2.5 Memiliki
perilaku percaya diri, peduli, dan santun dalam merespon secara pribadi
peristiwa jangka pendek.
|
2.5.1 Terbiasa berinisiatif dalam bahasan
memecahkan masalah.
2.5.2 Terbiasa memberi pendapat dalam bahasan
pemecahan masalah.
2.5.3 Terbiasa toleran dalam memecahkan masalah.
2.5.4 Terbiasa membantu sejawat dalam
memecahkan
masalah.
2.5.5 Terbiasa menggunakan pilihan kata,
ekspresi,
dan gesture santun.
|
3
|
3.1 Memahami teks hasil observasi, tanggapan deskriptif,
eksposisi, eksplanasi, dan cerita pendek baik melalui lisan maupun tulisan
|
3.1.1 Mengidentifikasi
struktur teks cerpen
3.1.2 Mengidentifikasi ciri bahasa
cerpen.
|
4
|
4.1 Menangkap makna teks hasil observasi, tanggapan
deskriptif, eksposisi, eksplanasi, dan cerita pendek baik secara lisan maupun
tulisan
|
4.1.1 Mejelaskan makna kata, kalimat, dan ungkapan yang
terdapat dalam teks cerpen.
4.1.2 Menjawab
pertanyaan literal, inferensial, inegratif, dan kritis yang terkait dengan
isi teks cerpen.
4.1.3 Menemukan
keterkaitan isi teks cerpen dengan kehidupan sehari-hari.
|
C.
Tujuan Pembelajaran
Pertemuan ke-1
1. Setelah membaca
sebuah cerpen, peserta didik mampu mengidentifikasi struktur teks cerpen dengan
baik.
2. Setelah membaca
sebuah cerpen, peserta didik mampu mengidentifikasi ciri bahasa teks cerpen dengan baik.
3.
Selama proses pembelajaran tentang struktur
dan ciri bahasa teks, peserta didik terbiasa berinisiatif dan
memberi pendapat dengan baik.
4.
Selama proses pembelajaran, peserta didik
terbisas bersikap toleran dan banyak membantu sejawat dengan baik.
5. Selama
proses pembelajaran, peserta didik terbiasa menggunakan pilihan kata, ekspresi,
dan gestur yang menunjukkan sikap santun dengan baik.
Pertemuan ke-2
6. Setelah membaca
cerpen, siswa mampu menjelaskan makna kata, kalimat, dan ungkapan yang
terdapat dalam teks cerpen dengan baik.
7. Setelah membaca
teks cerpen, siswa mampu menjawab
pertanyaan literal, inferensial, integratif, dan kritis yang terkait dengan isi
teks cerpen dengan baik.
8.
Setelah membaca teks cerpen, peserta didik mampu menemukan keterkaitan isi teks cerpen dengan
kehidupan sehari-hari.
9.
Selama proses pembelajaran tentang makna
kata, kalimat, ungkapan, menjawab pertanyaan literal, inferensial, integratif, dan
kritis, peserta didik terbiasa berinisiatif dan memberi pendapat dengan baik.
10. Selama
proses pembelajaran tentang makna kata,
kalimat, ungkapan, menjawab pertanyaan literal, inferensial, integratif, dan
kritis, peserta didik terbiasa menunjukkan sikap toleran dan terbiasa membantu sejawat dengan baik.
11. Selama
proses pembelajaran tentang makna kata, kalimat, ungkapan, menjawab pertanyaan
literasi, inferensial, integrative, dan kritis, peserta didik terbiasa menggunakan
pilihan kata, ekspresi, dan gestur yang menunjukkan sikap santun dengan baik.
D.
Materi Pembelajaran
Pertemuan ke-1
a.
Struktur teks cerpen
b.
Ciri bahasa cerpen
c. Kebiasaan bersikap percaya diri dengan berinisiatif dan banyak
berpendapat saat berdiskusi
d. Kebiasaan bersikap peduli dengan menunjukkan sikap toleran dan banyak
membantu sejawat.
e. Kebiasaan bersikap santun dengan pilihan kata, ekspresi, dan gestur
dalam berdiskusi.
Pertemuan ke-2
a.
Isi teks cerpen
b.
Keterkaitan isi teks cerpen dengan kehidupan nyata
sehari-hari siswa
c.
Kebiasaan bersikap percaya
diri dengan berinisiatif dan banyak berpendapat saat berdiskusi
d.
Kebiasaan bersikap peduli
dengan menunjukkan sikap toleran dan banyak membantu sejawat.
e.
Kebiasaan bersikap santun
dengan pilihan kata, ekspresi, dan gestur dalam berdiskusi
E.
Metode Pembelajaran
· Pendekatan Komunikatif (Communicative Approach)
· Model Pembelajaran Berbasis Teks (Genre-based Aproach)
· Sintak:
1)
Membangun konteks
2)
Pemodelan teks
3)
Pemecahan masalah secara bersama
4)
Pemecahan masalah secara individual
F.
Media, Alat, dan Sumber
1. Media Pembelajaran
CD
Interaktif pembelajaran cerpen
2.
Alat dan bahan
Teks Cerpen pemenang lomba tahun 2010, 2011, 2012
3.
Sumber
Belajar
Alwi, Hasan. 2003. Tata Bahasa
Baku Bahasa Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Balai Bahasa. hlm. …
Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan. 2013a. Bahasa
Indonesia: Wahana Pengetahuan. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan. hlm. 143—186.
Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan. 2013b. Bahasa
Indonesia Wahana Pengetahuan: Buku Guru. Jakarta: Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan. hlm. 55—59.
Penulis.
Tahun. Pelajaran Mengarang. Jakarta:
Kompas-Gramedia. (Kumpulan Cerpen)
Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 2003. Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 2010. Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
G.
Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan Pertama
a.
Pendahuluan
1)
Peserta didik diajak guru
mengingat suasana komunikasi di keluarga: ayah, ibu, kakak, dan adik
untuk membangun hubungan antara guru dan peserta dirik.
2)
Peserta didik diarahkan guru untuk membentuk kelompok
dengan anggota 4—6 orang.
Guru menarik perhatian peserta didik dengan menggunakan guntingan judul dan
bagian tengah cerpen “Kupu-kupu Ibu” kepada peserta didik dan peserta diminta menebak isi informasinya.
3)
Peserta didik, mewakil
kelompok, memberikan
pendapatnya secara bersungguh-sungguh berdasar
pengetahuan awalnya.
4)
Guru membangkitkan motivasi siswa dengan menyatakan bahwa
setiap jawaban siswa pada dasarnya benar. Setiap jawaban yang kurang sempurna
terhadap tebakan isi cerpen disempurnakan oleh guru.
5)
Guru menjelaskan manfaat belajar pokok bahasan cerita pendek.
b.
Kegiatan inti
1) Mengamati :
·
Siswa
menjawab enam pertanyaan yang ada pada buku siswa hlm. 143—144 untuk membangun
pemahaman tentang teks cerpen Indonesia.
·
Setelah menjawab pertanyaan, siswa menyimak guru membacakan cerita
pendek berjudul “Kupu-kupu Ibu”. Sambil mendengarkan hal-hal pembacaan oleh
guru, siswa mencermati hal-hal yang
menarik dan nyaman dinikmati dari cerpen tersebut.
2)
Menanya
·
Siswa
mempertanyakan tentang hal-hal (positif, negatif, menonjol, baru, sering
muncul, dll) yang terdapat pada cerpen
“Kupu-kupu Ibu”.
·
Dengan teknik catat bersusun, siswa melengkapi tabel untuk mendalami
pemahaman pada isi cerpen. Siswa melengkapi tabel yang bersisi enam penggalan
kalimat yang ditandai dengan bintang tiga (***).
·
Siswa
menjawab/mengajukan pertanyaan tentang isi teks cerpen dalam diskusi kelompok kecil.
3)
Mengumpulkan data
·
Dengan dipandu oleh guru, siswa mengenali struktur teks cerita pendek:
orientasi, komplikasi, dan resolusi.
·
“Kupu-kupu Ibu”, khususnya judul.
·
Dengan dipandu oleh guru, siswa mengenali struktur teks cerita pendek
“Kupu-kupu Ibu”, khususnya tokoh dan
penokohan.
·
Dengan dipandu oleh guru, siswa mengenali struktur teks cerita pendek
“Kupu-kupu Ibu”, khususnya latar.
·
Dengan dipandu oleh guru, siswa mengenali struktur teks cerita pendek
“Kupu-kupu Ibu”, khususnya konflik.
·
Dengan dipandu oleh guru, siswa mengenali struktur teks cerita pendek
“Kupu-kupu Ibu”, khususnya klimaks.
·
Dengan dipandu oleh guru, siswa mengenali struktur teks cerita pendek
“Kupu-kupu Ibu”, khususnya leraian dan
amanat.
·
Siswa mengenali struktur cerita pendek “Kupu-kupu Ibu”: Siswa mengenali
tokoh-tokoh cerita pendek “Kupu-kupu Ibu”.
·
Siswa mengenali tempat cerita berlangsung pada cerita pendek “Kupu-kupu
Ibu”.
·
Siswa mengenali ide pokok cerita yang diyakini dijadikan sumber cerita
pada cerita pendek “Kupu-kupu Ibu”.
·
Siswa mengenali tokoh-tokoh cerita pendek “Kupu-kupu Ibu”.
·
Siswa mengidentifikasi bagian awal ceita yang berup lukisan, waktu,
tempat, atau kejadian pada cerita pendek “Kupu-kupu Ibu”.
·
Siswa menandai masalah yang dihadapi pelaku cerita pada cerita pendek “Kupu-kupu Ibu”.
·
Siswa mengidentifikasi puncak ketegangan pada cerita pendek “Kupu-kupu
Ibu”.
4)...Menalar
·
Siswa mengaitkan isi cerpen dengan kehidupan
nyata
·
Siswa mengomunikasikan hal-hal menarik dan dapat dinikmati dari cerpen
yang baru didengarkan.
·
Siswa menuliskan pesan/nasihat dari cerita pendek “Kupu-kupu Ibu”.
·
Siswa mendiskusikan tentang riwayat penulis cerita pendek “Kupu-kupu
Ibu”.
· Siswa
melengkapi bagian yang rumpang pada buku siswa hlm. 151 dengan konjungsi yang
sesuai.
· Siswa menemukan makna kata sulit dalam cerita
pendek “Kupu-kupu Ibu” dengan menggunakan kamus yang baik.
· Siswa
menyusun kalimat dengan menggunakan kata-kata yang baru saja ditemukan dari
kamus.
5)
Mengomunikasikan
·
Siswa menjelaskan struktur teks
cerpen “Kupu-kupu Ibu”.
·
Siswa menjelaskan (1) kata-kata
sifat untuk mendeskripsikan pelaku, penampilan fisik, atau kepribadiannya; dan
(2) kata-kata keterangan untuk menggambarkan latar (latar waktu, tempat, dan suasana).
c.
Penutup
· Guru dan siswa melalukan refleksi terkait dengan pembelajaran yang baru
berlangsung.
· Guru memberikan kuis sederhana untuk mengukur
ketercapaian pembelajaran hari ini.
· Guru memberikan tugas untuk pengayaan atau
remidi kepada siswa.
Pertemuan Kedua
a.
Pendahuluan (10 menit )
· Siswa berdoa bersama.
· Siswa bersama guru mengatur tempat duduk sebelum
pembelajaran.
· Guru menjelaskan manfaat belajar pokok bahasan Cerita Pendek Indonesia.
b.
Kegiatan inti (100 meni)
1)
Mengamati :
·
Siswa membaca cerita pendek berjudul “Kupu-kupu Ibu”, menikmati kekhasan
imajinasinya, dan menangkap maknanya.
2)
Menanya
· Siswa menjawab/mengajukan pertanyaan dengan mengacu
pada sebelas butir pertanyaan pada buku
siswa (hlm. 150) sebagai pemandu pemahaman isi cerpen.
· Siswa mencatat informasi yang didapat dari
pembacaan cerita pendek sebagai isi cerita pendek.
3)
Mengumpulkan data
·
Dengan dipandu oleh guru, siswa
memberikan omentar terhadap berbagai isi informasi yang didapat dari
pembacaan cerpen “Kupu-kupu Ibu”. Komentar ditekankan pada keaslian pendapat
siswa.
·
Dalam diskusi kelompok,
siswa membahas komentar masing-masing
dengan sesame siswa.
·
Dengan dipandu oleh guru, siswa
memperkaya informasi tentang budaya, nilai, kebiasaan, sikap seseorang dari
buku-buku referensi.
4)
Menalar
·
Dengan
dipandu oleh guru, siswa mengaitkan
isi cerita pendek yang dibaca siswa
dengan kehidupan nyata siswa.
·
Siswa menemukan makna kata sulit
dalam cerita pendek “Kupu-kupu Ibu” dengan menggunakan kamus yang baik.
·
Siswa menyusun kalimat dengan
menggunakan kata-kata yang baru saja ditemukan dari kamus.
5)
Mengomunikasikan
· Siswa
menjelaskan isi teks cerpen
“Kupu-kupu Ibu”.
· Dalam
diskusi kelompom/kelas, siswa menjelaskan
keterkaitan isi cerita pendek dengan kehidupan sehari-hari.
a.
Penutup
·
Guru dan siswa melalukan refleksi terkait dengan
pembelajaran yang baru berlangsung.
·
Guru memberikan kuis sederhana untuk mengukur
ketercapaian pembelajaran hari ini.
·
Guru memberikan tugas untuk pengayaan atau remidi kepada
siswa.
I. Penilaian
1.
Sikap spiritual dan sosial
a.
Teknik Penilaian : Observasi
b.
Bentuk
Instrumen : Lembar observasi
c.
Kisi-kisi:
LEMBAR OBSERVASI
No.
|
Sikap/Nilai
|
Indikator
|
Butir Pertanyaan
|
1
|
Menghargai
dan bersyukur kepada Tuhan YME atas keberadaan bahasa Indonesia
|
Terbiasa menggunakan bahasa Indonesia dengan baik
dan benar.
|
A1
|
2
|
Percaya diri
|
Terbiasa berinisiatif dalam bahasan memecahkan masalah.
|
A2
|
Terbiasa memberi pendapat dalam bahasan pemecahan masalah.
|
A3
|
||
3
|
Peduli
|
Terbiasa
toleran dalam memecahkan masalah.
|
A4
|
Terbiasa
membantu sejawat dalam memecahkan
masalah.
|
A5
|
||
4
|
Santun
|
Terbiasa
menggunakan pilihan kata, ekspresi, dan gesture santun.
|
A6
|
Instrumen:
lihat Lampiran 01
2.
Pengetahuan
a.
Teknik Penilaian :
Tes Tulis
b.
Bentuk
Instrumen : Uraian non Objektif (UNO)
c.
Kisi-kisi:
No
|
Indikator
|
Butir
Instrumen
|
1
|
Mengenal
struktur teks cerpen
|
B1
|
2
|
Mengenal
struktur bahasa cerpen
|
B2
|
3
|
Memahami isi teks cerpen.
|
B3
|
Instrumen: lihat Lampiran 02.
3.
Keterampilan
a.
Teknik Penilaian :
Tes Tuls
b.
Bentuk Instrumen : Pilihan Ganda
c.
Kisi-kisi:
Keterampilan
|
Butir
Instrumen
|
4.1.1
Mengidentifikasi
kata, kalimat, dan ungkapan yang terdapat dalam teks cerpen.
|
C1, C2,
C3
|
4.1.2
Menjawab pertanyaan literal, inferensial, integratif,
dan kritis terkait isi cerpen.
|
C4, C,5,
C6,C7
|
4.1.3
Menjelaskan keterkaitan isi cerpen dengan kehidupan
sehari-hari.
|
C8, C9,
C10
|
Instrumen: lihat Lampiran 03.
Jakarta, 17 Juli 2013
Mengetahui
Kepala SMP Bangun Negeri, Guru
Mata Pelajaran,
________________________ _________________________
NIP. ... NIP.
...
Lampiran 01
LEMBAR
OBSERVASI
SIKAP SPIRITUAL DAN SIKAP SOASIAL
No.
|
Sikap/nilai
|
SB
|
B
|
C
|
K
|
1
|
Terbiasa menggunakan bahasa Indonesia dengan baik
dan benar.
|
|
|
|
|
2
|
Terbiasa berinisiatif dalam bahasan memecahkan masalah.
|
|
|
|
|
3
|
Terbiasa memberi pendapat dalam bahasan pemecahan masalah.
|
|
|
|
|
4
|
Terbiasa
toleran dalam memecahkan masalah.
|
|
|
|
|
5
|
Terbiasa
membantu sejawat dalam memecahkan
masalah.
|
|
|
|
|
6
|
Terbiasa
menggunakan pilihan kata, ekspresi, dan gesture santun.
|
|
|
|
|
Keterangan:
SB = sangat baik
B = baik
C = cukup
K = kurang
Lampiran 02
TES URAIAN NON OBJEKTIF (UNO)
PENGETAHUAN STRUKTUR CERPEN DAN CIRI
BAHASA CERPEN
Petunjuk
1. Baca cerita pendek berjudul “Kartu Pos
dari Surga” berikut!
2. Kemudian, jawablah beberapa pertanyaan
yang menyertainya.
Kartu Pos
dari Surga
Agus Noor
Mobil jemputan sekolah belum lagi
berhenti, Beningnya langsung meloncat menghambur. “Hati-hati!” teriak sopir.
Tapi gadis kecil itu malah mempercepat larinya. Seperti capung ia melintas di halaman.
Ia ingin segera membuka kotak pos itu. Pasti kartu pos dari Mama telah tiba. Di
kelas, tadi, ia sudah sibuk membayang-bayangkan: bergambar apakah kartu pos
Mama kali ini? Hingga Bu Guru menegurnya karena terus-terusan melamun.
Beningnya
tertegun, mendapati kotak itu kosong. Ia melongok, barangkali kartu pos itu
terselip di dalamnya. Tapi memang tak ada. Apa Mama begitu sibuk hingga lupa
mengirim kartu pos? Mungkin Bi Sari sudah mengambilnya! Beningnya pun segera
berlari berteriak, “Biiikkk…Bibiiikkk…” Ia nyaris terpeleset dan menabrak
pintu. Bik Sari yang sedang mengepel sampai kaget melihat Beningnya
terengah-engah begitu.
“Ada
apa, Non?”
“Kartu
posnya udah diambil Bibik, ya?”
Tongkat
pel yang dipegangnya nyaris terlepas, dan Bik Sari merasa mulutnya langsung
kaku. Ia harus menjawab apa? Bik Sari bisa melihat mata kecil yang bening itu
seketika meredup, seakan sudah menebak, karena ia terus diam saja. Sungguh, ia
selalu tak tahan melihat mata yang kecewa itu.
***
MARWAN hanya diam ketika Bik Sari
cerita kejadian siang tadi. “Sekarang, setiap pulang, Beningnya selalu nanya kartu
pos…” suara pembantunya terdengar serba salah. “Saya ndak tahu
mesti jawab apa…” Memang, tak gampang menjelaskan semuanya pada anak itu. Ia
masih belum genap 6 tahun. Marwan sendiri selalu berusaha menghindari jawaban
langsung bila anaknya bertanya, “Kok kartu pos Mama belum datang ya, Pa?”
“Mungkin
Pak Posnya lagi sakit. Jadi belum sempet
nganter ke mari…”
Lalu ia mengelus
lembut anaknya. Ia tak menyangka, betapa soal kartu pos ini akan membuatnya
mesti mengarang-ngarang jawaban.
Pekerjaan
Ren membuatnya sering bepergian. Kadang bisa sebulan tak pulang. Dari kota-kota
yang disinggahi, ia selalu mengirimkan kartu pos buat Beningnya. Marwan, kadang
meledek istrinya, “Hari gini masih pake kartu pos?” Karna Ren sebenarnya bisa
telepon atau kirim SMS. Meski baru playgroup, Beningnya sudah
pegang hape. Sekolahnya memang mengharuskan setiap murid
punya handphone, agar bisa dicek sewaktu-waktu, terutama saat
bubaran sekolah, untuk berjaga-jaga kalau ada penculikan.
“Kau
memang tak pernah merasakan bagaimana bahagianya dapat kartu pos…”
Marwan
tak lagi menggoda bila Ren sudah menjawab seperti itu. Sepanjang hidupnya,
Marwan tak pernah menerima kartu pos. Bahkan, rasanya, ia pun jarang dapat
surat pos yang membuatnya bahagia. Saat SMP, banyak temannya yang punya sahabat
pena, yang dikenal lewat rubrik majalah. Mereka akan berteriak senang bila
menerima surat balasan atau kartu pos, dan memamerkannya dengan membacanya
keras-keras. Karena iri, Marwan pernah diam-diam menulis surat untuk dirinya
sendiri, lantas mengeposkannya. Ia pun berusaha tampak gembira ketika surat
yang dikirimkannya sendiri itu ia terima.
Ren
sejak kanak sering menerima kiriman kartu pos dari Ayahnya yang pelaut. “Setiap
kali menerima kartu pos darinya, aku selalu merasa ayahku muncul dari
negeri-negeri yang jauh. Negeri yang gambarnya ada dalam kartu pos itu…” ujar
Ren. Marwan ingat, bagaimana semasa mereka pacaran, Ren bercerita dengan suara
penuh kenangan, “Aku selalu mengeluarkan semua kartu pos itu, setiap Ayah
pulang.” Ren kecil duduk di pangkuan, sementara Ayahnya berkisah keindahan
kota-kota pada kartu pos yang mereka pandangi. “Itulah saat-saat menyenangkan
dan membanggakan punya Ayah pelaut.” Ren merawat kartu pos itu seperti merawat
kenangan. “Mungkin aku memang jadul. Aku hanya ingin Beningnya
punya kebahagiaan yang aku rasakan…”
Tak
ingin berbantahan, Marwan diam. Meski tetap saja ia merasa aneh, dan yang lucu:
pernah suatu kali Ren sudah pulang, tetapi kartu pos yang dikirimkannya dari
kota yang disinggahi baru sampai tiga hari kemudian!
***
Ketukan di pintu membuat Marwan
bangkit, dan ia mendapati Beningnya berdiri sayu menenteng kotak kayu. Itu
kotak kayu pemberian Ren. Kotak kayu yang dulu juga dipakai Ren menyimpan kartu
pos dari Ayahnya. Marwan melirik jam dinding kamarnya. Pukul 11.20.
“Nggak
bisa tidur, ya? Mo tidur di kamar Papa?”
Marwan menggandeng
anaknya masuk.
“Besok
Papa bisa anter Beningnya nggak?”
tiba-tiba anaknya bertanya.
“Nganter
ke mana? Pizza Hut?”
Beningnya menggeleng.
“Ke
mana?”
“Ke
rumah Pak Pos…”
Marwan merasakan
sesuatu mendesir di dadanya.
“Kalu
emang Pak Posnya sakit, biar besok Beningnya aja yang ke rumahnya, ngambil
kartu pos dari Mama.”
Marwan
hanya diam, bahkan ketika anaknya mulai mengeluarkan setumpuk kartu pos dari
kotak itu. Ia mencoba menarik perhatian Beningnya dengan memutar DVD Pokoyo,
kartun kesukaannya. Tapi Beningnya terus sibuk memandangi gambar-gambar kartu
pos itu. Sudut kota tua. Siluet menara dengan burung-burung melintas langit
jernih. Sepeda yang berjajar di tepian kanal. Pagoda kuning keemasan. Deretan
kafe payung warna sepia. Dermaga dengan deretan yacht tertambat.
Air mancur dan patung bocah bersayap. Gambar pada dinding gua. Bukit karang
yang menjulang. Semua itu menjadi tampak lebih indah dalam kartu pos. Rasanya,
ia kini mulai dapat memahami, kenapa seorang pengarang bisa begitu terobsesi
pada senja dan ingin memotongnya menjadi kartu pos buat pacarnya.
Andai
ada Ren, pasti akan dikisahkannya gambar-gambar di kartu pos itu hingga
Beningnya tertidur. Ah, bagaimanakah ia mesti menjelaskan semuanya pada bocah
itu?
“Bilang
saja Mamanya pergi…” kata Ita, teman sekantor, saat Marwan makan siang bersama.
Marwan masih ngantuk, karena baru tidur menjelang jam lima pagi, setelah
Beningnya pulas.
“Bagaimana
kalau ia malah terus bertanya, kapan pulangnya?”
“Ya
sudah, kamu jelaskan saja pelan-pelan yang sebenarnya.”
Itulah.
Ia selalu merasa bingung, dari mana mesti memulainya? Marwan menatap Ita, yang
tampak memberi isyarat agar ia melihat ke sebelah. Beberapa rekan sekantornya
terlihat tengah memandang mejanya dengan mata penuh gosip. Pasti mereka menduga
ia dan Ita…
“Atau kamu bisa saja
tulis katu pos buat dia. Seolah-oleh itu dari Ren..”
Marwan tersenyum.
Merasa lucu karena ingat kisah masa lalunya.
***
MOBIL jemputan belum lagi berhenti
ketika Marwan melihat Beningnya meloncat turun. Marwan mendengar teriakan sopir
yang menyuruh hati-hati, tetapi bocah itu telah melesat menuju kotak pos di
pagar rumah. Marwan tersenyum. Ia sengaja tak masuk kantor untuk melihat
Beningnya gembira ketika mendapati kartu pos itu. Kartu pos yang diam-diam ia
kirim. Dari jendela ia bisa melihat anaknya memandangi kartu pos itu, seperti
tercekat, kemudian berlarian tergesa masuk rumah.
Marwan
menyambut gembira ketika Beningnya menyodorkan kartu pos itu.
“Wah, udah datang ya
kartu posnya?”
Marwan melihat mata
Beningnya berkaca-kaca.
“Ini
bukan kartu pos dari Mama!” Jari mungilnya menunjuk kartu pos itu. “Ini bukan
tulisan Mama…”
Marwan
tak berani menatap mata anaknya, ketika Beningnya terisak, dan berlari ke
kamarnya. Bahkan membohongi anaknya saja ia tak bisa! Barangkali memang harus
berterus terang. Tapi bagaimanakah menjelaskan kematian pada anak seusianya?
Rasanya akan lebih mudah bila jenazah Ren terbaring di rumah. Ia bisa
membiarkan Beningnya melihat Mamanya terakhir kali. Membiarkannya ikut ke
pemakaman. Mungkin ia akan terus-terusan menangis karena merasakan kehilangan.
Tetapi rasanya jauh lebih mudah menenangkan Beningnya dari tangisnya, ketimbang
harus menjelaskan bahwa pesawat Ren jatuh ke laut, dan mayatnya tak pernah
ditemukan.
***
KETUKAN gugup di pintu membuat Marwan
bergegas bangun. Duabelas lewat, sekilas ia melihat jam kamarnya.
“Ada
apa?” Marwan mendapati Bik Sari yang pucat.
“Beningnya…”
Terburu
Marwan mengikuti Bik Sari. Dan ia tercekat di depan kamar anaknya. Ada cahaya
terang keluar dari celah pintu yang bukan cahaya lampu. Cahaya yang terang
keperakan. Dan ia mendengar Beningnya yang cekikikan riang, seperti tengah
bercakap-cakap dengan seseorang. Hawa dingin bagai merembes dari dinding. Bau
wangi yang ganjil mengambang. Dan cahaya itu makin menggenangi lantai. Rasanya
ia hendak terserap amblas ke dalam kamar.
“Beningnya!
Beningnya!” Marwan segera menggedor pintu kamar yang entah kenapa begitu sulit
ia buka. Ia melihat ada asap lembut, serupa kabut, keluar dari lubang kunci.
Bau sangit membuatnya tersedak. Lebih keras dari bau amoniak. Ia menduga
terjadi kebakaran, dan makin panik membayangkan api mulai melahap kasur.
“Beningnya!
Beningnya!” Bik Sari ikut berteriak memanggil.
“Buka
Beningnya! Cepat buka!”
Entahlah
berapa lama ia menggedor, ketika akhirnya cahaya keperakan itu seketika lenyap,
dan pintu terbuka. Beningnya berdiri sambil memegangi selimut. Segera Marwan
menyambar mendekapnya. Ia melongok ke dalam kamar, tak ada api, semua rapi.
Hanya kartu pos-kartu pos yang beserakan.
“Tadi
Mama datang,” pelan Beningnya bicara. “Kata Mama tukang posnya emang sakit,
jadi Mama mesti nganter kartu posnya sendiri…”
Beningnya
mengulurkan tangan. Marwan mendapati sepotong kain serupa kartu pos dipegangi
anaknya. Marwan menerima dan mengamati kain itu. Kain kafan yang tepiannya
kecoklatan bagai bekas terbakar.
Singapura-Yogyakarta,
Pertanyaan:
1. Jelaskan garis besar cerita pendek
tersebut!
2. Jelaskan struktur cerita pendek
tersebut!
3. Jelaskan ciri bahasa yang khas yang
kamu temukan pada cerpen tersebut.
Rambu Jawaban
1.
Bening, anak usia 6 tahun adalah putra Marwan dan Ren. Kesibukannya bekerja di luar kota menjadikan
Ren sering berkirim kartu pos kepada anaknya, Bening. Suatu saat, karena karena
kecelakaan Ren meninggal di luar kota, jenazahnya tidak bisa dibawa pulang.
Karena belum cukup umur, Bening belum diberi tahu kabar yang sesungguhnya
tentang mamanya, Ren. Akhirnya, Bening pun selalu menunggu kartu pos dari
mamanya.
2.
Cerita pendek “Kartu Pos dari Surga” beralur mundur. Cerita diawali dari
kondisi terakhir Bening yang amat merindukan kartu pos dari mamanya. Berikutnya
diceritakan kondisi kehidupan Ren, Marwan, da Bening. Pada akhir cerita,
setelah membaca bahasa yang tersirat, pembaca dapat menyimpulkan bahwa Ren
telah meninggal di luar kota yang tidak memungkinkan jenazahnya dibawa pulang.
3.
Sapaan pada anak yang amat disayang dengan menambahkan klitika “-nya”.
Sapaan seperti ini merupakan terjemahan dari akhirn “-e” dalam bahasa Jawa. Sapaan
anak tersayang dengan tambahan akhir “-e” dalam budaya Jawa ini diadopsi untuk
sapaan sayang dalam bahasa Indonesia. Ini menunjukkan bahwa latar budaya cerita
adalah budaya Jawa.
Lampiran 03
PENILAIAN TERTULIS
KETERAMPILAN
MENANGKAP MAKNA CERITA PENDEK
Petunjuk
1.
Baca kembali cerpen berjudul “Kartu Pos dari Surga”.
2.
Jawablah pertanyaan berikut dengan memilih satu
alterative jawaban yang paling benar.
Soal
1.
Identifikasi 3 kata kunci yang terdapat pada cerita pendek
tersebut!
Jawab:
a.
selalu melongok kotak pos
b.
kartu pos
c.
sepotong kain serupa kartu pos
2.
Identifikasi 2 kalimat yang menurut Anda menarik yang
terdapat pada cerita pendek tersebut!
Jawab:
- “Kau memang tak pernah merasakan
bagaimana bahagianya dapat kartu pos..
- “Tadi mama dating,” pelan Beingnya
bicara, “kata mama tukang posnya emang sakit, jadi mama mesti mengantar
kartu posnya sendiri.”
3.
Identifikasi
ungkapan yang menurut Anda menarik yang terdapat pada cerita pendek
tersebut!
Jawab:
siluet menara dengan pagoda kuning keemasan
a.
……………
4.
Menjawab pertanyaan
literal
Siapakah yang
bercerita pada bacaan di atas?
- Salah satu tokoh, yaitu
Marwan
- Salah satu tokoh, yaitu
Bi Sari
- Pengamat pencerita
- Salah satu tokoh, yaitu
Beningnya
Kunci: C
5.
Menjawab pertanyaan
inferensial
Berdasarkan informasi yang kalian
temukan dari bacaan di atas dapat kalian simpulkan bahwa mama Bening adalah
seorang ....
- pramugari
- pelaut
- diplomat
- pengusaha
Kunci: A
6.
Menjawab
pertanyaan integratif
Berdasarkan informasi pada bacaan di atas, tulislah dua pelajaran
penting yang dapat kalian petik dari
bacaan di atas!
Jawab:
1)
Mewujudkan
perhatian/kepedualian kepada orang lain dapat dialkukan dengan memberikan
kepadanya benda yang murah tapi unik.
2)
Untuk menjadi
orang yang bertanggung jawab pada tugas tidak harus memiliki jabatan tinggi.
Bik Sari adalah orang yang bertanggung jawab pada tugasnya, meski hanya
pembantu rumah tangga.
7.
Menjawab
oertanyaan evaluatif
Pertanyaan Evaluatif
Judul
tulisan di atas adalah Surat dari Surga.
Menurut penilain kalian, apakah judul tersebut sesuai dengan isinya? Berikan alasan!
Jawab
Sesuai, karena pada cerita tersebut terdapat unsur
misteri dan msiteri itu berkonotasi positif.
8.
Menjelaskan
keterkaitan isi cerpen yang positif dengan kehidupan
sehari-hari.
Jawab
Ren adalah gambaran wanita karier yang
sangat sibuk. Meski sibuk, ia masih bertanggung jawab pada keluarga dengan
selalu membangun komunikasi dengan anaknya dengan cara yang menimbukan kesan
baik, yaitu mengirim kartu pos di era serba digital.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar