Hakikat Taqwa Menurut Sayyidina Ali
إنَّ
الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ
بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ
اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ
الْقِيَامَةِ. يَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ
فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا
اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ
مُّسْلِمُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ
الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ
مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ
بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. يَا أَيُّهَا
الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ
لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ
وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Marilah bersama-sama kita saling
menasehati akan pentingnya meningkatkan ketaqwaan kepada Allah swt.
sesungguhnya ketaqwaan merupakan kunci menuju kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Jama’ah Jum’ah yang Dirahmati Allah
Seringkali kita mendengar istilah
taqwa’ begitu seringnya sehingga tidak terpikir oleh kita apakah sejatinya
makna taqwa. Seolah-olah ketika telinga kita menangkap kata ‘taqwa’ maka sudah
menjadi mafhum bahwa yang dimaksudkan adalah menjalankan berbagai amal shaleh.
Padahal tidak selamanya demikian.
Memang, sebagain ulama mempermudah
pemahaman taqwa dengan menjelaskan bahwa taqwa adalah ’imtitsalul awamiri
waj tinabun nawahi’ mengerjakan segala perintah Allah dan meninggalkan
larangan-Nya. kalimat sederhana yang terkesan sangat global. Sehingga mudah
diingat namun susah dicerna dan dijabarkan, mungkin karena terlalu singkat.
Oleh karenanya dalam kesempatan ini
khatib ingin sekali menerangkan makna taqwa sebagaimana diterangkan oleh
Sayyidina Ali Karromallahu wajhah yang dikutip dalam kitab al-Manhajus Sawi,
oleh al-allamah al-Muhaqqiq al-Habib Zain bin Ibrahim bin Smith.
Sayyidina Ali membeberkan kepada kita makna taqwa yang terbentang dalam
empat hal yaitu; الخوف
من الجليل والعمل بالتنزيل والقناعة بالقليل والإستعداد ليوم الرحيل
Bahwa taqwa adalah takut kepada Allah yang bersifat Jalal,
dan beramal dengan dasar al-Qur’an (at-tanzil) dan menerima (qona’ah) terhadap
yang sedikit, dan bersiap-siap menghadapi hari akhir perlihan (hari akhir).
Jama’ah jum’ah yang berbahagia
Pertama; Al-khaufu minal Jalil
artinya bahwa taqwa itu akan menjadikan seseorang merasa takut kepada Allah swt
yang memiliki sifat Jalal. Takut melanggar berbagai aturan dan ketentuan-Nya.
Sehingga apapun yang akan diperbuatnya selalu dipertimbangkan terlebih dahulu.
Tangan tidak akan digunakan untuk memungut benda yang bukan miliknya tanpa
izin. Kaki tidak digunakan untuk berjalan ke aarah yang salah, demikian juga
mata dan telinga tidak akan difungsikan sebagai alat mendurhakai-Nya.
Maka taqwa dalam bingkai Al-khaufu
minal Jalil, lebih bernuansa ‘penghindaran dan pencegahan’ dari pada
‘pelaksanaan’. Karena sesungguhnya ‘ketakutan’ itu akan menyebabkan seseorang
enggan melakukan tindak kesalahan. Seperti halnya seorang anak kecil yang takut
bermain air hujan karena takut kepada orang tuanya.
Kedua; wal ‘amalu bit tanzil,
menghindari sesuatu karena takut kesalahan dalam konsep taqwa tidak lantas
menjadikan seseorang tidak berbuat apa-apa, karena hal taqwa juga menuntut
tindakan baik yang berdasar pada al-Qur’an yang diturunkan (at-tanzil) sebagai
pedoman hidup dan dasar bersyariat bagi kaum muslim.
Maka segala ‘amal orang yang
bertaqwa berdasar pada al-Qur’an, dan mereka tidak akan melakukan sesuatu
secara serampangan tanpa adanya dalil yang mendasarinya baik al-Qur’an, Hadits,
Ijam’ maupun qiyas.
Jama’ah jum’ah yang Dimuliakan Allah
Ketiga; al-Qana’atu bil
Qalil, artinya orang yang bertaqwa akan selalu merasa cukup dengan rizki
yang sedikit, sesungguhnya orang yang memiliki rizqi yang sedikit dan merasa
cukup dengan rizqi tesebut adalah bukti sekaligus tanda bahwa orang itu
dicintai oleh Allah swt. Sebagaimana yang disabdakan rasulullah saw.
إن الله إذا أحب عبدا رزقه كفافا
Bahwa jika Allah mencintai seorang
hamba ia akan memberikan rizki yang pas-pasan kepadanya.
Artinya pas-pasan adalah tidak
memiliki kelebihan selain untuk menutupi kebutuhan pokoknya, inilah tanda orang
taqwa yang dicintai Allah swt. Oleh karena itu dalam kenyataannya tidak
seorangpun hamba yang hidup pas-pasan bertindak secara berlebihan, berhura-hura
dan doyan belanja. Karena berbagai macam keglamouran hidup itu sangat dibenci
oleh Allah swt. menyebabkan manusia melupakan Tuhannya. Itulah bukti hamba itu
dicintai oleh Allah.
Berbeda sekali dengan seorang yang
memiliki limpahan harta yang berlebih. Maka di kala waktu luang setan akan
segera menghampirinya dan membujuk untuk berbuat hura-hura, jalan-jalan
berekreasi ke tepi pantai atau santai santai di menikmati keremangan malam atau
malah mencari kesibukan diluar pengetahuan pasangannya. Sesungguhnya Allah
tidak mencintai orang-orang yang sepertin ini.
Maka menjadi amat penting
memeperhatikan sabda Rasulullah saw selanjutnya yang berbunyi:
طوبى
لمن هدي الإسلام وكان رزقه كفافا ورضي به
Beruntung sekali orang (yang
mendapatkan petunjuk)Islam, yang mempunyai rizqi pas-pasan dan rela dengan
rizqi (yang pas-pasan) itu.
Ridhda atau rela dengan kesedikitan
itu menjadi satu sarat tersendiri. Sebagai pertandanya orang tersebut tidak
pernah berkeluh-kesah akan keadaanya. Banyak sekali hamba yang merasa cukup
dengan rizqi yang diterimanya, saying sekali ia sering keluhan-keluhan.
Sesungguhnya hal yang demikian itu mengurangi ketaqwaan.
Dan keempat, al-isti’dadu li
yaumir rakhil, adalah bersiap-siap menghadapi hari perpindahan. Perpindahan
dari alam dunia ke alam kubur lalu ea lam akhirat. Artinya segala amal
orang yang bertaqwa senantiasa dalam ranga menyiapkan diri akan hadirnya hari
kematian. yaitu hari keberangkatan dari alam dunia menuju alam akhirat.
Oleh karena itu ketika Rasulullah
ditanya “siapakah manusia yang paling cerdas dan paling mulia di hadapan
Allah?” beliau menjawab mereka adalah manusia yang أكثرهم ذكرا للموت وأشدهم إستعدادا له Manusia yang paling banyak mengingat kematian dan paling
semangat mempersiapka diri menghadapinya.
Ini juga merupakan tuntunan praktis
bagi umat muslim meningkatkan ketaqwaannya, yaitu selalu mengingat kematian
Karena, seorang yang mengingat kematian ia tidak akan mudah terjerumus dalam
kubangan dosa.
Demikianlah khotbah jum’ah kali ini.
Semoga bermanfaat bagi kita semua.
بَارَكَ
اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإيَّاكُمْ ِبمَا
ِفيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذكْر ِالْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ
تِلاَوَتَهُ إنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ
وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ
اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ
سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ.
اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ
وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًااَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ
اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَىوَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ
اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ
بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ
النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا
تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ
وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ
الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ
الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ
اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ
الرَّاحِمِيْنَاَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ
وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ
اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ
عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ
خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى
يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ
وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا
وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ
اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى
الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا
لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا
بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ
وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ
اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ
اللهِ اَكْبَرْ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar