MODEL PEMBELAJARAN
CTL
I.
Latar Belakang
Salah satu
strategi pembelajaran yang dikembangkan dengan tujuan agar pembelajaran
berjalan dengan produktif dan bermakna bagi siswa adalah strategi pembelajaran
kontekstual (Contextual Teaching and Learning)
yang selanjutnya disebut CTL. Strategi CTL fokus pada siswa sebagai pembelajar
yang aktif, dan memberikan rentang yang luas tentang peluang-peluang belajar
bagi mereka yang menggunakan kemampuan-kemampuan akademik mereka untuk
memecahkan masalah-masalah kehidupan nyata yang kompleks.
Kenyataan
menunjukkan bahwa sebagian besar siswa tidak mampu menghubungkan antara materi
yang mereka pelajari dengan pemanfaatannya dalam kehidupan nyata. Pemahaman
konsep akademik yang dimiliki siswa hanyalah merupakan sesuatu yang abstrak,
belum menyentuh kebutuhan praktis kehidupan siswa. Pembelajaran secara
konvensional yang diterima siswa hanyalah penonjolan tingkat hafalan dari sekian
macam topik, tetapi belum diikuti dengan pengertian dan pemahaman yang mendalam
yang bisa diterapkan ketika mereka berhadapan dengan situasi baru dalam
kehidupannya.
Landasan
filosofis CTL adalah konstruktivisme yaitu filosofi belajar yang menekankan
bahwa belajar tidak hanya sekadar menghafal, tetapi merekonstruksikan atau
membangun pengetahuan dan keterampilan baru lewat fakta-fakta atau proposisi
yang mereka alami dalam kehidupannya. Pendekatan ini selaras dengan konsep
kurikulum berbasis kompetensi yang diberlakukan saat ini dan secara operasional
tertuang pada KTSP. Kehadiran kurikulum berbasis kompetensi juga dilandasi oleh
pemikiran bahwa berbagai kompetensi akan terbangun secara mantap dan maksimal
apabila pembelajaran dilakukan secara kontekstual.
II. PEMBAHASAN
A. Pengertian
Pembelajaran Kontekstual
Menurut Nur
Hadi CTL
(Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang mendorong
guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata
siswa. Menurut Jonhson CTL adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan untuk
menolong para siswa melihat siswa melihat makna didalam materi akademik yang
mereka pelajari dengan cara menghubungkan subyek-subyek akademik dengan konteks
dalam kehidupan keseharian mereka.
Jadi
pengertian CTL dari pendapat para tokoh-tokoh diatas dapat kita simpulkan bahwa
CTL adalah konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang
diajarkanya dengan situasi kehidupan sehari-hari dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan
sehari-hari.
B. Tujuan
Pembelajaran Kontekstual
Model
pembelajaran CTL ini bertujuan untuk memotivasi siswa untuk memahami makna
materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan
konteks kehidupan mereka sehari-hari sehingga siswa memiliki pengetahuan atu
ketrampilan yang secara refleksi dapat diterapkan dari permasalahan kepermasalahan
lainya.
1. Model
pembelajaran ini bertujuan agar dalam belajar itu tidak hanya sekedar menghafal
tetapi perlu dengan adanya pemahaman
2. Model
pembelajaran ini menekankan pada pengembangan minat pengalaman siswa.
3. Model
pembelajaran CTL ini bertujuan untuk melatih siswa agar dapat berfikir kritis
dan terampil dalam memproses pengetahuan agar dapat menemukan dan menciptakan
sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya sendiri dan orang lain
4. Model
pembelajaran CTL ini bertujun agar pembelajaran lebih produktif dan bermakna
5. Model
pembelajaran model CTL ini bertujuan untuk mengajak anak pada suatu aktivitas
yang mengkaitkan materi akademik dengan konteks jehidupan sehari-hari
6. Tujuan
pembelajaran model CTL ini bertujuan agar siswa secara indinidu dapat menemukan
dan mentrasfer informasi-informasi komplek dan siswa dapat menjadikan informasi
itu miliknya sendiri.
C. Karakteristik
Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran dengan pendekatan
kontekstual mempunyai karakteristik sebagai berikut :
a.
Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks autentik, yaitu pembelajaran yang
diarahkan pada ketercapaian keterampilan dalam konteks kehidupan nyata atau
pembelajaran yang dilaksanakan dalam lingkungan yang alamiah.
b. Pembelajaran memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengerjakan tugas-tugas yang bermakna.
c. Pembelajaran dilaksanakan dengan
memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.
d. Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja
kelompok, berdiskusi, saling mengoreksi antar teman.
e. Pembelajaran memberikan kesempatan
untuk menciptakan rasa kebersamaan, bekerja sama, dan saling memahami antara
satu dengan yang lain secara mendalam.
f. Pembelajaran dilaksanakan secara aktif,
kreatif, produktif, dan mementingkan kerja sama.
g. Pembelajaran dilaksanakan dalam situasi
yang menyenangkan.
Secara lebih sederhana karakteristik
pembelajaran kontekstual dapat dinyatakan menggunakan sepuluh kata kunci yaitu:
kerja sama, saling menunjang, menyenangkan, belajar dengan gairah, pembelajaran
terintegrasi, menggunakan berbagai sumber, siswa aktif, sharing dengan teman, siswa kritis dan guru kreatif.
D. Implementasi
Pembelajaran Kontekstual di Kelas
Pendekatan
CTL memiliki tujuh komponen utama. Kelas dikatakan menerapkan CTL jika
menerapkan ke tujuh komponen tersebut dalam pembelajarannya. Untuk lebih jelasnya uraian setiap komponen utama
CTL dan penerapannya dalam pembelajaran adalah sebagai berikut sebagai berikut:
a. Kontruktivisme (Constructivism)
Komponen ini merupakan landasan berfikir pendekatan CTL. Pembelajaran
konstruktivisme menekankan terbangunnya pemahaman sendiri secara aktif, kreatif
dan produktif berdasarkan pengetahuan terdahulu dan dari pengalaman belajar
yang bermakna. Prinsip konstruktivisme yang harus dimiliki guru adalah sebagai
berikut.
1) Proses pembelajaran lebih utama dari pada hasil
pembelajaran.
2) Informasi bermakna dan relevan dengan kehidupan
nyata siswa lebih penting daripada informasi verbalistis.
3) Siswa mendapatkan kesempatan seluas-luasnya untuk
menemukan dan menerapkan idenya sendiri.
4) Siswa diberikan kebebasan untuk menerapkan
strateginya sendiri dalam belajar.
5) Pengetahuan siswa tumbuh dan berkembang melalui
pengalaman sendiri.
6) Pengalaman siswa akan berkembang semakin dalam dan
semakin kuat apabila diuji dengan pengalaman baru.
7) pengalaman siswa bisa dibangun secara asimilasi (pengetahuan baru dibangun
dari pengetahuan yang sudah ada) maupun akomodasi (struktur pengetahuan yang
sudah ada dimodifikasi untuk menyesuaikan hadirnya pengalaman baru).
b. Bertanya (Questioning)
Komponen ini merupakan strategi
pembelajaran CTL. Bertanya dalam pembelajaran CTL dipandang sebagai upaya guru
yang bisa mendorong siswa untuk mengetahui sesuatu, mengarahkan siswa untuk
memperoleh informasi, sekaligus mengetahui perkembangan kemampuan berfikir
siswa. Prinsip yang perlu diperhatikan guru dalam pembelajaran berkaitan dengan
komponen bertanya sebagai berikut.
1) Penggalian
informasi lebih efektif apabila dilakukan melalui bertanya.
2) Konfirmasi
terhadap apa yang sudah diketahui siswa lebih efektif melalui tanya jawab.
3) Dalam rangka
penambahan atau pemantapan pemahaman lebih efektif dilakukan lewat diskusi baik
kelompok maupun kelas.
4) Bagi guru,
bertanya kepada siswa bisa mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir
siswa.
5) Dalam pembelajaran
yang produktif kegiatan bertanya berguna untuk: menggali informasi, mengecek
pemahaman siswa, membangkitkan respon siswa, mengetahui kadar keingintahuan
siswa, mengetahui hal-hal yang diketahui siswa, memfokuskan perhatian siswa
sesuai yang dikehendaki guru, membangkitkan lebih banyak pertanyaan bagi diri
siswa, dan menyegarkan pengetahuan siswa.
c. Menemukan (Inquiry)
Komponen menemukan merupakan kegiatan inti CTL. Kegiatan ini diawali dari
pengamatan terhadap fenomena, dilanjutkan dengan kegiatan-kegiatan bermakna
untuk menghasilkan temuan yang diperoleh sendiri oleh siswa. Dengan demikian
pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa tidak dari hasil mengingat
seperangkat fakta, tetapi hasil menemukan sendiri dari fakta yang dihadapinya.
Prinsip yang bisa dipegang guru ketika menerapkan komponen inquiry dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
1) Pengetahuan dan keterampilan akan lebih lama
diingat apabila siswa menemukan
sendiri.
2) Informasi yang diperoleh siswa akan lebih mantap
apabila diikuti dengan bukti-bukti atau data yang ditemukan sendiri oleh siswa.
3) Siklus inquiry adalah observasi,
bertanya, mengajukan dugaan, pengumpulan data, dan penyimpulan.
4) Langkah-langkah kegiatan inquiry: merumuskan masalah; mengamati atau melakukan
observasi; menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan,
bagan, tabel, dan karya lain; mengkomunikasikan atau menyajikan hasilnya pada
pihak lain (pembaca, teman sekelas, guru, audiens yang lain).
d. Masyarakat belajar (learning community)
Komponen ini menyarankan bahwa hasil belajar sebaiknya diperoleh dari kerja
sama dengan orang lain. Hasil belajar bisa diperoleh dengan sharing antar teman, antarkelompok, dan antara yang
tahu kepada yang tidak tahu, baik di dalam maupun di luar kelas.
Prinsip-prinsip yang bisa diperhatikan guru ketika menerapkan pembelajaran yang
berkonsentrasi pada komponen learning community adalah
sebagai berikut.
1) Pada dasarnya hasil belajar diperoleh dari kerja
sama atau sharing dengan pihak lain.
2) Sharing terjadi apabila ada pihak yang saling memberi dan
saling menerima informasi.
3) Sharing terjadi apabila ada komunikasi dua atau multiarah.
4) Masyarakat belajar terjadi apabila masing-masing
pihak yang terlibat di dalamnya sadar bahwa pengetahuan, pengalaman, dan
keterampilan yang dimilikinya bermanfaat bagi yang lain.
5) Siswa yang terlibat dalam masyarakat belajar pada
dasarnya bisa menjadi sumber belajar.
e. Pemodelan (modelling)
Komponen pendekatan CTL ini menyarankan bahwa pembelajaran keterampilan dan
pengetahuan tertentu diikuti dengan model yang bisa ditiru siswa. Model yang dimaksud bisa berupa
pemberian contoh, misalnya cara mengoperasikan sesuatu, menunjukkan hasil
karya, mempertontonkan suatu penampilan. Cara pembelajaran semacam ini akan
lebih cepat dipahami siswa dari pada hanya bercerita atau memberikan penjelasan
kepada siswa tanpa ditunjukkan modelnya atau contohnya. Prinsip-prinsip
komponen modelling yang bisa diperhatikan
guru ketika melaksanakan pembelajaran adalah sebagai berikut.
1) Pengetahuan dan keterampilan diperoleh dengan mantap apabila ada model atau
contoh yang bisa ditiru.
2) Model atau contoh bisa diperoleh langsung dari
yang berkompeten atau dari ahlinya.
3) Model atau contoh bisa berupa cara mengoperasikan
sesuatu, contoh hasil karya, atau model penampilan.
f. Refleksi (reflection)
Komponen yang merupakan bagian
terpenting dari pembelajaran dengan pendekatan CTL adalah perenungan kembali
atas pengetahuan yang baru dipelajari. Prinsip-prinsip dasar yang perlu
diperhatikan guru dalam rangka penerapan komponen refleksi adalah sebagai
berikut.
1) Perenungan atas
sesuatu pengetahuan yang baru diperoleh merupakan pengayaan atas pengetahuan
sebelumnya.
2) Perenungan
merupakan respons atas kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru
diperolehnya.
3) Perenungan bisa
berupa menyampaikan penilaian atas pengetahuan yang baru diterima, membuat
catatan singkat, diskusi dengan teman sejawat, atau unjuk kerja.
g. Penilaian autentik (authentic assessment)
Komponen yang merupakan ciri
khusus dari pendekatan kontekstual adalah proses pengumpulan berbagai data yang
bisa memberikan gambaran atau informasi tentang perkembangan pengalaman belajar
siswa. Gambaran perkembangan pengalaman siswa ini perlu diketahui guru setiap
saat agar bisa memastikan benar tidaknya proses belajar siswa. Prinsip dasar yang perlu menjadi perhatian
guru ketika menerapkan komponen penilaian autentik dalam pembelajaran adalah
sebagai berikut.
1) Penilaian autentik
bukan menghakimi siswa, tetapi untuk mengetahui perkembangan pengalaman belajar
siswa.
2) Penilaian
dilakukan secara komprehensif dan seimbang antara penilaian proses dan hasil.
3) Guru menjadi
penilai yang konstruktif (constructive evaluators) yang
dapat merefleksikan bagaimana siswa belajar, bagaimana siswa menghubungkan apa
yang mereka ketahui dengan berbagai konteks, dan bagaimana perkembangan belajar
siswa dalam berbagai konteks belajar.
4) Penilaian autentik
memberikan kesempatan siswa untuk dapat mengembangkan penilaian diri (self-assessment) dan penilaian sesama (peer assessment).
E. Strategi
Pembelajaran CTL
Beberapa
strategi pembelajaran yang perlu dikembangkan oleh guru secara konstektual
antara lain:
1) Pembelajaran
berbasis masalah
Dengan memunculkan problem yang
dihadapi bersama,siswa ditantang untuk berfikir kritis untuk memecahkan.
2) Menggunakan
konteks yang beragam
Dalam CTL guru membermaknakan
pusparagam konteks sehingga makna yang diperoleh siswa menjadi berkualitas.
3) Mempertimbangkan
kebhinekaan siswa
Guru mengayomi individu dan
menyakini bahwa perbedaan individual dan social seyogianya dibermaknakan
menjadi mesin penggerak untuk belajar saling menghormati dan toleransi
untuk mewujudkan ketrampilan interpersonal.
4) Memberdayakan
siswa untuk belajar sendiri
Pendidikan formal merupakan kawah
candradimuka bagi siswa untuk menguasai cara belajar untuk belajar mandiri
dikemudian hari.
5) Belajar
melalui kolaborasi
Dalam setiap kolaborasi selalu
ada siswa yang menonjol dibandingkan dengan koleganya dan sisiwa ini dapat
dijadikan sebagai fasilitator dalam kelompoknya.
6) Menggunakan
penelitian autentik
Penilaian autentik menunjukkan
bahwa belajar telah berlangsung secara terpadu dan konstektual dan memberi
kesempatan pada siswa untuk dapat maju terus sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
7) Mengejar
standar tinggi
Setiap seyogyanya menentukan
kompetensi kelulusan dari waktu kewaktu terus ditingkatkan dan setiap
sekolah hendaknya melakukan Benchmarking dengan melukan study banding
keberbagai sekolah dan luar negeri.
Berdasarkan Center
for Occupational Research and Development (CORD) Penerapan strategi
pembelajaran konstektual digambarkan sebagai berikut:
1)
Relating
Belajar dikatakan dengan konteks
dengan pengalaman nyata, konteks merupakan kerangka kerja yang dirancang
guru untuk membantu peserta didik agar yang dipelajarinya bermakna.
2)
Experiencing
Belajar adalah kegiatan
“mengalami “peserta didik diproses secara aktif dengan hal yang dipelajarinya
dan berupaya melakukan eksplorasi terhadap hal yang dikaji,berusaha menemukan
dan menciptakan hal yang baru dari apa yang dipelajarinya.
3)
Applying
Belajar menekankan pada proses
mendemonstrasikan pengetahuan yang dimiliki dengan dalam konteks dan
pemanfaatanya.
4)
Cooperative
Belajar merupakan proses
kolaboratif dan kooperatif melalui kegiatan kelompok, komunikasi interpersonal
atau hubunngan intersubjektif.
5)
Trasfering
Belajar menenkankan pada
terwujudnya kemampuan memanfaatkan pengetahuan dalam situasi atau konteks baru.
F. Kelemahan
dan Kelebihan Model Pembelajran CTL
Kelebihan CTL :
1. Belajar
menjadi lebih bermakana dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap
hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata.
2. Pembelajaran
lebih produktif dan mampu menumpuhkan penguatan konsep kepada siswa karena
pembelajaran CTL menganut aliran kontruktinisme: dimana seorang siswa
diharapkan belajar melalui “ mengalami” bukan “ menghafal”.
Kelemahan CTL :
1. Guru
lebih intensif dalam membimbing karena dalam CTL guru tidak lagi berperan
sebagai pusat informasi
2. Tugas
guru mengelola sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan pengetahuan
dan ketrampilan yang baru bagi siswa.
G. Aplikasi Model
Pembelajaran CTL di Kelas pada Materi Cahaya
1. Konsep Esensial Sifat-sifat Cahaya
Pengertian Cahaya
Cahaya merupakan gelombang elektromagnetik
yang dapat merambat dalam vakum (ruang hampa udara). Cepat rambat cahaya dalam
ruang hampa udara adalah 300 juta meter/detik atau 3 x 108
meter/detik. Pada spektrum gelombang elektromagnetik, cahaya mempunyai panjang
gelombang antara 4000 Angstrom – 7600 Angstrom.
Sumber Cahaya
Benda-benda yang dapat memancarkan cahaya sendiri disebut sumber cahaya.
Sumber cahaya yang kita lihat sehari-hari dapat dibedakan menjadi 2, yaitu
:
·
Sumber cahaya alami, misalnya
matahari dan bintang-bintang di angkasa.
·
Sumber cahaya buatan, sumber
cahaya yang diciptakan manusia, misalnya : lampu pijar atau lampu tabung (tube
lamp)
Sifat-sifat Cahaya
Cahaya yang dipancarkan oleh sumber cahaya
mempunyai sifat merambat lurus, menembus benda bening, dapat dipantulkan dan
dibiaskan. Cahaya dapat menerobos beberapa bahan, seperti air atau kaca.
Benda-benda seperti itu disebut benda transparan atau benda bening dan kita
melihat melalui benda-benda tersebut. Bahan-bahan lain, sperti logam dan
kertas, cahaya tidak dapat menerobosnya. Bahan-bahan tersebut dinamakan opaque
atau benda buram. Contohnya planet, bulan, batu. Bayang-bayang akan muncul di
belakang benda buram, ketika sinar cahaya mengenainya. Bayang-bayang terbentuk
karena cahaya merambat melalui garis lurus dan tidak bisa membelok di sekitar
sudut-sudut benda.
Bayang-bayang merupakan daerah gelap di
belakang benda-benda tak tembus cahaya. Bayang-bayang yang terbentuk dapat
dibedakan menjadi 2 macam, yaitu bayang-bayang gelap (umbra) dan bayang-bayang
kabur (penumbra).
Pemantulan
Ketika cahaya mengenai suatu permukaan
atau sebuah benda mereka terpantul kembali. Hal ini disebut pemantulan.
Pemantulan cahaya ada 2 jenis yaitu pemantulan baur (pemantulan difus) dan
pemantulan teratur. Pemantulan baur terjadi apabila cahayamengenai permukaan
yang kasar atau tidak rata. Pada pemantulan ini, sinar pantul arahnya ridak
beraturan. Sementara itu, pemantulan teratur terjadi jika cahaya mengenai
permukaan yang rata, licin, dan mengkilap. Permukaan yang memiliki sifat
seperti ini misalnya cermin. Pada pemantulan ini, sinar pantul memiliki arah
yang teratur.
Pembiasan Cahaya
Kecepatan rambat cahaya berbeda pada bahan
atau medium yang berbeda. Cepat rambat cahaya berkurang pada medium kaca atau
air dibanding kecepatannya di udara. Ketika kecepatan rambat cahaya berkurang,
arah rambatnya pun berubah sedikit. Hal ini disebut sebagai pembiasan dan itu
membuat berkas cahaya seolah-olah membelok pada bidang dimana 2 medium bertemu.
2. Fakta, Konsep, dan Prinsip
Konsep Cahaya :
Konsep Pemantulan Cahaya
Beberapa fakta yang mendukung diantaranya adalah :
·
Kita dapat melihat benda
karena adanya cahaya yang dipantulkan benda dan diterima mata kita.
·
Ketika siang hari di dalam
ruangan rumah tetap terang karena adanya cahaya matahari yang dipantulkan.
·
Kaca mobil memantulkan cahaya
matahari dan mengenai mata kita.
·
Ketika bercermin, pantulan
cahaya dari cermin menuju mata kita.
Konsep Pembiasan Cahaya
Beberapa fakta yang mendukung diantaranya adalah :
·
Pensil tampak patah jika
dimasukkan ke dalam gelas berisi air.
·
Kolam renang terkesan
dangkal.
·
Ikan terlihat lebih besar
pada akuarium yang berbentuk bulat.
·
Lensa cembung atau bola kaca
dapat mengumpulkan sinar matahari.
Konsep Cahaya Merambat Lurus
Beberapa fakta yang mendukung diantaranya :
·
Berkas cahaya yang masuk
rumah dari sela-sela atap rumah.
·
Kita hanya dapat melihat
benda-benda yang berada di depan kita.
·
Cahaya memasuki lubang kamera
yang kecil dan membentuk bayangan.
Konsep Energi Cahaya
Beberapa fakta yang mendukung diantaranya :
·
Tumbuhan mampu hidup jika
mendapat cahaya matahari yang cukup.
·
Cahaya matahari membantu
mengeringkan baju yang basah.
·
Cahaya matahari ditangkap
dengan panel dan diubah menjadi energi listrik.
Prinsip Cahaya :
Prinsip Pemantulan
Pemantulan terjadi dengan prinsip-prinsip tertentu. Sinar datang, garis
normal, dan sinar pantul berada dalam satu bidang datar. Sudut datang
samadengan sudut pantul. Fakta dalam kehisupan menunjukkan jika berkas cahaya
dijatuhkan dari satu sisi, pemantulannya akan jatuh pada sisi yang lain.
Prinsip Pembiasan
Pembiasan terjadi dengan prinsip-prinsip tertentu. Sinar datng, garis
normal dan sinar bias berada pada satu bidang datar. Pembiasan dari
mediumkurang rapat menuju medium lebih rapat akan mendekati garis normal dan
sebaliknya dari rapat menuju kurang rapat akan menjauhi garis normal. Jika kita
melihat ikan dalam akuarium berbentuk bulat, ikan akan terlihat lebih besar.
PENUTUP
Kesimpulan
Metode pembelajaran CTL merupakan konsep
belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkanya dengan
situasi kehidupan sehari-hari dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari.
Pendekatan
CTL memiliki tujuh komponen utama. Kelas dikatakan menerapkan CTL jika
menerapkan ke tujuh komponen tersebut dalam pembelajarannya, tujuh komponen tersebut adalah :
1. Kontruktivisme (Contructivism)
2. Bertanya (Questioning)
3. Menemukan (Inquiry)
4. Masyarakat Belajar (Learning Community)
5. Pemodelan (Modelling)
6. Refleksi (Reflection)
7. Penilaian Autentik (Authentic Assesment)
PUSTAKA
Suwarna,
dkk. 2005. Pengajaran Mikro. Yogyakarta : Tiara Wacana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar