FONOLOGI BAHASA
INDONESIA
BAB I : PRODUKSI BUNYI-BUNYI BAHASA
PENGERTIAN,
KAJIAN DAN PRODUKSI BUNYI BAHASA
A. Pengertian
bunyi bahasa
Bunyi bahasa
adalah bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bunyi bahasa dapat pula
diartikan sebagai bunyi yang diartikulasikan yang menghasilkan gelombang bunyi
sehingga dapat diterima oleh telinga manusia.
B. Kajian bunyi
bahasa
Fonetik
merupakan kajian mengenai bunyi bahasa. Berdasarkan proses terjadinya, fonetik
dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu :
a. Fonetik
artikulatoris
Fonetik artikulatoris adalah fonetik yang mempelajari
bagaimana mekanisme alat-alat ucap manusia menghasilkan bunyi bahasa serta
pengklasifikasian bahasa berdasarkan artikulasinya.
b. Fonetik akustis
Fonetik akustis mempelajari bunyi bahasa yang berupa
getaran udara dan mengkaji tentang frekuensi getaran bunyi, amplitudo,
intensitas dan timbrenya.
c. fonetik
auditoris
Fonetik auditoris mempelajari bagaimana mekanisme telinga
menerima bunyi sebagai hasil dari udara yang bergetar.
C. Produksi
bunyi bahasa
Dalam proses
pembentukan bunyi bahasa ada tiga faktor yang terlibat, yaitu :
1. sumber tenaga (
udara yang dihembusjan oleh paru-paru )
2. alat ucap yang
dilewati udara dari paru-paru ( batang tenggorok, kerongkongan, rongga mulut
dan rongga hidung )
3. artikulator (
penghambat )
Proses pembentukan bahasa melibatkan empat komponen,
yaitu proses aliran udara, proses fonansi, proses artikulasi dan proses
orsonal. Produksi bunyi melibatkan alat-alat ucap di sekitar mulut, hidung dan tenggorokan.
Namun, pada dasrnya alt ucap terdiri atas paru-paru, kerongkongan,
langit-langit,gusu dalam, gigi,bibir dan lidah.
KLASIFIKASI
BUNYI BAHASA
A. Berdasarkan
ada tidaknya artikulasi
a. Vokal, yaitu
bunyi bahasa yang tidak mengalami hambatan pada saat pembentukannya.
b. Konsonan, yaitu
bunyi bahasa yang dibentuk dengan menghambat arus udara pada sebagian alat
ucap.
c. Semi-vokal,
yaitu bunyi yang sebenarnya tergolong konsonan tetapi pada saat diartikulasikan
belum membentuk konsonan murni.
B. Berdasarkan
jalan keluarnya arus udara.
a. Bunyi nasal,
yaitu bunyi yang dihasilkan dengan menutup arus udara ke luar melalui rongga
mulut dan membuka jalan agar arus udara dapat keluar melalui rongga hidung.
b. Bunyi oral,
yaitu bunyi yang dihasilkan dengan jalan mengangkat ujung anak tekak mendekati
langit-langit lunak untuk menutupi rongga hidung, sehingga arus udara keluar
melalui mulut.
C. Berdasarkan
ada tidaknya ketegangan arus udara saat bunyi di artikulasikan.
a. Bunyi keras
(fortis), yaitu bunyi bahasa yang pada waktu diartikulasikan disertai
ketegangan kuat arus.
b. Bunyi lunak
(lenis), yaitu bunyi yang pada waktu diartikulasikan tidak disertai ketegangan
kuat arus.
D. Berdasarkan
lamanya bunyi diucapkan atau diartikulasikan
a. Bunyi panjang
b. Bunyi pendek
E. Berdasarkan
derajat kenyaringannya, bunyi dibedakan menjadi bunyi nysaring dan bunyi tak
nyaring. Derajat kenyaringan ditentukan oleh luas atau besarnya ruang resonansi
pada waktu bunyi diucapkan. Makin luas ruang resonansi saluran bicara waktu membentuk
bunti, makin tinggi derajat kenyaringannya. Begitu pula sebaliknya.
F, Berdasarkan
perwujudannya dalam suku kata
a. Bunyi tunggal,
yaitu bunyi yang berdiri sendiri dalam satu suku kata (semua bunyi vokal atau
monoftong dan konsonan).
b. Bunyi rangkap,
yaitu dua bunyi atau lebih yang terdapat dalam satu suku kata. Bunyi rangkap
terdiri dari
- Diftong (vokal
rangkap) : [ai], [au] dan [oi].
- Klaster (gugus
konsonan) : [pr], [kr], [tr] dan [bl].
G. Berdasarkan
arus udara
a. Bunyi egresif,
yaiyu bunyi yang dibentuk dengan cara mengeluarkan arus udara dari dalam
paru-paru. Bunyi egresif dibedakan menjadi :
- Bunyi egresif
pulmonik : dibentuk dengan mengecilkan ruang paru-paru,otot perut dan rongga
dada.
- Bunyi egresif
glotalik : terbentuk dengan cara merapatkan pita suara sehingga glotis dalam
keadaan tertutup.
b. Bunyi ingresif,
yaitu bunyi yang dibentuk dengan cara menghisap udara ke dalam paru-paru. Bunyi
ingresif dibedakan menjadi :
- Ingresif
glotalik : pembentukannya sama dengan egresif glotalik tetapi berbeda pada arus
udara.
- Ingresif
velarik : dibentuk dengan menaikkan pangkal lidah ditempatkan pada
langit-langit lunak.
PEMBENTUKAN
VOKAL
A. Berdasarkan
posisi bibir
a. Vokal bulat,
yaitu vokal yang diucapkan dengan bentuk bibir bulat. Misalnya, vokal [u], [o]
dan [a].
b. Vokal tak
bulat, yaitu vokal yang diucapkan dengan bentuk bibir tidak bulat atau melebar.
Misalnya, [I], [e] dan [¶].
B. Berdasarkan
tinggi rendahnya lidah
a. Vokal tinggi,
yaitu vokal yang dibentuk jika rahang bawah merapat ke rahang atas : [I] dan
[u].
b. Vokal madya ,
yaitu vokal yang dibentuk jika rahang bawah menjauh sedikit dari rahang atas :
[a] dan [¶].
c. Vokal rendah,
yaitu vokal yang dibentuk jika rahang bawah dimundurkan lagi sejauh-jauhnya :
[a].
C. Berdasarkan
maju mundurnya lidah
a. Vokal depan,
yaitu vokal yang dihasilkan oleh gerakan naik turunnya lidah bagian depan : [i]
dan[e].
b. Vokal tengah,
yaitu vokal yang dihasilkan oleh gerakan lidah begian tengah : [a] dan [¶].
c. Vokal belakang,
yaitu vokal yang dihasilkan oleh gerakan naik turunnya lidah bagian belakang :
[u] dan [o].
D. Berdasarkan
strikturnya
Striktur adalah
keadaan hubungan posisional artikulator (aktif) dengan artikulator pasif atau
titik artikulasi. Dilihat dari strikturnya, vokal dibedakan menjadi :
a. Vokal tertutup,
yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah diangkat setinggi mungkin mendekati
langit-langit dalam batas vokal. [i] dan [u].
b. Vokal semi
tertutup, yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah diangkat duapertiga di atas
vokal paling rendah : [e] dan[o].
c. Vokal semi
terbuka, yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah diangkat dalam ketinggian
sepertiga di atas vokal paling rendah :[Î] dan [o].
d. Vokal terbuka,
yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah dalam posisi aerendah mingkin : [a] dan [A].
PEMBENTUKAN
KONSONAN
A. Berdasarkan
daerah artikulasinya (striktur)
a. Konsonan
bilabial, yaitu konsonan yang dihasilkan dengan mempertemukan kedua belah bibir
yang bersama-sama bertindak sebagai artikulator dan titik artikulasi : [p],
[b], [m] dan [w].
b. Konsonan
labiodental, yaitu konsonan yang dihasilkan dengan mempertemukan gigi atas
sebagai titik artikulasi dan bibir bawah sebagai artikulator : [f] dan [v].
c. Konsonan
apiko-dental, yaitu konsonan yang dihasilkan oleh ujung lidah sebagai artikulator
dan daerah antar gigi (dents) sebagai titik artikulasi : [t], [d] dan [n].
d. Konsonan
apiko-alveolar, yaitu konsonan yang dihasilkan oleh ujung lidah sebagai
arikulator dan lengkung kaki gaga (alveolum) sebagai titik artikulasi : [s],
[z[, [r] dan [l].
e. Konsonan paltal
(lamino-palatal), yaitu konsonan yang dihasilkan oleh bagian tengah lidah
(lamina) sebagai artikulator dan langit-langit keras (plantum) sebagai titik
artikulasi : [c], [j], [S], [n] dan [y].
f. Konsonan velar
(dorso-velar), yaiti konsonan yang dihasilkan oleh belakang lidah (dorsum)
sebagai artikulator dan langit-langit lembut sebagai titik artikulasi : [k],
[g], [x] dan [h].
g. Konsonan glotal
atau hamzah, yaitu konsonan yang dibentuk oleh posisi pita suara sama sekali
merapat sehingga menutup glotis : [?]
h. Konsonan
laringal, yaitu konsonan yang dibentuk dengan pita suara terbuka lebar sehingga
udara keluar dan digesekan melalui glotis : [h].
B. Berdasarkan
cara artikulasinya
a. Konsonan hambat
(stop), yaitu konsonan yang dihasilkan dengan cara menghalangi sama sekali
udara pada daerah artikulasi : [p], [t], [c],[k], [d], [j], dan [g].
b. Konsonan geser
(frikatif), yaitu konsonan yang dibentukmdengan cara menggesekkan udara yang
keluar dari paru-paru : [h], [s], [S], [z] dan [x].
c. Konsonan
likuida (lateral), yaitu konsonan yang dihasilkan dengan menaikkan lidah ke
langit-langit sehingga udara terpaksa diaduk dan dikeluarkan melalui kedua sisi
lidah : [l].
d. Konsonan getar
(trill), yaitu konsonan yang dihasilkan dengan cara menjauhkan dan mendekatkan
lidah ke alveolum dengan cepat dan berulang-ulang : [r].
e. Semi vokal,
yaitu konsonan yang pada saat diartikulasikan belum membentuk konsonan murni :
[w] dan [y].
C. Berdasarkan
posisi pita suara
a. Konsonan
bersuara,yaitu konsonan yang terjadi jika ydara yang keluar dari rongga ujaran
turut menggetarkan pita suara : [b], [m], [v], [d], [r], [n], [j], [h], [g] dan [r].
b. Konsonan tak
bersuara, yaitu konsonan yang terjadi jika udara yang keluar dari rongga ujaran
tidak menggetarkan pita suara : [p], [t], [c], [k], [?], [f], [S], [x] dan [h].
D. Berdasarkan
jalan keluarnya udara
a. Konsonan
nasal,yaitu konsonan yang terjadi jika udara keluar melalui rongga hidung :
[m], [n] dan [h}.
b. Konsonan oral,
yaitu konsonan yang terjadi jika udara keluar melalui rongga mulut, contohnya
adalah semua konsonan selain pada konsonan nasal.
BAB II : Pengaruh Bunyi Bahasa
PENGARUH DAN
PEMENGARUH BUNYI BAHASA
A. Proses
Asimilai
Proses
asimilasi adalah pengaruh yang mempengaruhi bunyi tanpa mempengaruhi identitas
fonem dan terbatas pada asimilasi fonetis saja. Berdasarkan arah pengaruh
bunyinya, proses asimilasi dibedakan menjadi :
a. Asimilasi
Progresif, yaitu proses asimilasi yang terjadi apabila arah pengaruhnya ke
depan
b. Asimilasi
Regresif, yaitu proses asimilasi yang terjadi apabila arah pengaruhnya ke
belakang.
B. Artikulasi
penyerta
Proses pengaruh
bunyi yang disebabkan oleh artikulasi ini dibedakan menjadi :
a. Labialisasi,
yaitu pembulatan bibir pada artikulasi primer sehingga terdengar binyi semi-vokal
[w] pada bunyi utama tersebut. Misalnya, bunyi [t] pada kata tujuan terdengar
sebagai bunyi [tw].
b. Retrofleksi,
yaitu penarikan ujung lidah ke belakang pada artikulasi primer, sehingga
terdengar bunyi [r] pada bunyi utama. Misalnya, [kr] dari bunyi [k]
pada kata kardus.
c. Palatalisasi,
yaitu pengangkatan daun lidah ke arah langhit-langit keras pada artikulasi
primer. Misalny bunyi [p] pada kata piara terdengarsebagai [py].
d. Velarisasi,
yaitu pengangkatan pangkal lidah ke arah langit-langit lunak pada artikulasi
primer. Misalnya, bunyi [m] pada kata mahluk terdengar sebagai [mx].
e. Glotalisasi,
yaitu proses penyerta hambatan pada glottis atau glottis tertutup rapat sewaktu
artikulasi primer diucapkan. Vokal dalam bahasa Indonesia sering diglotalisasi.
Misalnya, bunyi [o] pada kata obat terdengar sebagai [?o].
C. Pengaruh
bunyi karena distribusi
Pengaruh bunyi
karena distribusi menimbulkan proses-proses sebagai berikut :
a. Aspirasi, yaitu
pengucapan suatu bunyi disertai dengan hembusan keluarnya udara dengan kuat
sehingga terdengar bunyi [h]. Misalnya, konsonan letup bersuara [b,d,j,g]
terdengar sebagai [bh,dh,jh,gh].
b. Pelepasan,
yaitu pengucapan bunyi hambat letup yang seharusnya dihambat tetapi tidak
dihambat dan dengan serentak bunyi berikutnya diucapkan. Pelepasan dibedakan
menjadi tiga, yaitu :
- lepas tajam
atau lepas penuh, yaitu pelepasan alat-alat artikulasi dari titik artikulasinya
yang terjadi secara tajam ataw secara penuh.
- Lepas nasal,
yaitu suatu pelepasan yang terjadi karena adanya bunyi nasal didepannya.
- Lepas sampingan
, yaitu pelepasan yang terjadi karena adanya bunyi sampingan didepannya.
- Pemgafrikatan ,
yaitu suatu keadaan yang terjadi jika bunyi letup hambat yang seharusnya
dihambat dan diletupkan tidak dilakukan, melainkan setelah hambatan dilepaskan
secara bergeser dan pelan-pelan.
D. Kehomorganan
Kehomorganan
yaitu konsonan yang mempiunyai sifat khusus. Terdapat dua jenis kehomorganan,
yaitu :
a. Kehomorganan
penuh
kehomorganan
penuh adalah kehomorganan yang muncul akibat perbedaan bunyi.
b. Kehomorganan
sebagian
adalah
kehomorganan yang muncul apabila perbedaan diantara pasangan fonem tersebut
pada cara artikulasinya, sedangkan daerah artikulasinya sama.
TRANSKRIPSI
BUNYI BAHASA
Transkripsi adalah penulisan tuturan atau perubahan teks
dengan tujuan untuk menyarankan lafal bunyi, fonem, morfem atau tulisan sesuai
dengan ejaan yang berlakudalam suatu bahasa yang menjadi sasarannya.
Transkripsi dibedakan menjadi.
a. Transkripsi
fonetis, yaitu penulisan pengubahan menurut bunyi. Tanda […]
b. Transkripsi
fonemis, yaitu transkripsi bahasa menurut fonem. Tanda /…/
c. Transkripsi
fonemis, yaitu penulisan pengubahan menurut morfem. Tanda {…}
d. Transkripsi
ortografis, yaitu penulisan pengubahan menurut huruf atau ejaan bahasa yangt
menjadi tujuannya. Tanda <…>
Transliterasi
adalah penggantian huruf demi huruf dari abjad yang satu ke abjad yang lain
tanpa menghiraukan lafal bunyi kata yang bersankutan. Misalnya, transliterasi
dari aksara jawa dialihkan ke huruf abjad latin.
BUNYI
SUPRASEGMENTAL
Ciri-ciri bumyi
suprasegmental antara lain :
a. Jangka, yaitu
panjang pendeknya bunyi yang diucapkan. Tanda […]
b. Tekanan, yaitu
penonjolan suku kata dengan memperpanjang pengucapan, meninggikan nada dan
memperbesar intensitas tenaga dalam pengucapan suku kata tersebut.
c. Jeda atau
sendi, yaitu cirri berhentinya pengucapan bunyi. Sendi dibedakan menjadi:
- Sendi tambah
(+), yaitu jeda yang berada di antara dua suku kata. Ukuran panjangnya kurang
dari satu fonem.
- Sendi tunggal
(/), yaitu jeda yang berada di antara dua kata dalam frasa dengan ukuran
panjang satu fonem.
- Sendi rangkap
(//), yaitu jeda yang berada d iantara dua fungsi unsure klausa atau kalimat,
di antara subjek dan predikat.
- Sendi kepang
rangkap (#), yaitu jeda yang berada sebelum dan sesudah tuturan sebagai tanda
diawali dan diakhirinya tuturan.
d. Intonasi dan
ritme
Intonasi adalah
cirri suprasegmental yang berhubungan dengan naik turunnya nada dalam pelafalan
kalimat
Ritme adalah
cirri suprasegmental yang br\erhubungan dengan pola pemberian tekanan pada kata
dalam kalimat.
BAB III : FONEMIK : KAJIAN FONEM
PENGERTIAN DAN
PENGENALAN FONEM
A. PENGERTIAN
FONEM DAN FONEMISASI
Fonem adalah
satuan bunyi bahasa terkecil yang bersifat fungsional, artinya satuan memiliki
fungsi untuk membedakan makna.
Fonemisasi
adalah usaha untuk menemukan bunyi-bunyi yang berfungsi dalam rangka pembedaan
makna tersebut.
B. PENGENALAN
FONEM
Dalam
mengenalui fonem terdapat beberapa pokok pikiran umum yang disebut premis-premis
fonologis. Berdasarka nsifat umumnya premis-premis bahasa tersebut adalah
sebagai berikut :
a. Bunyi bahasa
mempunyai kencenderungan untuk dipengaruhi oleh lingkungannya.
b. Sistem bunyi
mempunyai kecenderungan bersifat simetris.
c. Bunyi-bunyi
bahasa yangsecara fonetis mirip harus digolongkan ke dalam kelas-kelas bunyi
(fonem) yang berbeda, apabila terdapat pertentangan di dalam lingkungan yang
sama.
d. Bunyi-bunyi
yang secara fonetis mirip dan terdapat di dalam distribusi yang komplementer,
harus dimasukkan ke dalam kelas-kelas bunyi (fonem) yang sama.
Untuk mengenal dan menentukan bunyi-bunyi bahasa yang
bersifat fungsional (fonem ),biasanya ditentukan melalui kontras pasangan
minimal. Pasangan minimal ini adalah pasangan bentuk-bentuk bahasa yang terkecil
dan bermakna pada sebuah bahasa atau kata tunggal yang secara ideal sama,
kecuali satu bunyi berbeda. Contohnya : dara dan tara à /d/ dan /t/
kalah dan galah à /k/ dan /g/
C. BEBAN
FUNGSIONAL FONEM
Dalam kajian
fonologi sering dipaparkan beban fungsional dari oposisi fonemis tertentu.
Beban oposisi rendah terdapat pada bunyi /p/ dan /f/ pada katakapan dan kafan,
sedangkan beban oposisi tinggi terdapat pada bunyi /k/ dan /g/ pada kata gita
dan kita.
REALISASI DAN
VARIASI FONEM
A. REALISASI
FONEM
Realisasi fonem
adalah pengungkapan sebenarnya dari ciri atau satuan fonologis, yaitu fonem
menjadi bunyi bahasa
1. realisasi
vokal
berdasarkan
pembentukannya, realisasi fonem vokal dibedakan sebagai berikut :
a. Fonem /i/
adalah vokal tinggi-depan-tak bulat.
b. Fonem /u/
adalah vokal atas-belakang-bulat.
c. Fonem /e/
adalah vokal sedang-depan-bulat.
d. Fonem /¶/ adalah vokal
sedang-tangah-bulat.
e. Fonem /o/
adalah vokal sedang-belakang-bulat
f. Fonem /a/
adalah vokal rendah-tengah-bulat.
2. Realisasi
konsonan
berdasarkan cara pembentukannya, realisasi fonem konsonan
dibedakan sebagai berikut :
a. Konsonan
hambat, dibedakan sebagai berikut :
- konsonan
hambat-bilabial, yaitu fonem /p/ dan /b/
- konsonan
hambat-dental, yaitu fonem /t/ dan /d/
- konsonan hambat-palatal,
yaitu /c/ dan /j/
- konsonan
hambat-velar, yaitu /k/ dan /g/
b. Konsonan Frikatif, dibedakan sebagai berikut :
- Konsonan
frikatif-labio-dental, yaitu /f/ dan /v/
- Konsonan
ferikatif-alveolar, yaitu /s/ dan /z/
- Konsonan
frikatif-palatal tak bersuara, yaitu /š/
- Konsonan
frikatif-velar tak bersuara, yaitu /x/ dan /kh/
- Konsonan
frikatif-glotal tak bersuara, yaitu /h/
c. konsonan getar-alveolar, yaitu /r/
d. konsonan lateral-alveolar, yaitu /l/
e. konsonan nasal, dibedakan dalam daerah artikulasinya
sebagai berikut :
- konsonan
nasal-bilabial, yaitu /m/
- konsonan
nasal-dental, yaitu /n/
- konsonan
nasal-palatal, yaitu /ň/
- konsonan
nasal-velar, yaitu /h/
f. semi-vokal , yaitu semivokal bilabial (/w/) dan
semivokal palatal( /y/).
B. VARIASI
FONEM
Variasi fonem
ditentukan oleh lingkungan dalam distribusi yang komplementer disebut variasi
alofonis. Variasi fonem yang tidak membedakan bentuk dan arti kata disebut
alofon.
a. Alofon vokal
- Alofon fonem /i/, yaitu
[i] jika
terdapat pada suku kata terbuka. Misalnya, [bibi]à /bibi/
[I] jika
terdapat pada suku kata tertutup. Misalnya, [karIb]à /karib/
[Iy]
palatalisasi jika diikuti oleh vokal [aou].à [kiyos]à /kios/
[ϊ] nasalisasi
jika diikuti oleh nasal. [ϊndah]à /indah/
- Alofon fonem
/ε/, yaitu
[e] jika
terdapat pada suku kata terbuka dan tidak diikuti oleh suku kata yang
mengandung
alofon [ε]. Misalnya, [sore]à /sore/
[ε] jika
terdapat pada tempat-tempat lain. Misalnya, [pεsta]à/pesta/
[¶] jika terdapat
pada posisi suku kata terbuka. [p¶ta]à/peta/
[¶] jika terdapat
pada posisi suku kata tertutup. [sent¶r]à/senter/
- Alofon fonem
/o/, yaitu
[o] jika
terdapat pada suku kata akhir terbuka. [soto]à/soto/
[É] jika terdapat
pada posisi lain. [jeblÉs]à/jeblos/
- Alofon fonem
/a/, yaitu
[a] jika
terdapat pada semua posisi suku kata.
[aku]à/aku, [sabtu]à/sabtu/
- Alofon fonem
/u/, yaitu
[u] jika
terdapat pada posisi suku kata terbuka.
[aku]à/aku/, [buka]à/buka/
[U] jika
terdapat pada suku kata tertutup.
[ampUn]à/ampun/, [kumpul]à/kumpul/
[uw]
labialisasi jika diikuti oleh[I,e,a].
[buwih]à/buih/, [kuwe]à/kue/
b. Alofon
konsonan
- fonem /p/
[p] bunyi lepas
jika diikuti vokal.
[pipi]à/pipi/, [sapi]à/sapi/
[p>]
bunyi tak lepas jika terdapat pada suku kata tertutup.
[atap>]à/atap/, [balap>]à/balap/
[b] bunyi lepas jika diikuti oleh vocal.
[babi]à/babi/, [babu]à/babu/
[p>] bunyi taklepas jika terdapat pada suku
kata tertutup, namun berubah lagi menjadi [b] jika diikuti lagi vokal.
[adap>]à/adab/, [jawap>]à/jawab/
- Fonem /t/
[t] bunyi lepas jika diikutu oleh vokal.
[tanam]à/tanam/, [tusuk]à/tusuk/
[t>]
bunyi tak lepas jika terdapat pada suku kata tertutup.
[lompat>]à/lompat/,[sakit>]à/sakit/
[d]
bunyi lepas jika diikuti vocal.
[duta]à/duta/, [dadu]à/dadu/
[t>]
bunyi hambat-dental-tak bersuara dan tak lepas jika terdapat pada suku kata
tertutup atau pada akhir kata.
[abat>]à/abad/,[murtat>]à/murtad/
-
Fonem /k/
[k]
bunyi lepas jika terdapat pada awal suku kata.
[kala]à/kala/, [kelam]à/kelam/
[k>]
bunyi tak lepas jika tedapat pada tengah kata dan diikuti konsonan lain.
[pak>sa]à/paksa/, [sik>sa]à/siksa/
[?]
bunyi hambat glottal jika terdapat pada akhir kata.
[tida?]à/tidak/, [ana?]à/anak/
-
Fonem /g/
[g]
bunyi lepas jika diikuti glottal.
[gagah]à/gagah/, [gula]à/gula/
[k>]
bunyi hambat-velar-tak bersuara dan lepas jika terdapat di akhir kata.
[beduk>]à/bedug/,[gudek>]à/gudeg/
-
Fonem /c/
[c]
bunyi lepas jika diikuti vocal.
[cari]à/cari/, [cacing]à/cacing/
-
Fonem /j/
[j]
bunyi lepas jika diikuti vocal.
[juga]à/juga/, [jadi]à/jadi/
- Fonem /f/
[j]
jika terdapat pada posisi sebelum dan sesudah vocal.
[fakir]à/fakir/, [fitri]à/fitri/
- Fonem /p/
[p]
bunyi konsonan hambat-bilabial-tak bersuara
[piker]à/piker/, [hapal]à/hapal/
- Fonem /z/
[z]
[zat]à/zat/, [izin]-à/izin/
- Fonem /š/
[š]
umumnya terdapat di awal dan akhir kata
[šarat]à/syarat/, [araš]à/arasy/
- Fonem /x/
[x]
berada di awal dan akhir suku kata.
[xas]à/khas/, [xusus]à/khusus/
- Fonem /h/
[h]
bunyi tak bersuara jika terdapat di awal dan akhir suku kata.
[hasil]à/hasil, [hujan]à/hujan/
[H]
jika berada di tengah kata
[taHu]à/tahu/, [laHan]à/lahan/
- Fonem /m/
[m] berada
di awal dan akhir suku kata
[masuk]à/masuk/, [makan]à/makan/
- Fonem /n/
[n]
berada di awal dan akhir suku kata.
[nakal]à/nakal/, [nasib]à/nasib/
- Fonem /ň/
[ň]
berada di awal suku kata
[baňak]à/banyak/, [buňi]à/bunyi/
- Fonem /Ƞ/
[Ƞ] berada di awal dan akhir suku
kata.
[Ƞarai]à/ngarai/,
[paȠkal]à/pangkal/
- Fonem /r/
[r]
berada di awal dan akhir suku kata, kadang-kadang bervariasi dengan bunyi getar
uvular [R].
[raja]
atau [Raja]à/raja/,
[karya] atau [kaRya]à/karya/
- Fonem /l/
[l]
berada di awal dan akhir suku kata.
[lama]à/lama/, [palsu]à/palsu/
- Fonem /w/
[w]
merupakan konsonan jika terdapat di awal suku kata dan semi vocal pada
akhir
suku kata.
[waktu]à/waktu/, [wujud]à/wujud/
- Fonem /y/
[y]
merupakan konsonan jika terdapat di awal suku kata dan semi vocal pada
akhir
suku kata.
[santay]à/santai/, [ramai]à/ramai/
GEJALA FONOLOGIS
A. NETRALISASI DAN ARKIFONEM
Netralisasi adalah alternasi fonem
akibat pengaruh lingkungan atau pembatalan perbedaan minimal fonem pada posisi
tertentu. Alternasi fonem adalah perubahan fonem menjadi fonem lain tanpa
membedakan makna. Adanya bunyi /t/ pada akhir lafal kata [babat] untuk /babad/
adalah hasil netralisasi.
Arkifonem adalah golongan fonem yang
kehilangan kontraspada posisi tertentu dan biasa dilambangkan dengan huruf
besar seperti/D/ yang memiliki alternasi atau varian fonem /t/ dan fonem /d/
pada kata [babat] untuk /babad/ .
B. PELEPASAN FONEM DAN KONTRAKSI
Pelepasan bunyi adalah hilangnaya
bunyi atau fonem pada awal, tangah dan akhir sebuah kata tanpa mengubah makna.
Pelepasan dapat pula berupa kontraksi atau pemendekan kata. Contoh : /tetapi/
menjadi /tapi/.
Pelepasan dibagi menjadi tiga, yaitu
a. Aferesis, yaitu pelepasan fonem pada
awal kata.
/tetapi/
menjadi /tapi/, /baharu/ menjadi /baru/
b. Sinkope, yaitu pelepasan fonem pada
tengah kata.
/silahkan/
menjadi /silakan/, /dahulu/ menjadi /dulu/
c. Apokope, yaitu pelepasan fonem pada
akhir kata.
/president/
menjadi /president/, /standard/ menjadi /standar/
Jenis pelepasan bunyi yang lain
adalah haplologi ,yaitu pemendekan pada sebuah kata karena penghilangan
suatu bunyi atau suku kata pada pengucapannya. Misalnya : tidak ada menjadi
tiada, bagaimana menjadi gimana.
C. DISIMILASI
Disimilasi adalah perubahan bentuk
kata karena salah satu dari dua buah fonem yang sama diganti dengan fonem yang
lain. Contoh disimilasi :
a. Disimilasi sinkronis
Contohnya
: ber + ajarà
belajar. Fonem /r/ pada awalan ber- diubah menjadi /l/.
b. Disimilasi diakronis
Contohnya
: kata cipta berasal dari bahasa Sansekerta yaitu citta. Jadi
terdapat perubahan dari fonem /tt/ menjadi /pt/.
D. METATESIS
Dalam proses metatesis yang diubah
adalah urutan fonem-fonem tertentu yang biasanya terdapat bersama dengan bentuk
asli, sehingga ada variasi bebas. Misalnya, jalur menjadi lajur, almari menjadi
lemari.
E. PENAMBAHAN FONEM
Berdasarkan
letaknya, penambahan fonem dibedakan menjadi :
a. Protesis, yaitu
penambahan fonem di awal kata.
/mas/ menjadi /emas, /tik/ menjadi /ketik/.
b. Epentesis,
yaitu penambahan fonem di tengah kata.
/upat/ menjadi /umpat/, /kapak/ menjadi /kampak/.
c. Paragoge, yaitu
penambahan fonem di akhir kata.
/ina/ menjadi /inang/, /lamp/ menjadi /lampu/.
BAB IV : FONOTAKTIK BAHASA INDONESIA
FONOTAKTIK DAN
DISTRIBUSI FONEM
A. Fonotaktik
Fonotaktik
adalah bidang fonologi atau fonemik yang mengatur tentang penjejeran fonem
dalam kata. Contohnya, kata pertandingan memiliki 12 fonem. Jejeran
fonem dari kata tersebut adalah /p,e,r,t,a,n,d,i,n,g,a,n/.
B. Distribusi
Fonem
Distribusi
fonem adalah bagian yang membahas posisi fonem apakah fonem tersebut terletak
pada bagian awal,tengah atau akhir dalam sebuah kata.
1. Distribusi
Vokal
Distribusi
vokal lebih lanjut dijelaskan melalui tabel di bawah ini.
Tabel Posisi Vokal Dalam Fonem
Posisi
|
|||
Fonem
|
Awal
|
Tengah
|
Akhir
|
/i/
/e/
/∂/
/a
/u/
/o/
|
/ikan/ ikan
/ekor/ ekor
/∂mas/ emas
/anak/ anak
/ukir/ ukir
/obat/ obat
|
/pintu/ pintu
/nenek/ nenek
/ruw∂t/ ruwet
/darma/ darma
/masuk/ masuk
/balon/ balon
|
/api/ api
/sore/ sore
/tipe∂/ tipe
/kota/ kota
/bau/ bau
/baso/ baso
|
2. Distribusi
Konsonan
Distribusi
konsonan lebih lanjut dijelaskan melalui tabel di bawah ini.
Tabel Posisi Konsonan Dalam Fonem
Posisi
|
|||
Fonem
|
Awal
|
Tengah
|
Akhir
|
/p/
/b/
/t/
/d/
/c/
/j/
/k/
/g/
/f/
/v/
/s/
/z/
/š/
/h/
/m/
/n/
/ň/
/ƞ/
/r/
/l/
/w/
/y/
|
/pasang/
/bahasa/
/tali/
/dua/
/cakap/
/jalan/
/kami/
/galag/
/fakir/
/varia/
/suku/
/zeni/
/syarat/
/hari/
/maka/
/nama/
/nyata/
/ngilu/
/raih/
/lekas/
/wanita/
/yakin/
|
/apa/
/sebut/
/mata/
/ada/
/beca/
/manja/
/paksa/
/tiga/
/kafan/
/lava/
/asli/
/lazim/
/isyarat/
/lihat
/kami/
/anak/
/hanya/
/angin/
/juara/
/alas/
/hawa/
/payung/
|
/siap/
/adab/
/rapat/
/abad/
-
/mi’raj/
/politik/
/jajag/
/maaf/
-
/lemas/
-
/arasy/
/tanah/
/diam/
/daun/
-
/pening/
/putar/
/kesal/
-
-
|
DERETAN FONEM
,DIFTONG DAN GUGUS
A. Deretan
Fonem
1. Deretan
vokal
Deretan vokal
lebih lanjut dijelaskan melalui tabel di bawah ini.
Indeks vertikal
menunjukan komponen pertama dan indeks horisontal menunjukkan komponen kedua.
Tabel Deretan Vokal Dalam Bahasa Indonesia
Vokal
|
/i/
|
/e/
|
/¶/
|
/o/
|
/a/
|
/u/
|
/i/
|
—
|
—
|
—
|
—
|
ia
|
iu
|
/e/
|
—
|
—
|
—
|
eo
|
—
|
—
|
/¶/
|
—
|
—
|
¶¶
|
—
|
—
|
—
|
/a/
|
ai
|
—
|
—
|
ao
|
aa
|
au
|
/o/
|
—
|
—
|
—
|
—
|
oa
|
—
|
/u/
|
ui
|
ue
|
—
|
—
|
ua
|
—
|
2. Deretan
konsonan
Deretan
konsonan lebih lanjut dijelaskan melalui tabel di bawah ini.
Indeks vertikal
menunjukan komponen pertama dan indeks horisontal menunjukkan komponen kedua.
Tabel Deretan Konsonan Dalam Bahasa Indonesia
Fonem
|
p
|
t
|
c
|
k
|
b
|
d
|
j
|
g
|
s
|
h
|
w
|
y
|
m
|
n
|
ň
|
ƞ
|
l
|
r
|
p
|
Pt
|
ps
|
py
|
pl
|
pr
|
|||||||||||||
t
|
Tp
|
tt
|
tb
|
tw
|
ty
|
tm
|
tr
|
|||||||||||
c
|
||||||||||||||||||
k
|
kt
|
Kc
|
kb
|
kd
|
ks
|
kw
|
km
|
|||||||||||
b
|
bt
|
bd
|
bs
|
by
|
bl
|
br
|
||||||||||||
d
|
dh
|
dy
|
dm
|
dl
|
dr
|
|||||||||||||
j
|
ji
|
jr
|
||||||||||||||||
g
|
gy
|
|||||||||||||||||
s
|
sp
|
st
|
sc
|
|||||||||||||||
h
|
ht
|
hk
|
hs
|
hw
|
hy
|
hm
|
hl
|
hr
|
||||||||||
w
|
||||||||||||||||||
y
|
||||||||||||||||||
m
|
mp
|
mt
|
mc
|
mb
|
mj
|
ms
|
mh
|
ml
|
mr
|
|||||||||
n
|
np
|
nt
|
nc
|
nk
|
nd
|
nj
|
||||||||||||
ň
|
||||||||||||||||||
ƞ
|
ƞk
|
ƞg
|
ƞs
|
ƞl
|
ƞr
|
|||||||||||||
l
|
lp
|
lt
|
lk
|
lb
|
ld
|
lj
|
ls
|
lh
|
lw
|
lm
|
||||||||
r
|
rp
|
rt
|
rc
|
rk
|
rb
|
rd
|
rs
|
rh
|
rw
|
ry
|
rm
|
rn
|
rl
|
3. Diftong
Diftong adalah
dua buah vokal yang berdiri bersama dan pada saat diucapkan berubah
kualitasnya. Perbedaan vokal dengan diftong adalah terletak pada car hembusan
nafasnya. Diftong dalam bahasa indonesia adalah sebagai berikut
1. Diftong
/au/, pengucapannya [aw]. Contohnya :
[harimaw]
/harimau/
[kerbaw]
/kerbau/
2. Diftong
/ai/, pengucapannya [ay]. Contohnya :
[santay]
/santai/
[sungay]
/sungai/
3.Diftong /oi/, pengucapannya [oy]. Contohnya :
[amboy] /amboi/
[asoy] /asoi/
4. Gugus atau
klaster
Gugus adalah
deretan konsonan yang terdapat bersama pada satu suku kata.
Gugus konsonan
pertama : /p/,/b/,/t/,/k/,/g/,/s/ dan /d/.
Gugus konsonan
kedua : /l/,/r/ dan /w/.
Gugus konsonan
ketiga : /s/,/m/,/n/ dan /k/.
Gugus konsonan
keduanya adalah konsonan lateral /l/, misalnya :
- /pl/ [pleno]
/pleno/
- /bl/ [blaƞko] /blangko/
- dan begitu
seterusnya hingga konsonan kedua /r/ dan /w/.
Jika tiga
konsonan berderet, maka konsonan pertama selalu /s/, yang kedua /t/,/p/ dan /k/
dan yang ketiga adalah /r/ atau /l/. Contohnya :
- /spr/ [sprey]
/sprei
- /skr/
[skripsi] /skripsi/
- /skl/
[sklerosis] /sklerosis/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar