MORFOLOGI BAHASA INDONESIA
A. Kata Berimbuhan/Berafiks
1. Penggunaan afiks/imbuhan ter
Pada dasarya ter-memiliki dua
fungsi, yakni:
- Membentuk verba (kata kerja) pasif, misalnya:
Terduduk
Terbatas
Terangkat
Adapun
nosinya dapat digolongkan menjadi:
1)
Menyatakan "sudah di, sudah
dalam keadaan di", misalnya:
Terbuka
Terduduk
Terkunci
2)
Menyatakan "dapat di",
misalnya:
Terangkat
Terbaca
Terlihat
- Membentuk kata adjektiva/sifat. Kata sifat ini dapat diuji dengan perluasan kata yang menyatakan tingkat perbandingan, misalnya agak, sangat, paling.
Adapun
nosinya sebagai berikut:
1)
sudah dalam keadaan",
misalnya:
Terbatas
2)
Jika ter- melekat pada kata dasar
kata sifat atau kata benda, ter- menyatakan "paling", misalnya:
Terkecil
Teratas
Terdepan
Terbelakang
Kata-kata berikut tidak terbentuk
dari afiks ter-, yakni:
Terjal
Terka
Ternak
Kembangkan pemakaian afiks ter-
dengan mencari contoh kata berafiks ter- dan menggunakannya dalam kalimat yang
berbeda-beda!
2. Penggunaan afiks ber-, ber-kan, dan ber-an
a.
Afiks ber
Afiks
ber- berfungsi membentuk kata kerja aktif intransitif, dengan nosi:
1)
Jika kata dasarya berupa verba
kata kerja, afiks ber- menyatakan "melakukan pekerjaan", misalnya:
Berdandan
Berolahraga
Berdagang
2)
Menyatakan makna "mengandung,
ada", misalnya:
Berair
Beracun
Berbisa
3)
"Memancarkan", misalnya:
Bersinar
Bercahaya
4)
"Memanjatkan", misalnya:
Berdoa
5)
"Mengucapkan, mengikrarkan,
mengeluarkan, menyampaikan", misalnya:
Betjanji
Bersumpah
Berpesan
6)
"Menjadi", misalnya:
Bertamu
Berjaya
7)
"Menunjukkan", misalnya:
Berbakti
8)
"Naik, mengendarai",
misalnya:
Berkuda
Berkereta API
Bersepeda
9)
" Menggunakan, memakai",
misalnya:
Berkaca
mata
Bersepatu
10) "Menghabiskan, menggunakan", misalnya:
Bermalam
Berlibur
11) "Pergi ke, minta tolong ke", misalnya:
Berguru
Berdukun
12) "Menganggap sebagai, menjadikan sebagai”, misalnya:
Berteman
13) “Melahirkan mengeluarkan:, misalnya,
Kambing
sedang beranak
Ayam
bertelur
14) "Memanggil sebagai", misalnya:
Berengkau
Beribu
Beranda
15) "Timbul, tumbuh", misalnya:
Berbunga
Berbuah
Bertunas
16) Menggunakan, ada", misalnya:
Kereta
berkuda
17) "Terkumpul menjadi", misalnya:
Bersatu
18) "Terkumpun dalam jumlah", misa1nya:
Berlima
Berdua
19) "Kena, menderita", misalnya:
Malam
berembun
Siang
berpanas matahari
20) Menyatakan "milik, memiliki, mempunyai", misa1nya:
Berharga
Berharapan
Berpotensi
21) Nosi ber- tidak jells, separate pada kata-kata
Bertamu
Berlalu
Bersusah
Bersakit
Berbeda
Bersenang
Berikut bukan kata bentukan dengan
afiks ber-:
Berapa
Berani
Beruang
kutub
b.
Afiks ber-kan
Kita perhatikan kata berdasarkan,
beranggotakan, bermandikan. Kata bentukan tersebut dari dasar, anggota, mandi
menjadi berdasarkan, beranggotakan, bermandi, kemudian menjadi berdasarkan,
beranggotakan, dan bermandikan. Dengan demikian, nosinya, misalnya kita ambil
kata yang pertama, yakni berdasarkan terbentuk dari berdasar "menggunakan
dasar" menjadi berdasarkan "berdasar pada".
c.
Afikasi ber-an
Berbeda dengan afiks ber-kan, ber-an
adalah satu afiks yang menjadi secara simultan / serempak yang disebut konfiks.
Adapun bentuknya ada ber-an yang tergolong
Konfiks ada pula ber-an yang terjadi
secara hierarki. Perhatikan dua deret bentuk berikut.
Ber-an bukan
konfiks
Berhadapan
Berkenalan
Bergandengan
|
Ber-an
sebagai konfiks
Berpengalaman
Berpakaian
Berurusan
|
Afiks ber-an
sebagai konfiks nosinya menyatakan makna "resiproka1/saling" Jika
kata bergandengan dianalisis ber+gandengan, pada kata tersebut tidak ada afiks
ber-an. Dengan demikian, nosi afikasinya tidak menyatakan "saling":,
melainkan ber- "memiliki", dan -an pada gandengan "yang
di".
3. Penggunaan afiks pe-,
pe-an, per-, dan per-an
a.
Afiks per
Afiks pe- ada yang bernasal dan ada
yang tidak bernasal. Perhatikan kata-kata yang berpasangan berikut!
Afiks pe- bernasal
Penembak
Penyruh
Pendapat
Penatar
|
Afiks pe-tak bernasal
Petembak
Pesuruh
Pedagang
Petatar
Petani
Peternak
|
Jika
kita perhatikan keduanya memiliki fungsi yang sama, yakni terbentuk kata
benda/nomina. Selanjutnya Anda dapat mendeskripsikan nosi yang terdapat pada
dua afiks tersebut!
b.
Afiks per
Kita perhatikan pemakaian kata:
perkecil, pertajam, pertebal, perlima, persatu. Dari contoh tersebut kita dapat
mengenali fungsi} afiks per- adalah membentuk kata kerja. Dengan nosi:
1)
"Membuat jadi lebih", misalnya"
Perkecil
Persempit
Perdalam
2)
"Bagi menjadi",
misalnya:
Perseratus
Perlima
3)
“tiap-tiap”, misalnya
Masuk satu persatu
(Ber) tapa menjadi pertapa
"orang yang bertapa"
Jika
afiks per- tidak mampu mengubah kelas kata, nosinya pun sulit diterangkan atau
tidak jelas, misalnya:
Tanda (nomina) menjadi pertanda
(nomina)
Lambang) nomina) menjadi perlambang
(nomina)
Kata-kata
berikut bukan kata bentukan dengan afiks per- :
Pertama
Permaisuri
Percuma
c.
Afiks pe-an
Afiks pe-an ada yang bernasal dan
ada yang tidak bernasal. Kita bandingkan kata-kata bentukan berikut!
Pe-an bemasal Pe-an tak bernasal
Pendidikan Peternakan
Pedaringan Pembuatan
Penjualan Perakitan
Penyaringan Pesanggrahan
Dari
contoh tersebut, kita kenali fungsinya adalah sama, yakni sebagai pembentuk
kata benda abstrak. Adapun nosinya pada dasarnya dapat digolongkan "hal,
hasil, cara, dan tempat"
d.
Afiks per-an
Jika afiks per- berfungsi membentuk
kata kerja, dan ada sebagai pembentuk kata benda, afiks per-an termasuk konfiks
yang berfungsi sebagai pembentuk nomina kata benda.
Misalnya:
Perpajakan Perpanjangan
Perbudakan Perkebunan
Perubahan
Pertemuan
Peraturan Percobaan
Adapun
nosinya pada dasarya menyatakan "hal, hasil"
Kembangkan
dengan mencari kata-kata berafiks per-an, dan menggunakannya dalam kalimat!
4. Penggunaan afiks ke-an,
ke-an
a.
Afiks ke-
Dalam Bahasa Indonesia, afiks ke-
berfungsi membentuk kata bilangan tingkat, kata bilangan jumlah~ dan kata
benda.
1)
Pembentuk kata bilangan tingkat,
nosinya menyatakan "urutan", misalnya:
Anak kelima
Pelajaran kedua
2)
Pembentuk kata bilangan jumlah
nosinya menyatakan "kumpulan jumlah", misalnya: Kedua anak itu
Kesemuanya
3)
Pembentuk kata benda, nosinya
menyatakan "yang di, yang dianggap", misalnya: Ketua
Kekasih
Kehendak
Kata-kata
berikut bukan kata bentukan dengan afiks ke-dalam bahasa Indonesia :
Ketemu
Kelanggar
b.
Afiks-an
Dalam Bahasa Indonesia, afiks -an
berfungsi sebagai pembentuk kata benda/ nomina. Dalam tataran sintaksis, kata
bentukan dengan afiks -an ini dapat mengikuti verba tran-sitif Adapun nosinya
meliputi: "hal/abstraksi, basil, cara, alat, objektif, tempat, yang
memiliki sifat, orang/pelaku" seperti pada kata:
Didikan Praktikan
Sasaran Simpatisan
Latihan Lautan
Manisan Lukisan
Kata bentukan
dengan afiks -an berikut salah dalam bahasa Indonesia :
Rajin latihan (verba)
Sekolahan (nomina)
Kuburan (nomina)
c.
Afiks ke-an
Afiks ke-an termasuk konfiks.
Fungsinya adalah sebagai pembentuk kata benda abstrak, dan kadang-kadang
sebagai pembentuk kata kerja pasif Sebagai pembentuk kata benda abstrak, ke-an
bernosi menyatakan "hal/abstrak dari", misalnya:
Keadilan
Kebolehan
Kekuasaan
Keajekan
Sebagai pembentuk kata kerja pasif,
ke-an menyatakan nosi “ken, menderita”, misalnya:
5. Penggunaan afiks -man,
-wan, dan -wali
Ketiga afiks ini berasal dari
bahasa sansekerta. Fungsinya membentuk kata benda, dan nosinya menyatakan
"orang yang memiliki sifat". Pemakaian -man dan -wan menyatakan jenis
kelamin "laki-laki" dan -wati menyatakan jenis kelamin
"perempuan"
Contoh
pemakaiannya:
Sinaman Jutawan Seni wati
Budiman Santriwan Santriwati
Olahragawan Olahragawati
Bendaharawan Bendaharawati
6. Penggunaan afiks -I ,
-wi, -ah, -iah
Afiks-afiks tersebut berfungsi
sebagai pembentuk kata sifat, nosinya menyatakan "yang memiliki sifat,
bersifat". Pemakaiannya seperti:
Alam +
i menjadi alami
Alam + iab menjadi alamiah
Ilmu + iab menjadi ilmiah
Dumia
+ wi menjadi duniawi
Jasmani+
iah menjadi jasmani
Islam
+ i menjadi islami
7. Penggunaan afiks -is,
-isme, -isasi/Sasi
a.
Afiks -is berfungsi pembentuk adjektiva/kata
sifat, nosinya menyatakan"bersifat", misalnya:
Pancasilais
Psikhologis
Nasionahs
b.
Afiks -isme berfungsi sebagai
pembentuk kata benda, nosinya menyatakan "aliran, faham", misalnya:
Nasionalisme
Komunisme
Liberalisme
c.
Afiks –isasi/Sasi berfungsi
sebagai pembentuk kata benda, nosinya menyatakan “proses” misalnya
lelenisasi
Urbanisasi
Neomsasl
Afiks -isasi juga benosi
"kumpulan, kesatuan dari'" misalnya pada organisasi.
8. Partikel -lah, -kah, dan
pun
Partikel tergolong ke dalam
kata tugas. Fungsinya mempertegas kata yang dilekati.
a.
Partikel -lah
Partikel -lah dapat melekat kata
benda, pada kalibat pemyataanlberita. Partike1 -lah digunakan pada kalimat
inversi, yakni predikat mendahuIui subjek. Misalnya:
Dialah yang dicari
Akulah orangnya.
Partikel -lah juga digunakan untuk
menyatakan imperatif (perintah), misalnya pada kalimat:
Masuklah!
Bacalah secara teliti.
b.
Partikel -kah
Partikel -kah digunakan melekat pada
kata kerja , kata benda, kata sifat, kata bilangan, kata keterangan. Fungsinya
membentuk kata tanya dalam kalimat pertanyaan. Struktur kalimat pada dasarya
berstruktur inversi, misalnya:
Siapakah
mereka?
Sudah
membacakah Anda?
Di
manakah Anda Tinggal?
Kapankah
Hanoman lahir?
c.
Partikel pun
Partikel pun melekat pada kata benda
atau yang dibendakan (substantiva), misalnya pada kalimat:
Mereka tidak tahu, aku pun demikian.
Jangankan membaca, menyimak pun
belum terampil.
Di samping itu, pun bersama kata
yang lain berfungsi sebagai pembentuk kata tugas yang lain, khususnya konjungsi
dan penulisannya pun dirangkaikan dengan kata yang dilekati, misalnya pada:
Meskipun
Walaupun
Biarpun
Sungguhpun
B. Kata Ulang
Kata ulang ada1ab kata yang telah
mengalami proses reduplikasi. Untuk: membedakannya dengan bentuk ulang yang
bukan kata ulang adalah bahwa kata ulang sebagai ciri utamanya adalab pasti memiliki
kata dasar.
Kita bedakan
bentuk yang ada di sebelah kanan dan sebelah kiri berikut:
Kata ulang
Duduk-duduk
Membaea-baca
Tarik-menarik
Bolak-balik
Orang-orangan
Simpang-siur
Kemerab-mera han
|
Bukan kata
ulang
Compang-camping
Anai-anai
Pura-pura
Hati-hati
Mata-mata
Mondar-mandir
Alih-ali
|
Pada kata ulang
terdapat kata dasar: duduk, membaca, menarik, balik, orang, simpang, merah. Sebaliknya,
pada deretan sebelah kiri bentuk: compang/camping, anai, pura, hati, mata,
mondar, alih tidak dapat berfungsi sebagai kata dasar.
1. Macam kata ulang dapat
dibedakan menjadi:
a.
Kata ulang utuh
Kata ulang utuh adalah kata ulang
yang antara kata dasar dan bentuk peru1angannya adalab sama, miasma:
Orang-orang
Perumaban-perumaban
Duduk-duduk
b.
Kata ulang sebagian
Kata ulang sebagian adalah kata
ulang yang bentuk peru1angannya hanya sebagian dari kata dasar, termasuk hanya
sebagian bunyi vokal atau konsonan saja, misalnya:
Berjalan-jalan
Bolak-balik
Sayur-mayur
c.
Kata ulang berkombinasi/bersimultan
dengan afiks, misalnya:
Anak-anakan
Gunung-gunungan
2. Nosi kata ulang
Nosi
kata ulang dapat menyatakan makna:
a.
“Jamak, bermacam-macam”, misalnya:
Orang-orang
Buah-buahan
Sayur-mayur
b.
Pekerjaan dilakukan berulang”,
misalnya:
Bolak-balik
Simpang-siur
c.
"Tiruan", misalnya:
Anak-anakan
Gunung-gunungan
d.
"agak", misalnya
Kemerah-merahan
e.
"walaupun", misalnya:
Pahit-pahit diminumnya obat itu.
Panas-panas mereka datang juga.
f.
“walaupun”, misalnya
Pahit-pahit diminumnya obat itu
Panas-panas mereka dating juga
Gunakan
kata-kata berikut dalam kalimat, kemudian jelaskan makna perulangannya!
Sama-sama
Mudah-mudahan
rata-rata
Besar –besar
C. Kata Majemuk
Walaupun pada materi Bahasa
Indonesia untuk SLTP atau MTS kata majemuk tidak ada, namun kata majemuk
tersebut perlu kita pahami.
Kata majemuk adalah kata yang telah mengalami proses permajemukan. Kata
majemuk adalah kata yang unsurnya berupa morfem bebas (bukan kata). Jika kata
majemuk diartikan kata yang unsurnya berupa kata, hasil konstruksinya tidak
dapat disebut kata, melainkan frase/kelompok kata.
Secara lahiriah kata majemuk
sama dengan frase/kelompok kata. Untuk itu, kita hams dapat mengenali kata
majemuk tersebut dari segi: hubungan, konstruksi, dan nosi. Misalnya kita ambil
orang tua sebagai kata majemuk dan sebagai frase.
Ciri hubungan: Jika
di antara kata orang dan tua dapat disela kata lain, misalnya yang, konstruksi
orang tua bukan kata majemuk melainkan frase.
Ciri konstruksi: Jika
orang tua dapat di Kembangkan dengan kata renta, kata renta hanya berkonstruksi
dengan tua, tidak dengan orang. Dengan demikian
Konstruksi
Orang
tua dalam hal ini adalah frase. Jika diperluas dengan afiks ber menjadi
berorang tua, afiks ber-adalah milik konstruksi orang tua,
Bukan
Hanya
milik orang saja sehingga tidak ada konstruksi berorang. Dengan ciri ini, orang
tua pada berorang tua adalah kata majemuk
Ciri nosi Jika
makna orang tua mengacu pada orang yang sudah berusia lanjut” konstruksi orang tua adalah frase. Jika
maknanya tidak terikat pada Usia, tetapi pada “orang yang sudah pernah
melahirkan atau sudah menjadi bapak atau
ibu”, konstruksi orang tua adalah kata majemuk
D. Kelas Kata
Kelas kata disebut juga
kategori kata. Dalam tata bahasa Tradisional digunakan istilah jenis kata.
Hasil klasifikasi/penggolongan kata berdasarkan kelas kata mencakup: nomina
Kata benda, verba Kata kerja, adjektiva kata sifat, numeraliaJkata bilangan, adverbia/kata
keterangan, kata tugas.
1. Kata benda/nomina
Kata benda dapat dibedakan atas kata
benda konkret dan kata benda abstrak. Kata benda konkret adalah kata benda yang
dapat diindra (diraba, dilihat, dirasakan, di dengan, dibau):
Kata benda konkret yang berupa kata asal, misalnya: meja, udara, rumah
Kata benda konkret yang merupakan bentukan, misalnya: mainan, penulis,
penjahit
Kata benda abstrak adalah kata benda
yang tidak dapat diindra, misalnya kata benda bentukan dari afiks pe-an,
per-an, ke-an seperti: pembuatan, perbaikan, keadilan.
2. Kata kerja
Kata kerja adalah kata yang
menyatakan tindakan/perbuatan, baik aktif, maupun pasif. Kata kerja aktif
dibedakan atas transitif dan intransitif
a.
Kata kerja aktif transitif,
1)
Kata kerja dasar: makan, minum
2)
Berafiks me-: membaca, menulis
3)
Berafiks me-kan/i: membacakan,
mendampingi
4)
Berafiks memper-: mempercantik,
memperjelas
5)
Berafiks memper-kan/i: memperkerjakan,
mempercayai
6)
Berafiks member-kan:
memberlakukan, memberhentikan
b.
Kata kerja aktif intransitif,
meliputi
1)
Berafiks me-: menyanyi
2)
Berafiks ber-: bersembunyi,
bercerita
3)
Berafiks ber-kan: berdasarkan,
bertuliskan
4)
Berafiks ter-: tersenyum
c.
Kata kerja pasif
1)
Kata kerja fasif di-: dibaca,
diberlakukan, dibatalkan
2)
Kata kerja pasif ter-: terbaca,
terpelihara
3)
Kata kerja pasif ke-an: kehujanan,
ketakutan, kepanasan
3. Kata sifat / akjektiv
Kata sifat dapat dinegatitkan dengan
kata tidak. Selanjutnya dapat diperluas dengan kata yang menyatakan tingkat
perbandingan. Dalam struktur sintaksis, kata sifat adalah kata yang menerangkan
kata benda. Kembangkan contoh!
4. Kata keterangan
Kata keterangan adalah kata yang menerangkan kata kerja atau kata sifat, misalnya
Rahin belajar
Masih muda
Belum beristri
Perlu di contoh
Sangat pandai
5. Kata bilangan
Kata bilangan adalah kata yang menyatakan
" jumlah". Kata bilangan dibedakan atas kata bilangan tentu dan tak
tentu.
a.
Kata bilangan tentu: satu, seribu,
setengah, seperempat
b.
Kata bilangan tak tentu: sedikit,
banyak, beberapa
6. Kata tugas
Kata tugas adalah kata yang tidak
dapat dikelompokkan ke dalam kata benda, kerja, sifat, bilangan, atau keterangan.
Kata tudas kata yang hanya berfungsi, yang pada dasarnya tidak bernosi.
Kata tugas dapat dibedakan
atas:
a.
Preposisi/kata depan, yakni kata
yang dapat berkonstruksi dengan kata atau frase benda.
Termasuk kata depan Preposisi
adalah: di, ke, dari, pada, untuk, oleh, dsb.
b.
Konjungsi, yakni kata yang
berfungsi menghubungkan klausa dalam kalimat yang termasuk konjungsi: karena,
ketika, apa bila, walaupun, dan, tetapi, namun, dsb.
c.
Kopula, yakni kata yang berfungsi
menghubungkan subjek dan predikat. Termasuk kopula: adalah, merupakan, menjadi,
yaitu, yakni.
d.
Artikel / kata sandang : sang, si
e.
Partikel, berfungsi menegaskan/mementingkan
kata yang dilekati, misalnya: -lah, -kah, pun.
f.
Kata transisi, yakni kata yang
berfungsi menghubungkan kalimat satu dengan yang lain. Penulisannya selalu
diikuti tanda koma. Termasuk kata frase transisi adalah: jadi, dengan
Demikian, karena itu, meskipun
demikian selanjutnya, akibatnya, sebagai
kesimpulan,dsb.
DAFTAR PUSTAKA

Ladyana, Sonezza dan Hardiani, Isriani. 2008 Pembelajaran Bahasa Indonesia. Surakarta : Widya Duta
Grafika
M. Moeliono, Anton, dkk. 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Jakarta : Balai Pustaka
M. Moeliono, Anton, dkk. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia .
Jakarta : balai
Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar